
Infrastruktur menjadi salah satu fokus utama pembangunan di masa kepresidenan Joko Widodo. Pembangunan jalan tol, pelabuhan, bandara dan tak ketinggalan pembangunan jalur rel kereta api (KA) baru maupun rel yang mati di berbagai daerah di Indonesia dibangun kembali.
Pembangunan rel kereta menuju Bandara Soekarno-Hatta, bandara Minangkabau, Bandara Adi Sumarmo, jalur ganda lintas selatan Jawa dan jalur rel trans-Sulawesi.
Belanda telah membangun infrastruktur perkeretaapian di Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Madura. Pada Perang Dunia II, kekuasaan sekutu, termasuk Belanda jatuh ke tangan Jepang. Meski menjajah Indonesia tidak lebih dari lima tahun, Jepang memindahkan rel KA di Sulawesi ke Burma, sehingga saat Indonesia Merdeka pada 17 Agustus 1945 warisan infrastrukur perkeretaapian tersisa di 3 pulau, Jawa, Sumatera dan Madura.
Tersambungnya infrastruktur perkeretaapian di Jawa, tidak pernah didengungkan sebagai “Trans Jawa Railway” meskipun infrastruktur pekeretaapian di Jawa tersambung satu sama lain dari Merak di ujung Barat hingga Banyuwangi di ujung Timur Pulau Jawa. Infrastruktur yang tersambung memungkinkan dioperasikan KA, meskipun belum pernah dioperasikan “KA Trans Jawa Merak-Banyuwangi”. KA sama seperti trayek bus “Trans Jawa” juga hanya Jakarta-Surabaya-Jakarta-Malang.
Berbeda dengan infrastruktur perkeretaapian di Jawa, jaringan KA di Pulau Sumatera terpisah-pisah. Belanda belum sempat menyambungkan seluruh Sumatera dengan rel KA. Saat ini operasional KA terbagi dalam Divisi Regional (Divre) I Sumatera Utara dan Aceh, Divre II Sumatera Barat dan Divre III Sumatera Selatan.
Demikian juga Ditjen Perkeretaapian membagi wilayah kerja Balai Teknik Perkeretaapian (BTP) wilayah Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Aceh. Tugasnya melaksanakan peningkatan dan pengawasan prasarana, serta pengawasan penyelenggaraan sarana, lalu lintas, angkutan dan keselamatan perkeretaapian.
Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan, Direktorat Jenderal Perkeretaapian (Ditjenka) akan mengkoneksikan jalur KA “Trans Sumatera Railway” yang menyambungkan infrastruktur KA dari Sumatera Barat-Sumatera Selatan-Sumatera Utara dan Aceh agar terkoneksi Pulau Sumatera di Lampung hingga Banda Aceh di Nangru Aceh Darusalam dengan rel KA.
Dalam mewujudkan mimpi besar membangun “Trans Sumatera Railway” Ditjenka melalui BTP Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara dan Aceh, masing-masing BTP telah memiliki program kerja dan tanggung jawab sesuai prioritas, urgensi dan ketersediaan anggaran pembangunan prasarana untuk dibangun secara bertahap.
Pembangunan “Trans Sumatera Railway” mempertimbangkan potensi koridor ekonomi dengan Pusat Kegiatan Ekonomi Utama (PKEU) yaitu daerah Pangkal Pinang, Padang, Bandar Lampung, Bengkulu, Banda Aceh, Medan, Pekanbaru, Jambi, Palembang dan Tanjungpinang. Daerah-daerah tersebut tersebar di Pulau Sumatera dan sekitarnya sejak dari Lampung di ujung Timur hingga ke Banda Aceh di ujung Barat Pulau Sumatera.
Pusat-pusat ekonomi tersebut memiliki fokus kegiatan ekonomi utama pada 5 komoditas besar yang memerlukan angkutan kereta api yang mampu mengangkut dalam jumlah besar diangkut secara massal dan rutin. Produk-produk itu diantaranya kelapa sawit, karet, batu bara, industri perkapalan dan besi baja serta Kawasan Strategis Nasional (KSN) di Selat Sunda antara Pulau Jawa-Sumatera.
Untuk mewujudkan mimpi “Trans Sumatera Railway” jalur penghubung antar provinsi dari Sumut-Riau maupun Aceh-Sumut, Sumbar-Pekan Baru akan dibangun jalur rel baru untuk megkonektivitaskan antar daerah. Jalur Sumut-Aceh sudah tersambung dari Binjai-Besitang dan akan berlanjut ke Langsa.
Keberadaan jalur kereta api ini akan menumbuhkan ekonomi di ketiga provinsi tersebut. Terlebih jalur tersebut menjangkau hingga areal industri dan pelabuhan. Jalur rel akan sangat strategis, karena dikembangkan terkoneksi dengan pelabuhan penghubung dengan negara tetangga, Malaysia dan Singapura.
Hingga kini, hanya anggaran yang menjadi persoalan utama dalam pembangunan proyek “Trans Sumatera Railway” terlebih dengan situasi Covid-19 yang belum mereda. Secara teknis, putra putri Indonesia dan para kontraktor dalam negeri telah siap dan mampu mengerjakan proyek “Trans Sumatera Railway” tanpa melibatkan tenaga asing.
-
Implementasi Permenhub 94/2018 Perlintasan Sebidang Beban atau Peluang Implementasi Permenhub 94/2018 Perlintasan Sebidang Beban atau Peluang
-
Mencegah Tabrakan KA VS Kendaraan di Perlintasan dengan CCTV Perlintasan Sebidang Mencegah Tabrakan KA VS Kendaraan di Perlintasan dengan CCTV Perlintasan Sebidang
-
Meski Kalah Dari Kereta Cepat Jakarta-Bandung, KA Parahyangan Hidup Kembali Meski Kalah Dari Kereta Cepat Jakarta-Bandung, KA Parahyangan Hidup Kembali
-
"Mak Gedor" Ikut Aktif Kalahkan Tiwi-Hendra "Mak Gedor" Ikut Aktif Kalahkan Tiwi-Hendra
-
Lagu Tarik Lur dan Sing Lanang-Lanang Baen Ikut Tentukan Kemenangan Fahmi-Dimas di Pilkada Purbalingga Lagu Tarik Lur dan Sing Lanang-Lanang Baen Ikut Tentukan Kemenangan Fahmi-Dimas di Pilkada Purbalingga