merdekanews.co
Minggu, 18 Juni 2023 - 08:31 WIB

Oleh : Akhmad Sujadi

Tak Mampu Operasikan KA Bandara Soetta PT Railink Menyerah

### - merdekanews.co

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengungkapkan PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) mengambil alih kelola Kereta Bandara Soekarno-Hatta dari PT Railink. 

Diberitakan CNN Indonesia, Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub Risal Wasal mengungkapkan pengambilalihan itu sudah direstui oleh PT KAI (persero). Dengan begitu, PT Railink kini sudah tidak mengelola kereta api (KA) apapun di Ibu Kota.

"KA Bandara (Soekarno-Hatta) sudah sama KCI. Railink sudah tidak bermain di Jakarta," ucap Risal di Kantor Kemenhub, Jakarta, Kamis (2/1-2023). Tak hanya itu, ia juga mengatakan bahkan operasional Kereta Bandara Yogyakarta kemungkinan akan diberikan ke KCI.

"Mungkin yang di Yogya juga diserahkan. Mereka juga efisiensi pelayanan," ungkap Risal.

 

Penulis: Akhmad Sujadi Pemerhati Masalah Sosial, Politik dan Transportasi.



KA Bandara Soekarno-Hatta sendiri sampai saat ini melayani rute dari Bandara Soekarno-Hatta sampai ke Stasiun Manggarai. Calon penumpang pesawat bisa menggunakan KA Bandara untuk mengejar jadwal penerbangan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.



PT RAILINK yang didirikan bertepatan dengan hari jadi Kereta Api ke-61, saat itu  PT. Kereta Api Indonesia (Persero) – PT. KAI membentuk perusahaan patungan dengan PT. Angkasa Pura II, PT. Railink. Pembentukan perusahaan patungan ini dimotori Direktur Utama PT. KAI Ronny Wahyudi dan  Direktur Utama  PT. Angkasa Pura II, Edie Haryoto.

Melalui rapat Dewan Komisaris terpilih susunan Direksi PT. Railink. Masjraul Hidayat didapuk sebagai Direktur Utama. Arief Munzaeni sebagai Direktur Teknik & Operasi dan Desmon Ismael sebagai Direktur Administrasi dan Keuangan. Untuk Dewan Komisaris Tommy Soetomo sebagai Komut dengan anggota Julison Arifin dan Untung Rahayu.

Penunjukan Masjraul Hidayat sebagai Dirut tepat. Masjraul beserta pasukanya terus melakaukan survey, desain teknis kordinasi dengan berbagai instansi terkait dan  mengurus berbagai perijinan. Cita-citanya untuk membangun KA Bandara Soetta  sebagai solusi kemacetan begitu semangat.  Sayangnya seiring pembentukan Direktorat Jenderal Perkeretaapian, rencana pembangunan KA bandara saat itu malah mentok dan sulit terealisasi.
“Sekarang realisasi KA Bandara ada di tangan pemerintah. Kami sudah menyiapkan segalanya untuk KA Bandara. PT. KAI melalui anak perusahaan siap membangun KA Bandara Soetta dalam waktu 3 tahun. Kalau sekarang diberi ijin, 2013 KA Bandara sudah bisa beroperasi,” terang Ignasius Jonan pada diskusi KA Bandara yang dipandu Investor Daily.

Para penggagas KA Bandara Soetta berpandangan, tidak mungkin pertumbuhan penumpang pesawat yang telah mencapai angka 43 juta penumpang pada tahun 2010 diangkut mengandalakan Bus, Taksi dan mobil pribadi. Sementara  tidak ada jalur KA ke Bandara, lalu lintas ke Bandara hanya mengandalkan jalan Tol Soediyatmo. Padahal jalan tol ini bukan akses khusus ke Bandara. Jalan Tol Sudiyatmo juga jalan Tol untuk umum. Sementara angkutan umum ke pintu gerbang Indonesia via udara ini. Kondisi ini telah menimbulkan kemacetan lalu lintas ke Bandara Seotta.

Bandara Soetta termasuk salah satu bandara yang mencatat perkembangan pesat diantara bandara lain di kawasan. Pertumbuhan jumlah penumpang rata-rata 11 persen per tahun, dengan potensi penumpang 65 juta orang dalam lima tahun ke depan. Saat ini volume penumpang telah mencapai 43 juta orang. Kondisi ini menuntut dibangunya KA Bandara Soetta sebagai alternatif transportasi dari Jabodetabek.

