Tol Laut diluncurkan perdana pada 4 November 2015. Dalam usia menginjak 6 tahun gagasan Presiden Jokowi ini mengalami pertumbuhan.
Tol Laut yang merupakan pelayaran liner atau langsung multi port terjadwal dan pelabuhan singgah ditentukan secara tetap ini disubsidi pemerintah.
Tol Laut dioperatori perusahaan pelayaran BUMN dan perusahaan pelayaran swasta nasional. Kepada perusahaan pelayaran BUMN, pemerintah memberikan penugasan. Sedangkan operator pelayaran swasta melalui mekanisme lelang.
Trayek Tol Laut ditetapkan Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.
Tol Laut diwujudkan guna menunjang distribusi barang dari daerah maju ke daerah terpencil, tertinggal, terdepan dan perbatasan (T3P) dalam pemerataan pembangunan, pengembangan ekonomi dan sebagai upaya menurunkan disparitas harga barang antara wilayah Indonesia terutama daerah T3P.
Keberhasilan menekan disparitas harga merupakan hasil kerjasama pemerintah pusat dengan para operator pelayaran BUMN maupun pelayaran swasta dengan pemerintah daerah tujuan Tol Laut. Sehingga barang kebutuhan di daerah serta komoditi dari daerah yang memiliki nilai jual dapat dipasarkan ke luar daerah dengan diangkut kapal Tol Laut.
Tol Laut yang diluncurkan pemerintah bersama PELNI diawali 2 trayek, 1 kapal berangkat dari Tanjung Priok Jakarta ke Papua dan 1 kapal dari Tanjung Perak, Surabaya ke daerah NTB dan NTT pada 2015.
Tol Laut terus bertambah dari 2 trayek pada 2015 menjadi 6 trayek pada 2016, menjadi 13 trayek di 2017, menjadi 18 trayek di 2018 menjadi 20 trayek pada 2019, menjadi 26 trayek pada 2020 dan pada 2021 trayeknya sudah 32 trayek.
Seiring bertambahnya trayek, diiringi pula dengan penambahan jumlah pelabuhan pangkal, pelabuhan singgah, jumlah kapal, dan pelabuhan tujuan Tol Laut. Operator yang semula hanya PELNI, bertambah 2 BUMN, ASDP Indonesia Ferry, Djakarta Lloyd ikut terlibat.
Terdapat pula perusahaan pelayaran swasta nasional diantaranya PT Luas Line, PT Temas dan PT Pelayaran Pelangi Tunggal Ika.
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut pada tahun 2021 menambah 6 trayek baru sehingga menjadi 32 trayek. Pertambahan trayek bertambah pula jumlah pelabuhan Tol Laut menjadi 106 pelabuhan, terdiri 9 pelabuhan pangkal dan 97 pelabuhan singgah dan tujuan Tol Laut.
Hal ini sesuai Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor AL. 869/DJPL/2020.
Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, menjadi pelabuhan pangkal terbanyak kapal Tol Laut, dari Surabaya diberangkat 15 trayek, disusul pelabuhan pangkal Tanjung Priok, Jakarta untuk melayani ke wilayah Kepulauan Riau dan wilayah Sumatera.
Pelabuhan Soekarno Hatta, Makassar, Pelabuhan Kelapa Lima, Merauke-Papua Barat masing-masing menjadi pangkalan untuk 3 trayek.
Pelabuhan Bitung dan Timika melayani 2 trayek.
Sedangkan sisanya terdiri Pelabuhan Teluk Bayur, Kupang, Maumere, dan Biak melayani masing-masing 1 trayek.
Dari 32 trayek terdapat trayek dengan rute terpanjang, yaitu Trayek T-9 dari di Tanjung Perak, Surabaya. Trayek yang dilayani KM. Kendhaga Nusantara 9 berkapasitas 60 TEUs ini menempuh jarak 4.072 NM (Nautical Mile) atau sekitar 7.500 Km ditempuh selama 25 hari layar dalam 1 voyage. Trayek ini diopertori PT Luas Line.
Adapun trayek dengan rute terpendek, trayek T-13 dari Kupang- Rote- Sabu- Waingapu- Kupang dengan total jarak 419 NM atau 776 Km ditempuh selama 11 hari layar. Trayek ini dioperatori oleh PT PELNI (Persero) menggunakan KM Kendhaga Nusantara 11 berkapasitas 60 TEUs.
Dari 32 trayek Tol Laut tahun 2021 terdapat 14 unit kapal milik Negara dan sisanya 18 kapal milik operator baik BUMN maupun operator swasta.
Sebanyak 14 unit kapal milik Negara juga dioperasikan oleh BUMN dan swasta, sehingga ada keseimbangan penugasan kepada BUMN dan keterlibatan pelayaran swasta dalam penyelenggaraan Tol Laut.
