
Jakarta, MERDEKANEWS - Ketua Koperasi Pedagang Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Zulkifli Rasyid, mengatakan, langkanya beras medium di pasaran, dipicu pemberlakuan harga eceran tertinggi (HET) pada September 2017. Kebijakan ini diinisiasi Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.
Dalam diskusi di Kampus UI Salemba, Jakarta, Kamis (18/1/2018), Zulkifli mengatakan sudah menyampaikan kekhawatirannya terkait beras medium yang mulai langka di pasaran sejak November 2017 kepada Menteri Pertanian Amran Sulaiman ketika berkunjung ke PIBC.
"Semenjak HET ditetapkan 1 September, beras medium langka di pasaran, bahkan sampai detik ini masih kosong. Saya dua bulan lalu sudah sampaikan ada kekhawatiran kita harus impor," kata Zulkifli.
Ia menyebutkan seharusnya pemerintah tidak perlu memberlakukan HET beras medium dan premium karena pada kenyataannya harga kedua jenis beras tersebut justru melebihi HET.
Pedagang yang mengaku menjual beras puluhan tahun tersebut mengaku saat ini harga beras medium di pasar berkisar Rp11 ribu per kilogram, jauh melebihi HET beras medium sebesar Rp9.450/kg (wilayah Jawa, Lampung dan Sumatra Selatan).
Kondisi yang sama juga terjadi pada beras premium di pasaran mencapai Rp13.000/kg, sedangkan HET yang ditetapkan Rp12.800/kg. "Saya sudah 40 tahun di Pasar Induk Cipinang, baru kali ini menemukan harga beras tertinggi, Rp13 ribu sampai Rp14 ribu hari ini," ungkapnya.
Ia menambahkan harga beras seharusnya hanya diatur pada level tertinggi semua jenis beras, yakni sekitar Rp12.000 sampai Rp13.000 per kilogram. Selain itu terkait impor beras 500 ribu yang dilakukan pemerintah dan akan masuk pada akhir Januari nanti, Zulkifli menilai impor terjadi bukan karena indikasi permainan harga, namun memang stok beras yang langka di pasaran.
"Bagaimana orang mau bermain harga dengan posisi sekarang? Kalau ada stok, orang malah berpacu untuk mengeluarkan, karena ini impor mau masuk dan panen juga akan datang, harga harusna turun," kata dia. (Setyaki Purnomo)
-
Kunjungi AS, Mendag Enggar Bukannya Lobi Dagang Malah Main ke Boeing Kementerian Perdagangan meningkatkan kemitraan strategis yang saling menguntungkan dengan Amerika Serikat (AS). Salah satunya dengan produsen pesawat terbang terbesar di dunia, Boeing.
-
Hadapi Perang Dagang AS, Mendag Enggar Sebatas Kirim Surat Pemerintah Amerika Serikat berencana mencabut Generalized System of Preference (GSP), atau fasilitas keringangan bea masuk yang diberikan kepada 124 produk asal Indonesia.
-
Perang Dagang AS, Indonesia Bakal Menyusul China? Setelah membatasi impor dari China dan Eropa, pemerintahan Donald Trump ancang-ancang membidik Indonesia. Kalau terjadi, ekonomi RI dalam bahaya.
-
Usai Sidak di Pasar Cirebon, Mendag Enggar Semringah Saat berada di kampung halamannya, Cirebon, Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, memantau dua pasar. Harga beras di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET).
-
Kebijakan 'Mukul Angin' Mendag Enggar Turunkan HET Beras Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), menilai, rencana Kementerian Perdagangan menurunkan Harga Eceran Tertinggi (HET) di Indonesia Barat tidak masuk akal. Sama halnya dengan memukul angin, tak akan ada hasilnya, malah capek sendiri.