merdekanews.co
Kamis, 28 Desember 2017 - 19:35 WIB

104 Hari Indonesia Memukau Eropa: Europalia Arts Festival Indonesia 

Kirana Izza - merdekanews.co
Seni Instalasi Bale Kambang dipamerkan di Belgia

Jakarta, MERDEKANEWS - Europalia Arts Festival Indonesia, perhelatan seni dan budaya multidisiplin bergengsi terbesar ini telah berlangsung selama 80 hari di Belgia. Indonesia sebagai tamu kehormatan tahun ini sukses memukau Eropa dengan beragam seni pertunjukan, tari, musik, pameran, instalasi, komik dan sastra di beberapa kota di Belgia, dan di enam negara lain yakni di Belanda, Inggris, Jerman, Perancis, Polandia dan Austria. 

Ajang internasional ini menyajikan berbagai kegiatan seperti pameran, musik, seni pertunjukan, sastra, hingga film. Ajang ini melibatkan sebanyak 316 pekerja seni dalam pelaksanaan di 262 karya dan program kegiatan, 109 pertunjukan tari dan teater, 68 musik, 33 sastra, 35 film dan 14 pameran. 

Ancestors & Rituals, Power and Other Things serta Kingdom of the Sea adalah 3 pameran yang telah memukau warga Eropa dengan sajian budaya leluhur, artefak, dan keindahan seni nya. Pemeran telah dibuka sejak sejak Oktober 2017 dan masih akan berlangsung hingga 14 Januari untuk Ancestors & Rituals dan 21 Januari 2018 untuk yang lain. Pameran ini mengundang minat besar warga Eropa yang berdatangan tidak hanya dari Belgia saja hingga berjumlah ratusan hampir tiap harinya bersama komunitas mereka, secara individual hingga kelompok anak-anak sekolah. 

Power and other Things, pameran yang menyuguhkan Indonesia dan kesenian sejak 1835 hingga kiniini telah membawa pengunjung BOZAR di Brussels dalam perjalanan melalui sejarah Indonesia yang bergolak, mulai dari koloni Belanda dan masa kependudukan Jepang hingga saat ini. Melalui mata empat seniman abad ke 19 dan 20 kita melihat bagaimana seni berangsur-angsur berevolusi. Dalam karya seniman kontemporer seperti Agung Kurniawan, Wendelien van Oldenborgh, Ana Torfs dan banyak lainnya, mengunggah bagaimana perdagangan, budaya, agama dan perang saling terkait erat di Indonesia 

Kingdom of the Sea

Salah satu karya kebudayaan maritim bertajuk Kingdom of the Sea yang menjadi pusat perhatian dunia di Pameran Archipel di museum La Boverie di kota Liège adalah perahu Padewakang yang dibuat di Tana Beru Bulukumba. Proses pembuatan dan penyalesaiannya yang cukup unik membuat terkesima banyak pengunjung. Untuk bagian-bagian lain seperti layar karoroq dan tali-tali tradisional telah dibuat di Mandar, Sulawesi Barat. Sedangkan layarnya ditenun oleh wanita di Kampung Lanu Campalagian lalu dibuat oleh nelayan Pambusuang. Ada pula tali yang terbuat dari ijuk dan sabut kelapa dipintal di Lambe, Karama. 

Proses awal pambuatan perahu ini dimulai sejak April 2017. Perakitan perahu sengaja tidak diselesaikan dikarenakan dibongkar ulang untuk memudahkan pengirimannya. Pada 20 September lalu perahu ini tiba di Museum Nasional dan kemudian, dikirimkan ke Belgia menggunakan pesawat udara. Setidaknya ada kurang lebih 300 bagian perahu dengan total beratnya 3.8 ton. 

Perahu Padewakang memiliki ukuran 12 meter, lebarnya tiga meter, dan tingginya lebih dua meter. Menariknya para pandai perahu ikut serta dalam menyelesaikan perahunya langsung di Liège, Belgia. Tukang yang membuat perahu tersebut terdiri dari Muhammad Ali Jafar, Muhammad Usman Jafar, Bahri, dan Harli. 

Performance Klub

Di Performance Klub dengan curator Alia Swastika, Philippe Van Cauteren dan Ann Hoste yang sudah berlangsung sejak 20 Oktober 2017 lalu, sukses memukau Eropa dengan pertunjukan-pertunjukannya. Salah satu artis yang menggunakan mural dalam performance-nya adalah Setu Legi. 

Selain itu dalam Performance Klub beberapa seniman yang telah tampil adalah Arahmaiani, Duto Hardono, Iwan Wijono, Melati Suryodarmo, Moelyono dan emerging artists atau seniman yang tengah dibicarakan seperti: 69 Performance Club, Padjak dan Elisabeth Ida yang akan tampil pada 11 Januari 2018 mendatang. Performance Klub di kota Gent di Belgia diperpanjang hingga 18 Februari 2016.

