merdekanews.co
Minggu, 08 Agustus 2021 - 20:39 WIB

Oleh: Akhmad Sujadi Pemerhati Transportasi

Pengembangan KA Komuter Nangroe Aceh Darussalam

### - merdekanews.co
Akhmad Sujadi Pemerhati Transportasi

Pembangunan infrastruktur perkeretaapian di tanah air sedang giat. Prasarana perkeretaapian Indonesia sebagian besar warisan Belanda ini,  hanya terdapat  di pulau Jawa dan Sumatera.

Pasca Indonesia Merdeka pada 17 Agustus 1945 kondisi infrastruktur perkeretaapian di tanah air bukanya meningkat, tapi panjang relnya malah menyusut sejak orde baru hingga masa reformasi,  perkeretaapian kita masih tertinggal jauh dengan negara maju.

Kehadiran mobil-mobil Jepang sejak  1973 secara massif  yang merambah seluruh pelosok negeri menjadikan pertumbuhan angkutan jalan raya tak terkendali, hal ini memicu angkutan KA ke daerah-daerah,  ke –lintas lintas cabang, menjadikan  KA kalah bersaing dengan mobil,  akbibatnya angkutan KA semakin ditinggalkan dan sejumlah rel di lintas cabang ditutup secara bertahap sejak 1982. 

Kondisi perkeretaapian tanah air terselamatkan dengan hadirnya Direktorat Jenderal Perkeretaapian (Ditjenka) pada 15 Agustus 2005, yang  membawa angin segar dalam perbaikan infrastruktur perkeretaapian. Jujur saat itu infrastruktur perkeretaapian Indonesia sangat terbatas, Jawa masih jalur tunggal, baik di lintas utara maupun lintas selatan. Sejak 10 tahun silam sudah dibenahi dan sebagian sudah selesai sebagian lagi masih proses konstruksi.

Dalam kiprahnya Ditjenka berhasil mengganti Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 dengan  Undang-undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian. Lahirnya UU No. 23/2007  untuk mendorong lahirnya KA swasta. MRTJ, LRTJ dan  KCJB.

Selain berhasil menerbitkan undang-undang perkeretaapian,  Ditjenka memulai pembangunan dengan membangun jalur ganda Tanah Abang – Serpong yang menjadi pemicu pertumbuhan infrastruktur perkeretaapian di sejumlah wilayah, termasuk di Provinsi paling Barat Indonesia, Provinsi Nangreo Aceh Darusallam rel KA direaktivasi.

Pada masa lalu Aceh  memiliki jaringan rel yang tersambung dari Medan-Binjai-Besitang-Langsa-Lhokseumawe terus ke Banda Aceh. Jalur KA pada masa lalu juga tersambung ke sejumlah pelabuhan namun kini tinggal kenangan. Dengan reaktivasi jalur KA akan dibangun kembali untuk membangkitkan kembali transportasi berbasis rel.

Pasca bencana Tsunami saat itu usia Ditjenka baru setahun, pemerintah mendapat bantuan teknis desain  perkeretaapian dari pemerintah Perancis untuk pembangunan kereta api di Aceh. Bantuan itu berupa  berupa desain pembangunan KA Komuter dari Lhokseumawe-Biureun. Ditjenka telah  mengimplementasikan jalur tersebut dan telah dibangun track dari stasiun Krueng Mane-Bungkaih-Krueng Kekeuh sepanjang 11 kmsp.  

Sebagai langkah percepatan pembangunan, pengawasan dan monitoring  infrastruktur perkeretaapian  di Aceh, Sumut dan Riau Ditjenka membentuk UPT Balai Teknik Perkeretaapian (BTP) wilayah Provinsi Aceh, Sumatera Utara (Sumut) dan Riau yang dibentuk pada 2014 silam. BTP bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Perkeretaapian, sehingga  mempercepat proses reaktivasi dan mengatasi berbagai permasalahan perkeretaapian di wilayahnya. 