Pada 2021 Pemerintah kembali menugaskan kepada 3 BUMN untuk menjalani 21 trayek, dengan rincian PT PELNI (Persero) 9 trayek; PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) 7 trayek; dan PT Djakarta Lloyd (Persero) 5 trayek. Sisanya sebanyak 11 trayek dipilih melalui mekanisme pelelangan.
Operator swasta yang terpilih diantaranya PT Tempuran Mas (Temas), PT Luas Line, dan PT Pelayaran Pelangi Tunggal Ika.
Dalam evaluasi Tol Laut Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Laut Ditjen Perhubungan Laut menyampaikan perkembangan volume barang yang diangkut melalui Tol Laut terus meningkat.
Pada tahun 2016 terealisasi 81.404 ton dengan 4070 TEUs. Kemudian menjadi 362.560 ton dengan 18.126 TEUs pada 2020. Terdapat peningkatan sebesar 77 persen dalam 5 tahun.
Pertumbuhan ini dipicu bertambahnya trayek, pelabuhan pangkal, pelabuhan singgah dan jumlah kapal sehingga banyak daerah baru disinggahi kapal Tol Laut.
Kehadiran Tol Laut memang belum mampu menyeimbangkan antara muatan kapal berangkat dari daerah maju dan muatan balik dari daerah tujuan Tol Laut yang umumnya daerah T3P, sehingga masih terjadi gap antara muatan berangkat dan muatan balik yang masih cukup tinggi.
Dari total muatan 18.126 TEUs pada tahun 2020, volume muatan berangkat mencapai 13.825 TEUs atau 3,2 kali lebih banyak dibanding muatan balik sebanyak 4.303 TEUs dengan gap rata-rata sebesar 69 persen.
Trayek T-15- dari Tanjung Perak – Makassar – Jailolo – Morotai – Tanjung Perak sejauh 2.607 NM dengan 17 hari layar dalam setiap voyage merupakan trayek dengan muatan terbanyak mencapai 2.226 TEUs, kemudian muatan baliknya mencapai 1.239 TEUs lebih besar muatan berangkat 987 TEUs, trayek ini dilayani diopertori PT PELNI (Persero) dengan KM Logistik Nusantara 03.
Trayek T-15 merupakan trayek Tol Laut dengan isian seimbang antara mutan kapal berangkat dan muatan kapal balik.
Sedangkan Trayek T-18 dari Tanjung Perak- Badas- Bima –Tanjung Perak dengan jarak 867 NM yang ditempuh selama 22 hari dalam 1 voyage, trayek ini melayari ke pulau-pulau kecil yang daerahnya masih dalam masa pertumbuhan, sehingga muatan pada taryek ini masih paling sedikit.
Total muatan sepanjang tahun 2020 mencapai 471 TEUs. Trayek T-18 ini dilayani operator PT Temas.
Sementara trayek dengan muatan berimbang antara muatan berangkat dan muatan balik adalah trayek T-5. Perbedaan antara muatan berangkat dan muatan balik hanya hanya 3,5 persen. Trayek berjarak 670 NM ini dilayari selama 12 hari layar dalam 1 voyage, menyinggahi pelabuhan-pelabuhan di Provinsi Sulawesi Utara. Trayek T-5 berpangkalan di Pelabuhan Bitung dilayani KM. Kendhaga Nusantara 01 dengan kapasitas 60 TEUs, dioperatori PT. PELNI (Persero).
Sepanjang tahun 2020 taryek T-1 dan T-8 adalah dua trayek yang paling tinggi gap antara muatan berangkat dan muatan baliknya. Trayek T-1 dari Tanjung Priok-Lhokseumawe- Malahayati -Sabang-Tanjung Priok merupakan trayek baru.
Sementara pada trayek T-8 dari Makassar -Bungku- Kolonodale- Makasar, muatan berangkat 676 TEUs, muatan baliknya hanya 1 TEUs.
Sebagai trayek baru dalam pelayaran, wajar bila muatan masih sepi. Seperti trayek lain pada awalnya muatan balik kosong, namun seiring waktu muatan mulai terisi bahkan sudah beberapa trayek berhasil membawa muatan balik cukup banyak.
Perbedaan muatan berangkat dan muatan balik terjadi hampir diseluruh trayek, hal ini mengambarkan kondisi ketidakseimbangan perdagangan antar wilayah Indonesia barat dan timur serta utara-selatan masih timpang.
Meski begitu perkembangan jumlah kapal, pelabuhan singgah dan pelabuhan tujuan Tol Laut membuka konektivitas baru, sehingga akan menjadi salah satu solusi dalam membangkitkan ekonomi wilayah T3P menjadi daerah maju di masa mendatang.
