Jakarta, MERDEKANEWS -- Pertamina (Persero) kembali menggelar Pertamina Economic Outlook (PEO) dengan mengangkat tema “What's Next for the Economy: Opportunities and Challenges Ahead”. PEO menyoroti ketidakpastian makroekonomi dan geopolitik yang masih membayangi perekonomian global masa depan, sehingga diperlukan langkah yang tepat untuk merespon dan mengantisipasi tantangan dan peluang ke depan.
Dalam rangkaian Pertamina Economic Outlook 2023 ini, panel diskusi dipimpin oleh SVP Corporate Finance Pertamina, Bagus Agung Rahadiansyah selaku moderator dan diwarnai oleh paparan dari Firman Muchtar, Head of Economic and Monetary Policy Department Bank Indonesia, terkait strategi kebijakan moneter BI dalam merespons dinamika global. Selain itu, PEO juga menghadirkan Helmi Arman, Director and Citi's Chief Economist for Indonesia and Vietnam dari Citibank yang menjelaskan proyeksi makroekonomi semester II 2023 dan 2024, serta peluang dan tantangan yang harus dipersiapkan langkah-langkah mitigasinya.
Direktur Keuangan Pertamina, Emma Sri Martini mengatakan dalam waktu yang relatif pendek terjadi dinamika perubahan dalam perekonomian dunia. Salah satu yang cukup mengejutkan adalah penurunan peringkat kredit Amerika Serikat, dimana hal ini mencerminkan ketidakpastian geopolitik dan ekonomi yang sedang menggema secara global.
Sebagai perusahaan dalam bidang energi, Emma mengungkapkan, performa Pertamina sangat dipengaruhi ketidakpastian tersebut. Dua hal yang sangat mempengaruhi yakni perubahan nilai tukar dan disparitas suku bunga antara Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) dan Bank Indonesia.
“Pertamina telah menerapkan berbagai langkah mitigasi untuk memastikan kestabilan kinerja keuangan perusahaan, meskipun kami menghadapi potensi ketidakpastian. Terlebih, disparitas suku bunga antara The Fed dan BI yang tipis makin meningkatkan risiko perubahan nilai tukar,” jelas Emma dalam pembukaan acara PEO di Jakarta, Selasa (8/8).
Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso menambahkan, Pertamina Energy Outlook merupakan kegiatan rutin dari Corporate Finance Pertamina, untuk memberi pemahaman atas tren makroekonomi dan kebijakan yang berpotensi mempengaruhi kinerja Pertamina. Melalui PEO ini, secara proaktif Pertamina dapat memahami dinamika makroekonomi serta berbagai aspek yang mempengaruhi bisnis perusahaan. “Kegiatan PEO ini merupakan salah satu upaya kami untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman Pekerja Pertamina terhadap makroekonomi dan geopolitik. Dengan pemahaman tersebut, diharapkan Pekerja Pertamina dapat menyusun strategi bisnis Perusahaan yang mampu memberikan dampak operasional dan keuangan bagi perusahaan, sekaligus untuk mendorong perekonomian nasional,” tambah Fadjar.
Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDG’s). Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina
-
Standing Position Kadin Indonesia Sikapi Perkembangan Ekonomi Global dan Nasional Kadin melalui kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan terus mendorong tingkat “Ease of Doing Business in Indonesia” serta mengoptimalkan kapasitas pengusaha nasional.
-
Ini Upaya Pemerintah Geser Peluang Pekerja Tambang ke Energi Bersih Energi fosil masih mendominasi kebutuhan energi di Indonesia, yakni 87 persen di 2023, di mana energi dari batubara masih menjadi yang paling dominan, di samping minyak dan gas bumi yang mendukung sektor industri, gedung, dan transportasi
-
Kemenperin Beberkan Peluang Inovasi dan Adaptasi Industri Pengolahan Daging Industri pengolahan daging saat ini berjumlah 64 perusahaan dengan nilai investasi Rp3,45 Triliun dan tenaga kerja sebanyak 25.839 orang
-
Peluang dan Tantangan: Etika dan Politik Kenegaraan Indonesia Ketika kita melihat dalam konteks kekuasaan, etika sangat penting untuk di tekankan. Sehingga menyebabkan perilaku tersebut berubah karena didasari kekuasaan yang ada
-
Pemilu 2024, Persoalan Etika dan Adab Harus Dijunjung Tinggi Menjadi Narasumber Seminar Kebangsaan GLDC, Todung Mulya Lubis: Seharusnya Pemerintah Mengedepankan Etika Kekuasaan