merdekanews.co
Jumat, 16 April 2021 - 17:15 WIB

Oleh: Akhmad Sujadi Pemerhati Transportasi

Kisah Sukses KAI Menaklukkan Mafia Penumpang

### - merdekanews.co
Akhmad Sujadi, Pemerhati Transportasi

Para   pengguna jasa kereta api (KA) saat ini  dapat menikmati kondisi pelayanan kereta yang aman, nyaman, bersih. Toiletnya harum, bersih dan wangi.

Penumpang juga nyaman tidak terganggu penumpang gelap, pedaganag asongan yang berisik dan kadang ada yang nyambi pula nyopet atau menjambret.

Pendek kata, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) – KAI  berhasil mengatasi problem masa lalu melalui perjuangan tak kenal lelah,  kerja keras seluruh jajaran insan KAI pada 2009-2014.

Kenapa tumbuh subur penumpang gelap di KA? Jawabnya  karena ada mafia.

Penumpang gelap umumnya terjadi setiap weekend, longweekend tiba. Saat weekend banyak  karyawan swasta, ASN, karyawan BUMN dan juga TNI/Polri memanfaatkan waktu liburnya untuk pulang kampung.

Penumpang gelap biasanya dari Jakarta, Bandung menuju ke timur Semarang, Jogja, Solo, Madiun hingga Surabaya.

Mereka berangkat pada Jumat sore atau Jumat malam  dan kembali ahad. Maka ada istilah PJKA (pulang Jumat kembali Ahad).

Penumpang gelap di KA ada penumpang gelap jarak jauh. Mereka umumnya naik di kereta eksekutif, bisnis maupun ekonomi.

Dulu KA eksektutif yang harganya mahal pun dimasukin penumpang gelap intelektual, mampu bayar dan kadang terhormat (maaf ada pula ditemukan pejabat beberapa instansi atau kesatuan).

Mereka membentuk kelompok arisan dan bermitra dengan kru KA (masinis, TKA dan kondektur). Dengan kode-kode tertentu mereka iuran ke seorang pengepul.

Berapa harga tiket di mafia? Tentu lebih murah dibanding tiket resmi.

Tiket mafia tidak masuk kas perusahaan, masuk ke oknum.

Kalau tiket resmi seharga  Rp 250.000,- untuk kelas eksekutif  misalnya,  tiket mafia paling mahal Rp 75.000,- untuk Jakarta-Surabaya. Kenapa bisa Rp 75.000,-?

Mafia pintar, pergantian kru KA, khususnya kondektur menjadi acuan harga. Berapa kali kondektur berganti, maka itu patokan harganya.

Misalnya KA Argolawu ke Solo ganti kondektur hanya dua kali di Purwokerto. Mereka mematok tarif berdasarkan perhitungan  pergantian Kru KA, Jakarta-Solo hanya Rp50.000,-

Uang yang sudah diterima pengepul akan diberikan ke kondektur.

Cara memberinya macem-macem. Bisa ketika sebelum KA berangkat, diperjalanan ketika kontrol penumpang.

Untuk pengepul tidak bayar sama sekali. Bahkan pengepul bisa untung  karena kondektur jarang menghitung berapa orang dan sulit mencocokkan jumlah orang dan jumlah uangnya.

Kondektur juga sedikit takut menerima uang itu jadi percaya saja kepada pengepul.



Mafia Penumpang KRL

Penumpang gelap di masa lalu tidak hanya terjadi  KA antar kota, namun di  KA Lokal, KRL Jabotabek juga tidak terhindarkan dari mafia tiket.

Sebelum  diberlakukan pengetatan masuk peron dan tiket KRL masih manual dengan kertas,  penumpang  leluasa masuk peron dan naik KA gratis.

Beberapa kali tertangkap penumpang menggunakan tiket  kertas sudah kedaluarsa. Ada pula pemalsuan kartu bukti diri pegawai (KBD), tiket langganan Kartu Tiket Bulanan (KTB) dipakai orang lain dan banyak cara dilakukan mafia tiket.

Cara mafia tiket KRL berbeda dengan tiket KA antar kota. Kalau KA antar kota umumnya penumpang tidak ada bukti tiket sama sekali.

