merdekanews.co
Sabtu, 25 Januari 2025 - 10:45 WIB

Kasus Perempuan Asal Blitar Dimutilasi Secara Sadis di Ngawi, Polisi Buru Pelaku!

Jyg - merdekanews.co
Warga Desa Dadapan, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi, menemukan koper merah berisi mayat korban mutilasi. (Foto: istimewa)

Jakarta, MERDEKANEWS -- Penemuan mayat perempuan berinsial UK (29), dalam koper merah di Desa Dadapan, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Kamis (23/01), bikin geger. Korban dimutilasi secara sadis.

Terkait penemuan mayat tersebut, Kepala Desa Dadapan, Andik Bangga Satria Rama, mengatakan bahwa warga menemukan koper tersebut di sebuah selokan. 

"Warga curiga melihat paket besar berwarna hitam. Setelah dibuka, ternyata berisi koper merah dengan benda-benda seperti selimut, sepatu wanita, dan bagian tubuh manusia,” jelas Andik, Kamis (23/01).

Sementara Kapolres Ngawi, AKBP Dwi Sumrahadi pada hari yang sama menjelaskan, mayat tersebut ditemukan dalam kondisi mengenaskan.

"Jasad yang ditemukan ini ada badan, namun kaki sebelah kiri dari pangkal paha sudah tidak ada, kaki sebelah kanan dari lutut, serta kepala juga tidak ada. Diduga korban adalah hasil tindak kejahatan mutilasi,” katanya.

"Selanjutnya, jasad korban langsung dibawa ke RSUD dr Soeroto untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut," sambung Dwi.

Setelah dilakukan pemeriksaan melalui metode pengenalan sidik jari dan juga bantuan alat Mobile Automatic Multi Biometric Identification System (MAMBIS), polisi akhirnya berhasil mengidentifikasi korban.

"Berdasarkan hasil identifikasi, korban diketahui bernama UK, perempuan kelahiran Blitar tanggal 25 April 1995, berstatus wiraswasta, dan berkewarganegaraan Indonesia," ujar Kepala Satuan Reskrim Polres Ngawi AKP Joshua Peter Krisnawan dalam keterangan persnya di Ngawi, Jumat malam.

"Hal itu juga diperkuat dengan keterangan pihak keluarga korban yang membenarkan ciri-ciri fisik, pakaian, dan aksesoris yang dikenakan korban saat ditemukan," katanya.



Dari hasil autopsi terungkap bahwa penyebab kematian korban diduga kekurangan nafas akibat terhambat jalan pernafasan, kemungkinan akibat cekikan. Selain kekurangan napas, korban diduga juga mengalami kekerasan sebelum meninggal dunia.

Oleh pihak keluarga, jenazah korban langsung dibawa ke kampung halaman di Desa Bence, Kecamatan Garum, Blitar, Jawa Timur.  Jenazah korban dibawa keluarga masih dalam kondisi tanpa kepala dan kaki yang belum ditemukan.

Pihak Satreskrim Polres Ngawi masih melakukan pencarian. Saat ini, Satreskrim Polres Ngawi bersama Direskrimum Polda Jatim juga masih mengejar pelaku.

"Kami masih mencari bagian tubuh yang hilang seperti kepala dan kedua kaki. Untuk saat ini, kami Tim Tiger Polres Ngawi bersama-sama dengan Direskrimum dan rekan Satreskrim Polres Jajaran Polda Jatim sedang berusaha maksimal untuk mengungkap pelaku dari kejadian ini," jelas Joshua.

Penyelidikan lebih lanjut terus dilakukan untuk mengungkap motif dan pelaku dalam kasus ini. Polisi juga meminta masyarakat agar bijak dalam menyikapi kasus mutilasi di Ngawi ini dengan tidak menyebarkan informasi yang tidak jelas sumber kebenarannya.

"Ada yang bilang juga bahwa korban sedang hamil. Kami pastikan bahwa korban tidak hamil. Saya minta masyarakat bijak dalam bermedia sosial dan menghormati proses penyidikan yang ada agar pelaku cepat tertangkap dan kasus terungkap dengan sempurna," kata Joshua.

Sebagai informasi, korban tidak tinggal bersama ayah ataupun ibu kandungnya. Namun korban tinggal di rumah neneknya di Kelurahan Bence, Kecamatan Garum. Sedangkan rumah ibu kandungnya berada di Desa Sidodadi, Kecamatan Garum.

Suasana duka menyelimuti rumah ibu kandung korban. Beberapa warga sekitar turut datang untuk melayat. "Iya, tadi dikabari sekitar pukul 09.00 WIB, sama Pak Kamituwo. Setelah itu langsung ke sini (rumah mantan istri)," kata ayah kandung korban, Nur Khalim, Jumat (24/01).



Khalim mengaku terakhir bertemu dengan korban sekitar lima hari yang lalu. Saat itu, korban pulang dari Tulungagung ke rumah neneknya dan mampir ke rumahnya.

"Sepengetahuan saya satu minggu bertemu. Setiap waktu menengok saya. Terakhir lima hari lalu bertemu pas dia pulang ke Slorok (Desa Slorok, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar)," ucapnya.

Khalim mengaku tidak intensif berhubungan dengan anaknya karena tidak mempunyai telepon seluler. Apabila ingin berkomunikasi, biasanya dengan teman anaknya yang turut mengantarkan cucunya ke sekolah.

Khalim mendesak polisi agar pelaku pembunuhan yang disertai mutilasi terhadap UK segera ditangkap. Ia juga berharap pelaku dihukum seadil-adilnya sesuai dengan perbuatan kejamnya. "Kami minta bantuan dan mendesak, agar pelaku bisa tertangkap dan diadili," kata Nur Khalim.

(Jyg )