
Jakarta, MERDEKANEWS - Tentunya, Anda tak asing dengan merek obat sariawan, Albothyl yang mudah didapatkan di pasaran. Ternyata, obat yang berfungsi untuk mempercepat pengeringan luka akibat sariawan, tidak disarankan BPOM. Lho?
Kalangan media sosial, dihebohkan dengan munculnya cuitan dari akun Twitter @Cho_ro yang mengunggah foto surat rekomendasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang isinya tidak menganjurkan penggunaan Albothyl sebagai obat sariawan.
Kontan saja menjadi viral. Cuitan tersebut telah di-retweet sebanyak lebih dari 8.000 kali dan di-likes lebih dari 3.200 kali. Cuitan itu juga mendapatkan komentar dari para netizen.
“Akhirnya perjuangan keras 4 tahun temen-temen dokter gigi terbayar, Albothyl resmi TIDAK DISARANKAN sebagai obat oral/sariawan oleh BPOM,” demikian cuit akun @Cho_ro
Dalam surat yang ditujukan kepada PT. Pharos Indonesia sebagai produsen obat tersebut, BPOM di antaranya menyebut bahwa kandungan polisecrulen berbahaya bila digunakan tanpa pengenceran dan penggunaannya pada luka bisa menimbulkan efek terbakar pada jaringan mukosa mulut.
Oleh karena itu BPOM dalam surat tersebut lebih jauh memberikan rekomendasi kepada PT. Pharos untuk tidak lagi mengedarkan produk polisecrulen mereka untuk indikasi pada bedah, dermatologi, otalaringologi (disiplin kedokteran khusus pembedahan bagian leher dan kepala), stomatologi (ilmu spesialisi kedokteran yang berhubungan dengan mulut dan penyakit-penyakitnya), dan odontologi (ilmu spesialisasi kedokteran yang berkaitan dengan gigi dan segala penyakitnya).
BPOM dalam surat itu juga lebih jauh menganjurkan agar PT. Pharos merevisi informasi kandungan dan indikasi yang terdapat pada kemasan produk policsecrulen mereka itu.
Albothyl sebagai produk polisecrulen memang telah lama gencar dipasarkan sebagai obat yang bisa mempercepat kesembuhan sariawan. Hal ini pun telah lama mendapat penentangan dari para dokter, khususnya dokter yang berkaitan dengan gigi dan mulut karena penggunaan polisecrulen pada jaringan kulit yang mengalami luka akibat sariawan bisa menimbulkan luka bakar serius, serta bisa berlanjut pada timbulnya penyakit susulan.
Pada 2014, seorang dokter gigi mengunggah serangkaian cuitan yang memberikan informasi mengenai bahaya penggunaan polisecrulen sebagai obat sariawan lewat akun Twitter-nya, @_widyapsari
Dalam cuitan itu, @_widyapsari juga mengunggah foto-foto luka bakar yang diduga disebabkan oleh penggunaan Albothyl sebagai obat sariawan. Menurut penelusurannya sebagai dokter, @_widyapsari menerangkan bahwa produk polisecrulen itu bukan menyembuhkan sariawan, tetapi justru mematikan jaringan sel dan membuat infeksinya bertambah parah. Surat rekomendasi BPOM tentang Albothyl ini juga sudah viral dan disebarluaskan melalui grup percakapan Whatsapp.
(alisya purwanti)
-
BPOM Gandeng Puskesmas, Mitigasi Keracunan Akibat MBG pihaknya bertugas untuk membina para petugas, mulai dari pemantauan guna pencegahan, hingga mitigasi risiko keracunan
-
BPOM Paparkan Kronologi Temuan Produk Makanan Olahan Mengandung Babi Temuan tersebut diperoleh dari hasil pengawasan rutin BPOM soal keamanan pangan, termasuk kesesuaian label halal
-
BPJPH: Penarikan 9 Produk Mengandung Unsur Babi adalah Wujud Penegakan Regulasi Jaminan Produk Halal Kami (BPJPH) dan BPOM terus berkoordinasi dalam melaksanakan pengawasan produk yang beredar di tengah masyarakat
-
BPOM dan Kadin Indonesia Matangkan Persiapan Industri Obat dan Makanan Sukseskan World Expo 2025 Osaka BPOM dan Kadin Indonesia Matangkan Persiapan Industri Obat dan Makanan Sukseskan World Expo 2025 Osaka
-
BPOM Imbau Masyarakat Melapor Bila Temui Produk Pangan Olahan Dicurigai Tidak Aman mengimbau publik agar segera melapor apabila menemui produk di pasaran, terutama produk pangan olahan, yang dicurigai tidak aman