Kabar baik dari perkembangan Tol Laut, baru saja pemerintah meresmikan layanan perdana Tol Laut trayek T-19 dari Merauke-Timika-Fakfak-Sorong- dan Pelabuhan Depapre, Jayapura sejak 27 Januari 2021, kapal Tol Laut mulai bersandar di Pelabuhan Depapre, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Papua yang sekaligus ditandai bersandarnya KM. Logistik Nusantara II yang dioperatori PT PELNI (Persero) membawa 18 kontainer berisi beras dari Merauke.
Hadir dalam kesempatan tersebut perwakilan Kementerian Perhubungan, PT. PELNI (Persero), Pemerintah Provinsi Papua, DPRD Papua, Bupati dan DPRD Jayapura serta tokoh masyarakat adat. Warga di lokasi sekitar pelabuhan juga menyaksikan pertama kali kapal logistik ini bersandar.
Staf Khusus Menteri Perhubungan Bidang Keamanan dan Kemaritiman Buyung Lelana mengatakan Tol Laut bertujuan mempermudah distribusi logistik ke daerah-daerah terpencil, tertinggal, terluar, dan perbatasan (T3P) dengan tujuan menjamin ketersediaan barang, mengurangi disparitas harga, mempermudah pengiriman bahan pokok, barang penting, dan mengangkut hasil industri, pertanian, perkebunan dari daerah tujuan Tol Laut sehingga ada keseimbangan perdagangan antara daerah maju dengan daerah T3P maupun antar daerah T3P akan tumbuh.
Hadirnya trayek T-19 dari Merauke menyisir pelabuhan-pelabuhan di sisi Barat dan Utara Pulau Papua yang berangkat dari Pelabuhan Pangkal di Merauke yang juga termasuk daerah T3P penghasil beras terbesar di Indonesia Timur ini menandakan Tol Laut mampu membukan konektivitas antar wilayah. Trayek T-19 mendistribusikan hasil pertanian untuk mensuplai kebutuhan beras di daerah Timika, Fakfak, Sorong, hingga Jayapura.
Trayek T-19 juga akan memuat hasil perkebunan dari daerah Jayapura untuk didistribusikan ke daerah Sorong, Timika dan Merauke.
Dengan demikian ada keseimbangan perdagangan antara daerah T3P dalam trayek T-19. Para kepala di daerah T3P dapat saling bertukar informasi ketersediaan dan kebutuhan barang dan minta disuplai barang yang dibutuhkan dan menawarkan ketersediaan barang di daerah T3P.
Dengan demikian Tol Laut tidak hanya memberikan suplai bahan pokok dan barang penting dari daerah maju ke daerah T3P, namun barang kebutuhan pokok seperti beras dapat pula disuplai dari daerah Merakau yang masuk kategori daerah terdepan dan perbatasan.
Tol Laut menjadi solusi membuka isolasi, membuka pasar baru bagi produk-produk daerah untuk dipasarkan ke daerah yang membutuhkan di sesama daerah T3P.
Secara bertahap Tol Laut membuahkan hasil, memberikan nilai ekonomi yang pada awalnya disubsidi ke depan secara berangsur-angsur akan menjadi kapal komersial tanpa subsidi, bila layanan kapal sudah memiliki nilai komersial yang tinggi.
Daerah tujuan Tol Laut yang saat ini masih tertinggal secara bertahap akan menjadi daerah maju. Sehingga ke depan subsidi Tol Laut pada rute-rute tertentu secara bertahap dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan karena sudah layak dilayari kapal komersial.
Semoga.
-
Beri Kemudahan ke Masyarakat, Sinergi BRI dan PELNI Hadirkan Layanan Reservasi Tiket Kapal Laut Beri Kemudahan ke Masyarakat, Sinergi BRI dan PELNI Hadirkan Layanan Reservasi Tiket Kapal Laut
-
Peran BUMN Dalam Modernisasi Perkeretaapian Peran BUMN Dalam Modernisasi Perkeretaapian
-
Menhub Dorong Pelni Tingkatan Konektivitas Daerah 3TP Menhub Dorong Pelni Tingkatan Konektivitas Daerah 3TP
-
CEGAH TABRAKAN DI PERLINTASAN SEBIDANG PERLU OPERATOR KHUSUS CEGAH TABRAKAN DI PERLINTASAN SEBIDANG PERLU OPERATOR KHUSUS
-
Modernisasi Perkeretaapian Jabodetabek Libatkan BUMN dan Swasta Modernisasi Perkeretaapian Jabodetabek Libatkan BUMN dan Swasta