merdekanews.co
Selasa, 19 Desember 2017 - 17:27 WIB

Soal Nuklir Korut

Korsel Parno, Ajak Jepang dan China Tekan Kim Jong-un

Ira Saqila - merdekanews.co
Kim Jong-un bersama pasukan tempurnya.

Tokyo, MERDEKANEWS - Korsel dihantui ketakutan. Negeri gingseng ini meminta bantuan ke Jepang untuk menghadapi Korsel.

Rudal dan nuklir milik Korea Utara (Korut) mulai bikin ketar-ketir. Untuk itu, Jepang dan Korea Selatan (Korsel) sepakat mendesak China agar lebih menekan Pyongyang untuk menghentikan program nuklir dan rudal tersebut.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Jepang, Taro Kono, dan Menteri Luar Negeri Korsel, Kang Kyung-wha, usai bertemu di Tokyo.

Meski China saat ini sudah menerapkan sanksi resolusi PBB, Beijing dinilai dapat melakukan hal lebih untuk menekan Korut.

“China saat ini mengimplementasikan resolusi Dewan Keamanan PBB (untuk Korut), tetapi mereka mungkin bisa melakukan lebih. Kami sepakat bahwa dibutuhkan tekanan yang lebih tegas terhadap Korea Utara,” ujar Taro Kono, melansir dari Reuters, Selasa (19/12/2017).

Korut sebelumnya membela diri dengan menyatakan program pengembangan senjata nuklirnya sangat penting untuk melawan agresi Amerika Serikat (AS).

Negeri serba tertutup itu juga memandang latihan militer yang dilakukan AS dengan Jepang dan Korsel sebagai awal dari invasi militer.

Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong-un sempat terlibat perang urat syaraf lewat kata-kata di media.

Tindakan keduanya dianggap semakin membuat situasi di Semenanjung Korea memanas dan bisa memicu perang sewaktu-waktu.

Jepang dan Korsel memanfaatkan situasi tersebut untuk menguatkan kerjasama dalam isu Korea Utara. Namun, baik Tokyo dan Seoul sendiri memiliki pasang surut hubungan, utamanya terkait isu wanita penghibur Perang Dunia II yang sebagian besar diimpor dari Korea.

Desakan agar China lebih menekan Korut juga sering diucapkan AS. Washington berulang kali mengimbau agar Negeri Tirai Bambu dan sejumlah negara lain menghentikan perdagangan serta hubungan diplomatik dengan Korut sebagai komitmen bersama demi membekukan cash flow ilegal yang diduga digunakan untuk membiayai program senjata nuklir.

  (Ira Saqila)