merdekanews.co
Minggu, 20 Juni 2021 - 09:32 WIB

Oleh: Akhmad Sujadi Pemerhati Transportasi

Trans Jateng Disubsidi Bus Swasta Dibiarkan Mati

### - merdekanews.co
Akhmad Sujadi Pemerhati Transportasi

Masyarakat Karsidenan Banyumas khususnya dari Kabupaten Banyumas dan Purbalingga saat ini  telah menikmati Trans Jateng.

Layanan bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP)  bersubsidi dari Pemprov Jateng ini sangat  aman dan  nyaman dibanding transportasi swasta yang mati suri didalam kota Purwokerto dan bus pada  koridor Purwokerto-Purbalingga-Bukateja.

Dengan armada baru bermotif batik merah, busnya  tampil keren.   Busnya ber-AC, dilayani pria/wanita cukup ramah telah   memikat sebagian masyakarat. Warga  rela antri menggunakan angkutan yang hanya berhenti pada halte-halte yang sudah disediakan pemerintah. Bahkan bus ini kadang melewati halte yang ada ketika penumpang di bus tidak ada yang turun dan di halte terlihat kosong.

Pengalaman naik Trans Jateng  penulis alami 6 bulan lalu. Saya mengambil rute  perjalanan dari Pasar Manis, Purwokerto menuju Jompo-Halte Unsoed. Sambil menunggu kedatangan bus, saya mampir ke Pasar Manis yang berdekatan dengan halte. Saya ingin    menikmati kuliner tradisional Banyumas di Pasar Manis yang sangat terkenal itu. Dengan uang tak seberapa besar, perut kenyang dengan aneka menu memikat.

Letak halte bus Trans Jateng persis di depan pasar sehingga tak perlu ongkos lagi untuk naik Trans Jateng. Saya naik bus Trans Jateng  tujuan Purbalingga namun turun di halte Unsoed Kalimanah.

Dari Halte Pasar Manis, semua penumpang harus transir di Terminal Bus Bulupitu.  Tariff dalam kota sudah termasuk tarif keseluruhan hingga tujuan akhir di Bukateja. Trayek dalam kota yang gratis  menggerus penumpang angkutan  kota di Kota Keripik yang sudah hampir reot.

Ketika tiba di Terminal Bus Bulupitu, semua penumpang memasuki halte yang sudah disiapkan termnial tipe A ini. Penumpang transit berganti bus tujuan Sokaraja, Jompo, Purbalingga dan berakhir di Bukateja. Trayek bus Trans Jateng ini menggerus panumpang bus Purwokerto-Wonosobo, Purwokerto- Pemalang dan Mikro bus Purwokerto-Bobotsari pada koridor Purwokerto-Purbalingga-Bukateja.

Dengan sistem pembayaran menggunakan kartu mobile pay  penumpang bisa bayar tunai,  lalu petugas akan  memberikan tiket. Sistem ini mempercepat, mempermudah dan memberikan pelayanan tiket dalam sisitem komputer serta transparansi pembayaran. Kecuali itu sistem ini juga menggantikan sisem manual yang biasa diterima kondektur bus, ada modernisasi sistem pembayaran.

Tarif untuk naik bus Trans Jateng hanya  Rp 3.500,- jauh dekat sama, tarifnya dibawah bus trayek Purwokerto-Wonosobo dan Purwokerto-Pemalang untuk koridor sampai Purbalingga dan Bukateja, ini tentu mematikan bus swasta, terlebih, penumpang didalam kota Purwokerto,  yang naik dari dalam kota ke terminal  tidak ditarik ongkos. Pembayaran hanya dilakukan sekali.

Pelayanan ramah. Bagi orang tua, ibu hamil, dan orang-orang yang kerepotan akan diutamakan duduk. Sedangkan bagi para  muda mudi  yang terlihat sehat dan kekar  harus mengalah,  berdiri memberikan kesempatan kepada yang lebih membutuhkan.

Memang bukan satu-satunya faktor penyebab matinya transportasi swasta di Banyumas. Kondisi transportasi swasta di Banyumas  sulit hidup sejak hadir transportasi online dan kemudahan kredit sepeda motor, terebih hadirnya Trans Jateng yang dari sisi pelayanan memberikan layanan bermutu  kepada masyarakat.

Perlu ditanyakan kepada pemegang kabijakan! Kenapa bukan transportasi swasta yang dinaikkan grade layananya? Kesulitan pendapatan bus makin mencekik dengan  kehadiran transportasi AKDP ini bisa disiasati dengan pemberian subsidi, bukan membangun  Trans Jateng yang  telah mematikan transportasi swasta bus mikro, bus tiga perempat yang sejalur.

Bus Trayek Purwokerto-Purbalingga-Bukateja-Wonosobo, Purwokerto-Sokaraja-Purbalingga-Pemalang dan angkot di Purwokerto sejalur ke terminal. Juga angkot dari Purbalingga-Bukateja mereka menjadi korban hadirnya  bus Trans Jateng. Mampukan perusahaan Otto Bus swasta menaikkan grade pelayanannya seperti Trans Jateng? Trans Jateng disubsidi, bus swasta dibiarkan mati. Seharusnya bukan menghadirkan Trans Jateng, tapi Bus Swasta yang  disubsidi.

Armada bus Trans Jateng yang terbatas belum mampu memenuhi kebutuhan pengguna jasa di semua koridor. Jarak yang masih jeda mengharuskan  penumpang menunggu lama. Jeda waktu ditopang bus AKDP Purwokerto-Pemalang, Purwokerto-Wonosobo dan Mikro Bus Purwokerto-Bobotsari, namun karena penumpang mereka  sebagian diambil Trans Jateng, bus mereka tidak lagi penuh. Terlebih mikro bus yang pernah berjaya pada rute-rute pendek, sangat sengsara. Sopir  mengeluh kesulitan operasional, sehingga kondisi armada tidak lagi mampu tampil handal dan bagus karena terbatasnya penumpang dan pendapatan mereka. Siapa yang akan menolong mereka?

Demikian juga angkutan kota di Purwokerto kondisinya juga tak lagi layak karena sulitnya mencari dan mendapatkan penumpang yang menjadikan pendapatan sangat menim. Terlebih mereka harus ngetem, mereka kini dilibas angkutan online baik sepeda motor maupun mobil. Sehinga agkutan umum yang berbasis trayek kini hampir punah. Dingklik-dingklik (tempat duduk kecila) sebagai tempat duduk tamabahan yang dulu menjadi solusi, kini tak lagi nampak.

Kondisi angkutan umum swasta di Banyumas sengsara, dalam kondisi  demikian siapa yang peduli dengan mereka? Pernahkah Dinas Perhubungan Jateng dan Dinas Perhubungan Kabupaten Banyumas dan Purbalingga melakukan survei kondisi pelayanan transportasi bus swasta ini? Apa langkah-langkah Dishub Jateng sebagai pembina angkutan umum di daerah? Mereka dibiarkan mati atau terus mengembangkan angkutan bersubsidi yang  mematikan angkutan swasta? ***

   

(###)