Tak kalah menarik perhatian warga Eropa, Seni pertunjukan dan Musik memiliki daya tarik tersendiri yang mampu membuat warga Eropa terpukau dan memberikan standing ovation. Adalah Peni Candra Rini vokalis sinden berkolaborasi dengan koreografer Ade Suharto yang membawakan ONTOSOROH dengan lantunan vokalnya yang kuat, alunan musik dari instrumen gamelan dan gitar yang dibuat khusus serta gerakan tarian khas Indonesia dibakan dengan apik hingga pandangan penonton terpaku satu jam lebih ke panggung. 

Kesusasteraan

Dari beberapa seniman sastra puisi dan prosa yang berangkat ke Belgia dan Belanda, nama-nama penulis yang berpartisipasi dalam memeriahkan ajang festival seni Europalia ini diantaranya adalah Margareta Asmatan, Iksaka Banu, Norman Erikson Pasaribu, Ben Sohib, Zubaidah Djohar, Godi Sawarna, Tan Lioe IE, Intan Paramadhita, dan Ayu Utami. Terlihat minat masyarakat Belgia terhadap karya sastra Indonesia saat dilaksanakan dialog sastra di beberapa venues. 

Komik Indonesia 

Komik Indonesia mendapatkan tempat di hati peminat seni komik Belgia. Antusiasme masyarakat Belgia sebagai negara dimana boleh dikata komik-komik terkenal berasal seperti Tintin, Smurfs, Cubitus dan masih banyak lagi, sangatlah tinggi. Selain diskusi komik Indonesia oleh Seno Gumira Ajidarma dan Beng Rahadian, beberapa seniman komik muda Indonesia seperti Prihatmoko Moki didapuk untuk membuat fresco di permukaan fasad kaca di Muntpunt dan Yudha Sandy telah mendapatkan kesempatan untuk membuat mural seperti di Strombeek CC, bahkan Yudha Sandy melakukan dialog dan workshop teknik komik paper-cutting nya dengan anak-anak sekolah di Brussels. Sejarah komik bertajuk Comics in Indonesia (1929 – 2017) di Bibliotheca Wittockiana menampilkan komik popular yang pernah terbit di Indonesia karya dari beberapa seniman komik dari tahun 30 an hingga kini termasuk seniman komik perempuan satu-satunya yang hadir yakni Sheila Roswita.

Seni Instalasi

Adapun untuk seni instalasi yang juga telah mendapatkan perhatian besar adalah seni instalasi bambu Eko Prawoto berjudul Bale Kambang di MAS Antwerpen, karya instalasi bambu ini walaupun telah mengalami penyesuaian dari desain aslinya namun telah menuai sukses.

Seni instalasi lainnya yang dipamerkan di tempat yang terbilang di kota kecil Hornu di Belgia, karya Jompet Kuswidananto berjudul On Paradise juga telah menuai decak kagum dan minat pecinta seni untuk menghadirinya. Indonesia dengan seni kontemporer nya telah menawan public Eropa. 

Film

Adapun untuk tema-tema film yang akan ditampilkan di ajang Europalia di Januari 2018 di Belgia adalah sosial, urban youth, aanak-anak, arthouse, keagamaan, perempuan, sexuality, politik, action dan art cinema. Film yang mengangkat tema sosial ada enam meliputi Puisi Tak Terkuburkan, Its’ Not Outside, Negeri Di Bawah Kabut (The Land Beneath The Fog), Nokas, Sang Penari (The Dancer), dan Serpong. Ada dua film bertemakan urban youth diantaranya Kuldesak dan A Copy of My Mind. Sedangkan yang bertemakan children ada 5, yaitu Laskar Pelangi (The Rainbow Troops), Sang Pemimpi (The Dreamer), Jermal, Salawaku, dan Atambua. Untuk tema arthouse berjumlah dua film seperti Opera Jawa (Requiem From Java) dan Postcards From The Zoo. Sementara tema religion berjumlah tujuh ialah 3 Doa 3 Cinta (Pesantren: 3 Wishes 3 Loves), Tanda Tanya (?), Lewat Sepertiga Malam (After A Third Of Night), Mencari Hilal (Crescent Moon), Maryam, Generasi Baru, Bangkit dari Bayangan (Rising from the Shadows). 

Ada 11 film dengan tema perempuan (woman) di ajang Europalia adalah Berbagi Suami (Love For Share), Perempuan Punya Cerita (Chants of Lotus), Siti, Pingitan (Seclusion), Athirah (Mother), Calalai (In Betweeness), About a Woman, Sendiri Dianan Sendiri (Following Diana), Tana Mama (Mama’s Soil), Memoria, dan Tiga Dara/Three Maidens. Tema sexuality memiliki lima film yaitu Lovely Man, The Fox Exploits the Tiger’s Might, Fiksi, Selamat Pagi Malam (In The Absence of The Sun), dan Pertaruhan. Dengan tema kuliner (food) ada 3 film, Tabula Rasa, Cita-Citaku setinggi Tanah (Stepping On The Flying Grass), dan Banda. 