Hingga tahun 2014, ketika BTP Aceh, Sumut dan Riau hadir, infrastruktur perkeretaapian di Provinsi Nangrore Aceh Darussalam (NAD) jaringan rel KA yang aktif sepanjang 11 kmsp terbentang dari stasiun Krueng Mane – Bungkaih - Krueng Geukeh, relnya menggunakan rel R.54 bantalan beton, penambat elastis dengan lebar spoor  1435 mm, standar internasional.

Infrastruktur perkeretaapian Lhokseumawe - Biureuen sepanjang 11 kmsp tidak tersambung dengan infrastruktur perkeretaapian ke lintas Banda Aceh maupun lintas  Langsa-Besitang-Medan. Disamping beda lebar rel, letak stasiun Krueng Mane – Bungkaih - Krueng Geukeh berada di tengah-tengah wilayah Provinsi NAD jauh  dari stasiun Besitang dan jauh ke Banda Aceh.

Saat itu,  memang didesain khusus untuk KA Kumoter Lhokseumawe-Biureun, bukan  dibangun menyambung dari Medan maupun dari Banda Aceh, tetapi dibangun tersendiri antara Lhokseumawe - Bireuen saja sebagai lintas komuter sesuai  desain  sumbangan dari  Perancis yang sebelumnya telah diriset pembangunan perkeretaapian Aceh pasca tsunami.  

Pembanguan KA Komuter Lhokseumawe – Biureuen, untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas pembangunan nasional. KA Komuter  Lhokseumawe - Biureuen yang dioperasikan KAI ditetapkan  sebagai Angkutan KA Perintis, yaitu penyelenggaraan perkeretaapian yang dioperasikan dalam waktu tertentu untuk melayani daerah baru atau daerah yang sudah ada jalur kereta api, namun secara komersial belum menguntungkan.

KA perintis yang telah beroperasi sejak tahun 2013 ini sempat terhenti pada tahun 2014. KA Perintis ini baru dioperasikan kembali pada tanggal 3 November 2016 dan diberi nama Kereta Api Perintis Cut Meutia menggunakan Kereta Rel Diesel Indonesia (KRDI) buatan PT Inka (Persero) Madiun.

KRDI terdiri dari 2 kereta per set dengan kapasitas 192 penumpang. KA Perintis Cut Meutia yang dioperasikan melayani 3 stasiun ini menempuh perjalanan selama 32 menit dari Stasiun Krueng Geukueh ke Stasiun Krueng Mane yang berjarak 11,5 km.

BTP Sumbagut akan terus mengembangkan KA Komuter Perintis hingga selesai ke Biureun yang  telah menyelesaikan pembangunan 2 stasiun, yaitu stasiun Grugok dan stasiun Kuta Blang untuk memperpanjang lintas angkutan kereta api perintis, sehingga dapat melayani dari Krueng Geukueh hingga ke Kuta Blang dengan total jarak 21,5 km.

Merintis jalur KA komuter yang menghubungkan Paloh Lhokseumawe dengan Bireuen memamg tidak mudah, perlu kerja keras dan masyarakat juga harus yakin, di masa mendatang peran KA akan sangat penting. Tengok KA Komuter di Jabodetabek yang kini sangat maju. Semoga dalam beberapa tahun ke depan jalur KA   Paloh – Kuta Blang  sudah beroperasi  menjadi 30 km.

Jalur KA lintas Lhokseumawe - Biureun hanya diperuntukan khusus untuk jalur kereta komuter. Jaringan relnya  tidak menyatu atau satu jalur dengan jalur Trans Sumatera Railway. Meski demikian, jalur komuter ini akan bertemu di jalur Trans Sumatera Railway, di Stasiun Kuta Blang, sehingga ke depan terjadi konektivitas KA komuter dengan KA antar kota yang akan saling mensupport angkutan penumpang.  

(###)