merdekanews.co
Selasa, 27 November 2018 - 04:05 WIB

Diplomasi Ekonomi Kedubes RI di Swiss

IE-CEPA Diteken, Karpet Merah Perdagangan RI ke EFTA Makin Lebar

Setyaki Purnomo - merdekanews.co

Jakarta, MERDEKANEWS - Akses pasar barang, jasa, dan investasi antara Indonesia dan negara-negara anggota European Free Trade Association (EFTA) semakin terbuka lebar. Termasuk untuk kerja sama ekonomi dan pengembangan kapasitas.

Peluang pasar terbuka lebar setelah ditandatanganinya pernyataan bersama (joint statement) Indonesia-EFTA Comprehensive Economic Partnership Agreement (IE-CEPA) oleh Menteri Perdagangan RI, Enggartiasto Lukita dengan empat menteri negara-negara anggota EFTA di di Sekretariat EFTA, Jenewa, Swiss, Jumat (23/11/2018).

Hal tersebut menjadi benang merah dari Forum Bisnis yang diselenggarakan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Bern di Kota Jenewa, Swiss. Dalam forum bisnis bertema “Optimizing the Benefits of Indonesia-EFTA CEPA Agreement” dihadiri 20 pelaku usaha Swiss yang memiliki bisnis di Indonesia.

Duta Besar RI untuk Swiss dan Liechtenstein, Muliaman D Hadad yang memandu diskusi terbatas antara Enggartiasto dengan para pelaku usaha Swiss, mengatakan, tujuan utama forum bisnis ini adalah sosialisasi pemanfaatan IE-CEPA bagi para para pelaku bisnis di Indonesia dan negara-negara EFTA. “Perundingan IE-CEPA telah berlangsung secara intensif selama hampir 8 tahun atau perundingan CEPA terpanjang yang pernah dimiliki oleh Indonesia hingga saat ini,” ungkap Muliaman dalam rilis kepada media di Jakarta, Senin (26/11/2018).

“Kita dorong para pelaku usaha di Indonesia memanfaatkan CEPA dengan negara-negara EFTA yang telah diperjuangkan sejak lama ini, karena berdasarkan survey sebagian perjanjian perdagangan bebas (free trade agreement) mandeg atau tidak dimanfaatkan dengan baik,” lanjut mantan Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ini.

Dalam forum bisnis tersebut, Indonesia-EFTA CEPA sepakat meningkatkan akses pasar perdagangan produk Indonesia ke EFTA, berupa produk perikanan, industri (tekstil, furnitur, sepeda, elektronik, dan ban mobil), serta pertanian (termasuk kopi dan kelapa sawit).

Untuk perdagangan jasa, kata Muliaman, akses pasar bagi pekerja Indonesia (Intra Corporate Trainee, Trainee, Contract Service Supplier, Independent Professional, serta Young Professional) ke EFTA, akan semakin terbuka. Contohnya, sektor jasa yang akan memperoleh keuntungan antara lain jasa profesi, telekomunikasi, keuangan, transportasi, dan pendidikan.

Indonesia, lanjut pria yang hobi berkebun ini, akan memperoleh peningkatan investasi dari negara anggota EFTA pada sektor energi dan pertambangan, permesinan, pertanian, infrastruktur sektor perikanan, kehutanan, industri kimia, dan lain sebagainya.

Selain itu, kata Muliaman, Indonesia akan mendapatkan kerja sama dan capacity building, misalnya dalam sektor perikanan dan aquamarine, promosi ekspor, pariwisata, UMKM, HKI, kakao, sustainability maintenance, repair and overhaul (MRO), pendidikan vokasional, dan lainnya.

Informasi saja, European Free Trade Association (EFTA) merupakan organisasi regional dan kawasan perdagangan bebas dari empat negara di Eropa, yaitu Swiss, Liechtenstein, Norwegia, dan Islandia.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, negara-negara EFTA merupakan negara tujuan ekspor nonmigas ke-23 dan negara asal impor nonmigas ke-25 terbesar bagi Indonesia. Pada 2017, perdagangan Indonesia-EFTA mencapai US$2,4 miliar. Sementara, nilai ekspor Indonesia ke EFTA sebesar US$1,31 miliar dan impor Indonesia dari EFTA sebesar US$1,09 miliar. Artinya, Indonesia masih mengalami surplus perdagangan dengan EFTA sebesar US$212 juta.

Ekspor utama Indonesia ke EFTA antara lain perhiasan, perangkat optik, emas, perangkat telepon, dan minyak esensial. Sementara impor utama Indonesia dari EFTA adalah emas, mesin turbo-jet, obatobatan, pupuk, dan campuran bahan baku industri. Di sektor investasi, nilai investasi negara-negara anggota EFTA di Indonesia pada 2017 mencapai US$621 juta.

Penandatanganan pernyataan bersama (joint statement) Indonesia-EFTA CEPA ini, menandai diselesaikannya perundingan antara Indonesia dengan negara-negara EFTA, melalui skema IE-CEPA. Para pimpinan setingkat menteri negara EFTA yang melakukan penandatangan yaitu Menteri Perdagangan dan Industri Norwegia Torbjørn Røe Isaksen; Menteri Hubungan Luar Negeri, Hukum, dan Budaya Leichtenstein Aurelia Frick; Menteri Hubungan Luar Negeri dan Perdagangan Eksternal Islandia Guðlaugur Þór Þórðarson; Kepala Departemen Hubungan Ekonomi Swiss Johann N. Schneider-Ammann; serta dihadiri pula Sekretaris Jenderal EFTA Henri Gétaz dan Duta Besar RI untuk Swiss dan Liechtenstein Muliaman D. Hadad.

Langkah selanjut setelah joint statement adalah melakukan “legal scrubbing” dan penerjemahan sehingga secara teknis dan legal, IE-CEPA siap ditandatangani. IE-CEPA djadwalkan akan ditandatangani di Jakarta pada Desember 2018.

  (Setyaki Purnomo)






  • Jokowi dan PDI Perjuangan Menang Besar di Swiss Jokowi dan PDI Perjuangan Menang Besar di Swiss Perhitungan suara Panitia Pemilihan Luar Negeri Swiss dan Liechtenstein, menetapkan pasangan 01 Joko Widodo-Maruf Amin menang dengan 78,4%. Sementara, pasangan 01 Prabowo-Sandiaga Uno memperoleh 18%.