merdekanews.co
Rabu, 09 Mei 2018 - 01:39 WIB

Bamus Betawi Gelar BOS

Waduk Rawa Badak Simbol Betawi Yang Dilupakan

Ira Safitri - merdekanews.co
Ridwan Boim

Jakarta, MerdekaNews - Nasib Waduk Rawa Badak memang miris. Daerah yang menjadi salah satu simbol Betawi di Jakarta Utara ini seperti dicueki.

Buktinya, Waduk Rawa Badak hingga kini tidak masuk dalam 12 distinasi wisata pesisir. Nah, untuk mengoptimalkan waduk tersebut DPD Badan Musyawarah Betawi (Bamus Betawi) Jakarta Utara bakal menyelenggarakan Betawi On Stage (BOS).

Acara tersebut akan dilaksanakan pada Jumat-Sabtu (11-13 Mei) di Kawasan Waduk Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta Utara.

Betawi On Stage atau Betawi Manggung merupakan kegiatan yang menampilkan beragam pertunjukan antara lain festival/lomba marawis, kasidah, parade, dan lomba kesenian serta Budaya Betawi.

Kegiatan lomba akan dikolaborasi dengan hiburan dan kesenian kontemporer beberapa band Betawi ikut memeriahkan acara BOS.

"Acara-acara yang akan digelar seperti baca cerpen dan puisi Betawi, ngebuleng, keroncong, ondel-ondel serta manusia petasan, palang pintu, dan parade silat," ujar Ketua DPD Bamus Betawi Jakarta Utara Ridwan Boim, Selasa (8/5).

BOS juga membuka pameran pusaka Betawi, peragaan busana Betawi, launching motif batik Betawi pesisir, photo booth, bazar kuliner dan kerajinan Betawi, bazar multi produk, dan wahana permainan anak-anak.

"Sehingga dapat dinikmati oleh seluruh lapisan kalangan usia mulai dari anak-anak, remaja hingga orang tua," terang aktivis 98 yang akrab disapa Boim ini.

Diterbitkannya regulasi yang memperkuat eksistensi budaya Betawi seperti Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi, Peraturan Gubernur Nomor 229 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelestarian Budaya Betawi, Peraturan Gubernur Nomor 11 Tahun 2017 tentang Ikon Budaya Betawi memberikan kesempatan yang sangat luas untuk menumbuhkembangkan kebudayaan Betawi secara lebih baik.

Kegiatan BOS ini melibatkan seluruh stakeholder di Jakarta Utara mulai dari pemerintah daerah, pelaku seni, sanggar kesenian, perguruan silat, organisasi masyarakat dan organisasi kepemudaan, serta masyarakat Jakarta Utara.

Target acara Betawi Manggung antara lain untuk mengangkat sanggar kesenian serta budaya Betawi di Jakarta Utara, menumbuhkan UKM, dan mendorong pengembangan potensi Waduk Rawa Badak Selatan menjadi salah satu destinasi wisata di Jakarta Utara.

"Secara lebih luas untuk mengoptimalkan 12 titik destinasi wisata pesisir di Jakarta Utara," ujar Boim.

Sejarah Rawa Badak

Rawa Badak, nama tempat yang cukup popular di dekat Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Apakah di sana banyak binatang badak? Barang kali banyak orang yang membayangkan demikian.

Padahal, di lokasi tersebut tidak ada seekor pun badak, bahkan jejaknya, yang tampak dan bisa ditelusuri.

Bagaiman asal nama Rawa Badak itu, Zaenuddin HM (ZHM) menjelaskan dalam buku karyanya berjudul “212  Asal-Usul Djakarta Tempo Doeloe,” setebal 377 halaman yang diterbitkan Ufuk Press pada Oktober 2012. ZHM adalah wartawan senior harian Rakyat Merdeka. Dia juga tercatat sebagai pendiri salah satu koran nomor satu di Jabodetabek yakni harian Nontop (TheJak).

Dijelaskan oleh ZHM, daerah tersebut memang bukan tempat untuk beternak badak, melainkkan merupakan kawasan permukiman padat penduduk.

Mengapa mesti diberi nama Rawa Badak?  Menurut sejarah atau asal usulnya, daerah itu pada masa lampau berupa rawa-rawa yang luas.

Kemudian, rawa-rawa tersebut diuruk sehingga tanahnya kering dan layak dibangun rumah bagi warga sekitarnya.

Pengerukan rawa dilakukan warga secar sukarela dan mereka bergotong-royong mengubah tempat rendah penuh air menjadi daratan yang layak huni.

Jadi, Rawa Badak berasal dari padanan dua kata, yaitu Rawa dan Badak. Adapun “rawa” dalam bahasa Sunda atau Jawa berarti tempat yang selalu basah karena banyak air, sedangkan kata “badak” berarti besar atau luas.

Rawa Badak berarti rawa-rawa yang luas. Nama tersebut masuk akal, sebab keadaan tanah atau alam kota Jakarta tempo doeloe (Betawi) memang sebagian berupa rawa-rawa, sebagian lagi hutan dan perkebunan.   (Ira Safitri)