merdekanews.co
Rabu, 21 April 2021 - 14:38 WIB

Oleh: Akhmad Sujadi Pemerhati Transportasi

Mengintip Proyek Kereta Api Cepat Produksi Anak Bangsa

### - merdekanews.co
Akhmad Sujadi Pemerhati Transportasi

PT Industri Kereta Api (INKA) Madiun sedang membangun pabrik kereta api di Banyuwangi, Jawa Timur.

INKA sebagai industri produsen kereta untuk dalam negeri dan ekspor sering kerepotan saat harus mengirim hasil produknya ke luar pulau dan ke luar negeri.
Pasalnya lokasi pabrik jauh dari pelabuhan.

Seperti kita tahu pabrik kereta satu-satunya di Asia Tenggara di kota Brem ingin terus berkembang dan maju. Sejarah berdirinya INKA pada 1981 dimaksudkan untuk kemandirian bangsa, memproduksi kereta untuk kebutuhan dalam negeri, kebutuhan bagi KAI, LRT, MRT dan bahkan KA Cepat, INKA sedang dalam tahap perencanaan.

Guna mempermudah pengirman hasil produksi dan pengembangan pabrik, INKA sedang membangun pabrik di kawasan Tanjung Wangi, Banyuwangi, Jawa Timur. Langkah  ini  merupakan upaya INKA mengembangkan bisnis pabrik kereta api nasional menuju persaingan global.

INKA tidak hanya mampu membangun gerbong, kereta tanpa mesin saja, namun pabrik yang dikelola anak bangsa ini telah mampu membangun kereta bermesin mulai KRLI, KRDE, KRD, Kereta Bandara, LRT, merakit lokomotif  hingga rencana membangun kereta api kecepatan tinggi atau Hight Speed Train berkecepatan 350 km/jam pada 2030 mendatang.

Sebagai anak bangsa kita harus bangga dan bersyukur kita sudah mampu memproduksi kereta untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Selain itu kita juga harus lebih bangga karena produk INKA juga diekspor ke manca negara, Bangladesh, Filiphina dan Thailand.

Direktur Utama PT INKA (Persero) Budi Noviantoro pada kunjungan 109 peserta dari 60 BUMN  ke pabrik kereta Madiun Rabu, 29 November 2018 menjelaskan, kapasitas produksi pabrik di Madiun sudah overload. Pabrik  di Madiun sudah maksimal, saat ini prabrik  INKA Madiun  hanya mampu memproduksi 1 kereta/hari,  sedangkan permintaan 3-4 kereta perhari.

Pembangunan pabrik kereta di Banyuwangi selain meningkatkan kapasitas produksi juga untuk efisiensi. Pasalnya produk INKA untuk pasar Sumatera, Sulawesi dan manca negara harus diangkut dengan kapal laut, sehingga kereta harus dikirim dari Madiun ke Pelabuhan Tanjung Wangi melalui jalan darat ke Banyuwangi menggunakan super truck. “Pengangkutan dari Madiun ke Pelabuhan Tanjungwangi memerlukan biaya tidak sedikit. Kami perlu efisiensi untuk meningkatkan daya saing produk,” terang mantan Direktur Logistik PT KAI ini. 

Pasar INKA, kini tidak hanya PT Kereta Api Indonesia (Persero)-KAI saja. INKA tidak hanya  mampu membangun kereta ekonomi, eksekutif, kereta Bangladesh yang merupakan kereta tanpa mesin. 

Perusahaan BUMN pabrik  kereta terbesar dan satu-satunya di ASEAN ini telah mampu membuat  kereta rel disel (KRD), kereta rel disel elektrik (KRDE), kereta rel listrik Indonesia (KRLI), kereta rel listrik Bandara Soetta. Kereta Bandara Minangkabau dan Light  Rail Transit (LRT) Palembang. LRT Jabodetabek dan lokomotif hidrolik.

Dalam usianya yang ke-37 tahun INKA telah tumbuh menjadi industri manufaktur pembuat kereta untuk produk nasional dan produk ekspor. INKA yang didirikan pada 1981 tidak serta merta melesat menjadi pembuat kereta nomor wahid di ASEAN, namun melalui tahapan alih teknologi mulai ranka bawah, alat torak tarik kereta, bogie (seperangkat rangka bawah untuk roda, suspensi  dan teknis pengeremannya) dari Nippon Saryo, Jepang dan negara-negara sahabat di dunia.

Secara bertahap dari tahun ke tahun kerjasama yang semula hanya dengan satu negara diperluas dengan manca negara bukan hanya Jepang, namun Amerika dan Jerman menjadi sarana menimba ilmu. Perusahaan satu-satunya kebanggaan negeri ini, sudah mampu membuat lokomotif disel hidrolik.

Meskipun lokomotif itu tidak dipergunakan PT KAI, karya fenomenal anak bangsa ini harus kita hargai. Dalam usianya yang belum genap 40 tahun, Indonesia telah mampu membuat kereta api sendiri di dalam negeri untuk digunakan sendiri dan ekspor.

Produk INKA didalam negeri harus bersaing dengan produk dari Jepang (KRL Bekas) yang dipakai PT Kereta Api Comuter Indonesia (KCI), Kereta Bandara Kualanamu Medan (Korea). LRT Jakarta (Korea), MRT (Jepang), Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) dan gerbong PPCW dari China.

Sejak berdiri pada 1981, INKA baru dapat memproduksi gerbong barang di tahun 1982, tahun pertama produksi. Tahun 1984 mampu membuat kereta penumpang kelas ekonomi. 1992-1995 INKA mampu membuat kereta Argo (Anggrek, Argogede  dan Argolawu) serta KRLI  Jabodetabek yang dibeli Kementerian Perhubungan, Direktorat Jenderal Perkeretaapian.

Memasuki tahun 2016, INKA mencoba memproduksi lokomotif disel hidrolik jenis CC 300. Lokomotif berwarna merah ini dipesan oleh Direktorat jenderal Perkeretaapian sebagai supporting pengembangan perkeretaapian dalam negeri.

Memasuki tahun 2017, INKA memproduksi kereta Ligth Rail Transit (LRT) Palembang pesanan Direktorat Jenderal Perkeretaapian. Memasuki tahun 2018-2019 INKA membangun kereta Driverless Train, kereta tanpa pengemudi untuk LRT Jabodetabek.

Kemudian pada tahun 2020, INKA akan memproduksi Medium Speed, kereta kecepatan menengah  160 km/jam. Mulai 2022 hingga 2030, INKA akan mengembangkan dan membangun kereta api  kecepatan tinggi dengan kecepatan 350 km/jam atau Hihg Speed Train.

Kemampuan INKA membangun KA kecepatan tinggi menjadikan Indonesia akan sejajar dengan Perancis, Jepang, China sebagai produsen KA kecepatan tinggi dunia.   

Dalam membangun produknya INKA memanfaatkan produk bervariasi, sehingga tingkat kandungan komponen dalam negeri (TKDN)  antara  42 % hingga 60 %, tergantung jenis produknya.

Kandungan TKDN dalam negeri akan menyerap tenaga kerja dan industri  lokal. Kini INKA merambah dunia dengan produk-produknya. Meskipun masih pasar Asia, kemampuan INKA dalam memproduksi kereta tidak perlu diragukan lagi. INKA terus membangun, memenuhi kebutuhan kereta untuk dalam negari dan manca negara. INKA Hadir Untuk Negeri. Maju Bangsa Besama INKA.

(###)