merdekanews.co
Jumat, 24 Januari 2025 - 15:30 WIB

Oleh : Akhmad Sujadi

Meski Kalah Dari Kereta Cepat Jakarta-Bandung, KA Parahyangan Hidup Kembali

*** - merdekanews.co
Akhmad Sujadi Pemerhati Transprotasi, Sosial dan Politik

Kereta Api (KA) Argo Parahyangan mulai beroperasi pada 27 April 2010— merupakan penggabungan layanan kereta api dengan lintas pelayanan yang sama, yaitu Argo Gede dan Parahyangan.

KA Parahyangan merupakan transportasi  KA yang legendaris, diluncurkan pada 1971 dan berakhir 2010 pasca  jalan Tol Cipularang dioperasikan.

Saat jalan Tol Jakarta-Cikampek-Bandung ini dioperasikan, penumpang KA Parahyangan berpindah moda ke mobil pribadi, bus yang berlimpah dan travel yang menjamur, sehingga penumpang KA Parahyangan turun drastis.

KAI mengambil Langkah menggabungkan KA Argogede dan Parahyangan Jakarta-Bandung menjadi “Argo Parahyangan” dua kereta yang sebelumnya merupakan kereta unggulan ini dimerger menjadi satu.

KA Parahyangan dioperasikan sejak  status perusaahn berbentuk Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) yang meluncurkan kereta api Parahyangan pada 31 Juli 1971 dengan layanan kelas bisnis dan eksekutif untuk menempuh perjalanan dari Bandung menuju Jakarta dalam waktu empat jam tiga menit.

Saat awal pengoperasiannya, kereta api ini sering beroperasi dengan lokomotif BB301 sebagai penarik. Lokomotif BB304 sempat dioperasikan sebagai penarik sebelum tergantikan oleh lokomotif CC201.

Pada tahun 1980-an, KA Parahyangan sempat menjadi pilihan masyarakat dan menjadi primadona  untuk bepergian menuju Jakarta maupun Bandung—hal ini dapat dibuktikan adanya pengoperasian kereta api Parahyangan dengan empat belas kereta dalam satu rangkaian.

Pada tahun 2005, KA  Parahyangan sempat beroperasi dengan membawa dua kereta kelas eksekutif dan tiga kereta kelas bisnis dalam satu rangkaian sebagai dampak penurunan tingkat keterisian penumpang akibat pengoperasian jalan tol Cikampek–Purwakarta–Padalarang (Cipularang)—perjalanan Jakarta–Bandung saat itu lebih cepat apabila ditempuh melalui jalan tol. Untuk meningkatkan keterisian penumpang, KAI sempat memberlakukan diskon tarif mulai 7 Maret 2008 sebelum layanan kereta api ini dihentikan pada 27 April 2010.

Pada HUT RI ke-50 tahun 1995 Perumka meluncurkan Kereta api Argo Gede (1995–2010). Kereta apin Argo merupakan layanan kereta api Argo pertama yang beroperasi mulai 31 Juli 1995. Nama "Argo Gede" diambil dari Gunung Gede, salah satu gunung di Jawa Barat. KA  ini diluncurkan di Stasiun Gambir oleh Perumka bersamaan dengan peresmian kereta api JS-950 Argo Bromo dan peluncuran  .lokomotif CC203.

Selama pengoperasiannya, kereta api ini menempuh perjalanan dari Jakarta menuju Bandung selama 2,5 jam dan beroperasi menggunakan rangkaian kereta buatan INKA keluaran 1995. Per Oktober 1999, kereta api ini melayani dua kali perjalanan dalam sehari dan tarif ditetapkan sebesar Rp40.000,00.

PT KA kemudian meluncurkan layanan kereta api Argo Gede II pada 20 Mei 2001—bersama dengan peluncuran kereta api Argo Muria II dan Gumarang—untuk menambah jumlah perjalanan lintas Jakarta–Bandung,b akarta-Semarang dan Jakarta-Surabaya Pasarturi.

Beberapa layanan kereta api lintas Jakarta–Bandung mengalami penurunan tingkat keterisian  sebagai dampak pengoperasian jalan tol Cipularang pada 2005. Walaupun demikian, tingkat keterisian kereta api Argo Gede lebih tinggi jika dibandingkan dengan kereta api Parahyangan.

Kereta api Argo Parahyangan merupakan hasil peleburan layanan kereta api Argo Gede dan Parahyangan sejak 26 April 2010 serta hasil tanggapan dari KAI atas kekecewaan masyarakat setelah pengoperasian kereta api Parahyangan dihentikan.

Kereta api Argon Parahyangan sempat beroperasi dengan rangkaian kereta yang terdiri dari tiga sampai empat kereta kelas eksekutif (bekas kereta api Argo Gede) dan dua sampai tiga kereta kelas bisnis (bekas kereta api Parahyangan).

Karena permintaan masyarakat akan layanan kelas eksekutif lebih tinggi dari kelas bisnis, maka layanan kelas bisnis dihilangkan pada beberapa perjalanan sehingga hanya melayani kelas eksekutif mulai 30 Desember 2011. Hingga tahun 2016, kereta api tersebut memiliki dua jenis layanan, yaitu layanan kelas eksekutif dan layanan kelas campuran (eksekutif-bisnis).

Sejak 25 Oktober 2016, layanan kelas bisnis kereta api Argo Parahyangan diubah menjadi kelas ekonomi plus. Rangkaian kereta kelas ekonomi plus yang digunakan berupa rangkaian kereta buatan INKA keluaran 2016—pernah digunakan untuk pengoperasian kereta api Mutiara Selatan maupun kereta api lain yang dikritik masyarakat karena alasan kenyamanan, yaitu jarak antarkursi yang sempit sehingga kereta api ini mulai melayani kelas eksekutif dan ekonomi plus. Selain itu, jumlah perjalanan dilakukan penambahan karena mengalami peningkatan tingkat keterisian.

Pada rentang tahun 2017 hingga 2019, kereta api ini mulai beroperasi menggunakan rangkaian kereta buatan INKA kelas ekonomi premium keluaran 2017 dan kelas eksekutif berbahan baja nirkarat keluaran 2018 pada layanan kereta api tambahan. Selain itu, kereta api ini mulai melayani layanan priority pada 9 Maret 2018.

Per 3 Februari 2023, kereta api Argo Parahyangan mendapatkan tambahan layanan Kereta Panoramic yang dioperasikan .sepanjang bulan Februari 2023 pada hari Jumat untuk nomor KA 44A dan Minggu untuk nomor KA 51A.
.
Kembalinya KA Parahyangan dan tidak beroperasinya Argo Parahyangan merupakan respon atas kehadiran Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) dari Halim Perdanakusume ke Tegal Luar, Bandung.

Mempertahankan KA Argo Parahyangan tidak lagi relevan ditengah persaingan dengan KCJB. Mengoperasikan KA Parahyangan adalah angkat realistis sebagai bentuk perjuangan membela kepentingan masyrakat.

Mulai 1 Februari 2025 mendatang dalam Gapeka baru KAI akan mengoperasikan kembali KA Parahyangan dengan mengakomodasi kelas ekonomi dan eksekutif serta berhenti di sejumlah stasiun Jatinegara, Bekasi, Cikarang, Purwakarta, Cimahi dan Bandung. ***

(***)