merdekanews.co
Selasa, 30 Maret 2021 - 14:23 WIB

Willem Wandik Sindir Keras Moeldoko: Ibarat Abdi Dalem Ingin Jadi Raja

Sekar Arumi - merdekanews.co
Willem Wandik, Wakil Ketua Umum Partai Demokra

Jakarta, MERDEKANEWS - Kebohongan demi kebohongan yang disampaikan Kepala KSP Moeldoko dalam upayanya mencaplok Partai Demokrat, membuat politisi asal Papua Willem Wandik mengibaratkan Jenderal Purnawirawan ini seperti abdi dalem yang kebelet ingin jadi raja.

Ini disampaikan Willem menanggapi pernyataan Moeldoko soal tarikan ideologis di Partai Demokrat yang digunakan untuk membenarkan upaya kudeta kepemimpinan di partai tersebut.

“Saya ini asli Papua, Ketua Umum Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI),” kata Willem Wandik (29/3) “Sejak dulu, saya merasa nyaman dalam rumah besar Partai Demokrat. Asasnya nasionalis-religius, mewadahi semua kepentingan yang ada di Indonesia,” kata Willem Wandik, yang juga Wakil Ketua Umum Partai Demokrat. Sebelumnya, nama GMKI sempat dicatut oleh penyelenggara KLB ilegal untuk pemesanan tempat disebuah hotel di Deli Serdang, Sumatera Utara.

“Bagaimana mungkin Partai Demokrat bisa disebut mengalami tarikan ideologis, padahal partai ini pernah dipimpin oleh 3 sekjen yang beragama Nasrani?” tanya Willem retoris, “Fakta lain adalah Gubernur Aceh maupun Gubernur Papua yang dipilih langsung oleh rakyat masing-masing, adalah kader Partai Demokrat. Pasti bukan tanpa alasan jika rakyat kedua provinsi yang latar belakangnya berbeda ini, sama-sama merasa nyaman dipimpin oleh kader Demokrat.”

Jadi, lanjut Willem Wandik, tudingan KSP Moeldoko tentang tarikan ideologis sungguh mengada-ada. “Jika dulu ada lagu yang populer berjudul Jangan Ada Dusta diantara Kita, yang kini dilakukan oleh Moeldoko adalah Dusta Diatas Dusta,” kata anggota F-PD DPR RI ini.

Ia melanjutkan, “Saya jadi ingat kisah pewayangan Jawa tentang Petruk Dadi Ratu. Kisah ini sesungguhnya bercerita tentang orang yang tidak punya kapasitas dan integritas tapi kebelet menjadi raja. Bagi Petruk, menjadi raja atau pemimpin itu adalah semata-mata tahta dan harta, bukannya amanah dan tanggung jawab.”

“Siapa sangka pada abad 21 ini, kita melihat drama Petruk atau abdi dalem yang kebelet jadi pemimpin. Ia menggunakan segala cara untuk mencapai hasratnya, tidak peduli apakah dia harus terus berdusta, melanggar etika maupun hukum yang berlaku,” kata tandas Willem, “Kini kita sedang menyaksikan abdi dalem bernama Moeldoko sedang berakrobat dan menebar dusta dalam memenuhi hasratnya menjadi pemimpin, termasuk dengan cara merampas milik orang lain.” (Sekar Arumi)