Sama seperti tema agama, tema politik juga memiliki tujuh film, antara lain Istirahatlah Kata-Kata (Solo Soltude), Bangkit dari Bisu (Rising From Silence), After 15 Years, Saudara Dalam Sejarah (Dear My Homeland), Atheis, On The Origin of Fear, dan Ziarah (Pilgrimage). Untuk dua tema yang terakhir, keduanya memiliki satu judul film yaitu Saur Sepuh: Satria Madangkara (Tale of The Madangkara’s Knight) untuk tema action dan Expanded Cinema-8 mm untuk tema art cinema. 

Beyond Europalia-Diplomasi Seni dan Budaya Berkelanjutan

Dirjen Kebudayaan, Hilmar Farid.

Europalia sebagai perhelatan seni budaya internasional, merupakan ajang diplomasi kesenian dan budaya antar bangsa yang telah memberikan ruang bagi Indonesia sebagai Negara tamu mempertunjukkan keberagaman seni, budaya, wariwan leluhur, tradisi dan karya kontemporer baru, juga telah berperan tidak hanya dalam memberikan wadah namun juga panggung bagi para seniman dan pekerja seni untuk memperlihatkan ragam, talenta dan karya serta interaksi people to people dengan pecinta, pemerhati, pelaku serta industri seni dan budaya dunia di Eropa khususnya. 


Dalam tiga bulan keberlangsungannya diberbagai venue, dari puluhan tampilan, pameran dan pertunjukan yang telah terlaksana, telah terbangun pengetahuan lebih serta dan persepi baik tentang Indonesia dimata masyarakat Eropa. Selain menuai pengalaman baru, banyak hal indah didapat dan cerita positif yang membanggakanpun diperoleh dari beberapa seniman, budayawan kita yang telah kembali. Setelah eksposur di berbagai media di Eropa dan di Indonesia sendiri baik mengenai pertunjukan maupun pamerannya juga seniman dan pelaku seninya, kita melihat buah keberlanjutan dari ajang Europalia ini beberapa diantaranya seperti: 

• Pada seni musik – dari banyak penampil di seni pertunjukan, pemusik-pemusik David Tarigan, Indische Party dan Flower Girls merupakan tiga serangkai yang telah menuai sukses dalam memukau public Eropa. Beberapa artikel yang mengekpos penampilan mereka di media setempat dan di Indonesia tentunya cukup berarti dalam mengenalkan dan membuahkan kecintaan tersendiri di hati masyarakat Eropa. Kehadiran mereka telah membuka hubungan yang terjaga dengan baik, mendapatkan channel yang terbuka di Eropa yang patut untuk ditindaklanjuti. Baik dengan pihak promotor di London atau pun tim Europalia di Belgia yang dirasa sangat suportif dengan karya dan penampilan mereka. Flower Girls – grup band 4 (empat) perempuan muda yang mengangkat kejayaan Dara Puspita – bisa menjadi contoh yang menarik, dibentuk untuk Europalia dan berbuntut panjang yang menggembirakan, hingga saat ini tanggapan secara local sangat positif dengan tawaran kesempatan ‘manggung’ serta kemungkinan untuk berkembang terbuka luas. 

• Adapun untuk seni instalasi yang juga telah mendapatkan perhatian besar adalah seni instalasi bambu Eko Prawoto berjudul Bale Kambang di MAS Antwerpen, karya instalasi bambu ini walaupun telah mengalami penyesuaian dari desain aslinya namun telah menuai sukses berkelanjutan terbukti dengan permintaan dari bongkaran instalasi Bale Kambang ini untuk pembuatan instalasi selanjutnya dengan usulan desain ditambah dengan bambu yang masih ada untuk dibawa ke Verbeke Foundation. Jadi dari Europalia ini hubungan kebudayaan dengan Indonesia masih berkelanjutan dibidang arsitektur dan instalasi. Berkaitan dengan sekolah arsitektur LOCI telah menawarkan untuk dating kembali baik untuk kuliah terbuka maupun workshop. Sebetulnya kalau yg berkait dg bambu cukup mudah utk dilanjutkan programnya. Belgia cukup memiliki ketertarikan dengan bambu terutama karena issue sustainable material juga. Secara individual ada yang menyatakan ketertarikan dengan berkarya menggunakan bamboo, mereka adalah seniman atau guru Belgia, juga yang memang pekerjaannya berjualan berbagai bambu tropis. 

• Peni Candra Rini dan grupnya kini juga selain menuai pengalaman pentas telah mendapatkan jalur kebeberapa kesempatan lanjutan di beberapa Negara di Eropa, untuk itu perangkat perkusi gamelannya yang dibuat sendiri oleh suami Peni, kini berada di KBRI Belanda guna memudahkan transportasi ke berbagai venue selanjutnya. 

• Pada pameran di museum La Boverie di kota Liege di Belgia yang mengangkat mengenai kejayaan kemaritiman dari Negara kepulauan Indonesia, perahu legendaris Padewakang sebagai simbol kemajuan peradaban teknologi kemaritiman yang dilestarikan hingga kini dengan tradisi dan ritualnya oleh para penduduk asli Bulukumba di Sulawesi Selatan kini akan menjadi benda pameran unik sebagai hadiah dari Indonesia yang dapat dinikmati seterusnya masyarakat Eropa di museum La Boverie di Liege ini. 

  (Kirana Izza)