PT. Railink telah merencanakan KA Bandara Soettra melalaui Stasiun Duri-Poris-Bandara Soetta, melalui jalur eksisting agar cepat terealisasi. Trase ini diyakini dapat dibangun lebih cepat karena melalui rel KA yang sudah ada. Untuk menghubungkan rel ke Bandara Soetta tinggal 7 kilo meter dari Stasiun Poris ke Bandara, PT. Railink juga telah membuat trasenya. “Tinggal go saja, kita tunggu keputusan Menteri Perhubungan untuk segera terealisasi KA Bandara.”

PT. Railink dapat hidup, tumbuh dan berkembang apabila melayani KA Bandara Soetta. Tanpa itu jangan berharap banyak ada pemasukan ke kocek perusahaan ini. Karena belum ada kejelasan pemerintah pada kebijakan KA Bandara Soetta. Sebenarnya  PT. Railink  mampu melaksanakan kegiatan usaha  :
a.Pengoperasian,  pengeloaan dan pengusahaan kereta api Bandara,
b.Pengembangan dan pengelolaan stasiun kereta api di Bandara dan di pusat kota,
c.Pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana kereta api,
d.Pembangunan prasarana kereta api,
e.Konsultasi dan desain system perkeretaapian,
f.Pengusahaan jasa lainnya yang menunjang usaha-usaha pokok sebagaimana dimaksud dalam huruf a,b,c,d, dan e di atas.
Modal dasar perseroan berjumlah Rp. 100 miliar, dimana PT. Kereta Api Indonesia (Persero) telah menyetor Rp. 60 miliar dan PT. Angkasa Pura II (Persero) telah menyetor Rp. 40 miliar. PT. Railink mulai beroperasi pada bulan Desember 2006 dengan asset posisi 31 Desember 2009 sebesar Rp. 109.215.381.651,-, dengan mendapatkan laba tahun 2009 sebesar Rp. 1.428.063.350,-

Dasar Hukum pendirian PT. Railink adalah :
1.Akta Notaris/PPAT Silvia Abbas Sudradjat SH,SpN No 34 tanggal 28 September 2006 tentang pendirian Perseroan Terbatas PT. Railink.
2.Surat Menteri Hukum Dan Hak  Azasi Manusia Republik Indonesia Nomor : W29-00480 HT.01.01-TH-2006 tanggal 07 Desember 2006 tentang Pengesahan Akta Pendirian Perseroan Terbatas PT Railink dan disesuaikan dengan UU nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menjadi Anggaran dasar PT. Railink  Nomor : 13 oleh Yulkhaizar Panuh SH, Notaris di Jakarta, yang mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM RI dengan Surat keputusan Nomor : AHU-81072.AH.01.02 Tahun 2008 tanggal 3 November 2008.
PT. Railink mulai beroperasi pada bulan Desember 2006 dengan asset posisi 31 Desember 2009 sebesar Rp. 109.215.381.651,-, dengan mendapatkan laba tahun 2009 sebesar Rp. 1.428.063.350,-
Setelah diambil PT KAI waktu itu pembangunan prasarana KA ke Bandara terealisasi lebih cepat. Peresmian KA Bandarapun sudah dilakukan Presiden Jokowi pada 2 Januari 2018. Sayangnya dalam realisasi, penumpang KA Bandara tidak sesuai daharapan, penumpangnya tidak memenuhi target.

Rangkaian kereta Bandara buatan PT INKA yang cukup eksklusif ini tidak menarik minat para pengguna mobil pribadi untuk beralih naik KA Bandara Manggarai-Soekarno Hattta. Pembanguan Stasiun Bandara di BNI City juga tidak mampu mendongkrak volume penumpang, sehingga rangkaian KA Bandara hilir mudik dari Manggarai-Bandara dalam keadaan kosong.

Setelah beroperasi selama 5 tahun sejak 2 Januari 2018, KA Bandara Soetta diserahkan kepada pemerintah, PT Railink menyerah. Beruntung pemerintah baik hati, sehingga kemudian Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) merestui penyerahan  pengoperasia KA Bandara Soetta kepada  PT KCI,  operator KRL Jabodetabek, pertimbangnya, KCI mampu mengoperasikan KA Bandara Soetta.  ### (###)