Penumpang KA antar kota umumnya menggunakan tiket abab (hanya bicara), sekian orang bang. Sekian orang Pak, sambil menyerahkan uang ke kondektur. Langsung selipin uang. Kadang diamplopin kadang tidak.

Ke mana lari uang mafia itu? Sebagian besar dibagi ke kru KA.

Sedangkan  mafia penumpang KRL, permainannya aneka ragam. Ada penumpang yang komplain di stasiun tujuan karena tiket tanggalnya kedaluwarsa.  Ini permainan petugas loket, portir dan juga kondektur.

Dengan tiket kertas, cara kontrol penumpangnya di pintu masuk dengan petugas portir dan Satpam.

Tugas portir memeriksa tiket dengan melubangi dengan gunting. Satpam mengawasi kalau ada yang lolos.

Dengan model ini tentu mudah penumpang menerabas. Apalagi ribuan penumpang bersamaan, sulit kontrolnya.

Salah satu cara control tiketnya ketika keluar di stasiun tiket KRL harus diserahkan kepada petugas di pintu keluar, di sini  juga ada celah. Petugas portir dan Satpam yang umumnya out sourching ini memilah tiket yang masih bagus dipilih,  yang belum dibolongi dipisahkan.

Karena petugas pemeriksa tiket di atas KA tidak lagi dikontrol kondektur, umumnya teman satu vendor, petugas kontrol  juga kadang melewatkan beberapa gerbong tidak dikontrol, dilewati.

Tiket-tiket yang sudah terseleksi disetorkan ke loket, dijual lagi. Putaran tiket ini berapa banyak? Lumayan besar bukan?
Itulah cara mafia tiket KA antar kota dan KRL Jabotabek.

Berapa nilai kebocoranya? Ketika PT. KAI mengadakan one day ticket (kampanye sehari semua penumpang bertiket pada 2008). Kebocoran KRL sekitar 35 %. KAL Lokal Rangkasbitung 30 %. Karena KA lokal tiketnya murah, kerugian perusahaan, kerugian negara tidak terlalu besar, tapi data untuk lintas itu setahun sekitar Rp 76 milyar dengan tarif hanya Rp 2000,- besar bukan?

Untuk KA antar  kota berapa kerugianya? Besar. Meskipun prosentase  penumpangnya lebih sedikit dibanding pengguna KRL Jabodetabek namun harga tiketnya mahal.

Bagaimana cara  KAI memberantas mafia ini? Mafia melibatkan oknum internal dan eksternal.

Untuk menyelesaikan itu, Dirut KAI waktu Ignasius Jonan memilih membenahi internal. Lawan mafia  itu internal dulu. Ini justru lebih seru.

Untuk menyelesaikan mafia tiket KA antar       kota diberantas dengan penjualan tiket satu kursi satu nama dan harus sesuai identitas penumpang.

Pengetatan masuk peron dengan sistem boarding ketat di pintu masuk. Menaikkan gaji dan tunjangan kondektur, masinis, teknisi di atas KA lebih dari 100 prosen dari sebelumnya.

Menerapkan sanksi penumpang tanpa tiket, tiket  salah tanggal, salah nama dengan tegas diturunkan di stasiun berikutnya. Lalu memutasi atau  menurunkan jabatan karyawan yang tidak taat, bahkan ada yang dikeluarkan.

Untuk KRL Jabotabek dengan merubah sistem tiket kertas menjadi tiketing elektronik  dengan tiket plastik dan pemasangan gate terintegrasi di pintu masuk yang efektif berlaku sejak Juli 2013 dilakukan permanen.

Mempermudah cara pembayaran dengan menggandeng perbankan dengan kartu e-money.

Perlawanan internal dan eksternal pun seru. Tidak mudah melawan mafia, namun KAI berhasil melewati masa kritis itu.

Jonan dan para direksi serta seluruh karyawan KAI berhasil memberesi mafia tiket KA. Pengalaman ini seharusnya bisa menjadi model,  dapat menjadi contoh bagaimana memberesi mafia di negeri ini?

Untuk membersihkan mafia di negeri ini dapat dilakukan bila dalam  memilih figur pemimpin mampu  memilih pemimpin berintegritas, petarung dan mampu memanage tugasnya dengan baik. 

(###)