merdekanews.co
Selasa, 25 Januari 2022 - 10:40 WIB

Airlangga Bikin Partai Tersandera, GMPG Ungkap Nasib Golkar Jelang Pemilu 2024 

Hadi Siswo - merdekanews.co
Inisiator Generasi Muda Partai Golkar (GMPG) mengungkapkan kekecewaan partai di bawah kepemimpinan Airlangga Hartarto

Partai Golkar tengah bergejolak jelang Pemilu 2024. Penyebabnya, kepemimpinan dan elektabilitas Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto yang dinilai menyandera partai. Apa maksudnya?

Inisiator Generasi Muda Partai Golkar (GMPG) Mirwan Vauly mengungkapkan keprihatinan dengan kondisi partai menjelang Pemilu 2024. Saat ini, partai berlambang beringin ini sedang tersandera Ketum Golkar Airlangga Hartarto.

Mirwan mengatakan, partainya bisa menjadi pemenang pada 2024 asal dikelola dengan sungguh-sungguh sebab mesin partai ini kapasitasnya besar. Namun, disayangkan tidak digerakkan dan dinavigasi dengan benar.

“Partai Golkar memiliki perangkat infrastruktur berlapis dan berjenjang. Dari level pusat, provinsi, kabupten kota hingga ke kecamatan. Belum lagi Hasta Karya, organisasi sayap dan organisasi kepemudaan yang melekat,” ujar Mirwan dalam keterangan tertulisnya, Senin (24/1). 

Karena itu, lanjut Mirwan, jika seluruh infrastruktur ini yang katanya solid terkonsolidasi, maka tidak mungkin elektabilitas Airlangga tetap nol koma dan Golkar bahkan kini sudah terlempar di urutan ketiga. Di bawah Partai Gerindra yang umurnya terpaut jauh dengan partai ini. 

Mirwan pun menuturkan, jebloknya elektabilitas ini sebetulnya dipicu banyak hal. Salah satunya soal tradisi baik Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar selama ini selalu memberikan dana operasional bulanan kepada setiap DPD di Provinsi dan Kabupaten atau kota, kini sudah tidak ada lagi. Mereka para ketua-ketua DPD 1 dan 2 malah dibebankan kewajiban memasang baliho besar di lokasi-lokasi mahal dengan ongkos sendiri.

“Tentu saja hal itu sangat  memberatkan bagi kader-kader di daerah Di era kepemimpinan Akbar Tanjung, Jusuf Kalla, dan Aburizal Bakrie setiap DPD Tingkat I mendapat anggaran rutin 15 juta perbulan, dan Kabupaten Kota 5 juta,” ujar Mirwan 

Karena itu, lanjutnya, peluang bakal berkembang dan meluasnya simpati masyarakat kepada Golkar di bawah bisa dipastikan bakal hilang. Belum lagi persoalan elektabilitas ketum Airlangga yang nol koma plus konsolidasi organisasi jalan di tempat. 

“Karena itu disaat bersamaan seperti ini maka memaksakan diri menjadi jadi calon presiden di 2024 sama halnya jika Ketua Umum sedang menyandera Partai,” pungkas Mirwan. (Hadi Siswo)