merdekanews.co
Sabtu, 16 Desember 2017 - 12:09 WIB

Ini Bukan Hoax, Barang-barang China Kuasai Pasar Indonesia

Setyaki Purnomo - merdekanews.co

Jakarta, MERDEKANEWS - Produk China membanjiri pasar Indonesia, itu bukan asumsi. Sesuai catatan Badan Pusat Statistik (BPS), China adalah pemasok barang terbesar ke Indonesia.

Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto, menerangkan, China menjadi negara terbesar yang memasok barang ke Indonesia, saat ini. Seperempat impor nonmigas berasal dari negara Tirai Bambu itu. "Negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari-November 2017 ditempati oleh Tiongkok dengan nilai 31,78 miliar dolar AS, atau 26,46 persen," kata Kecuk di Jakarta, Jumat (15/12/2017).

Kecuk memaparkan, negara pemasok barang impor nonmigas terbesar setelah China adalah Jepang senilai US$13,89 miliar (11,56%), dan Thailand senilai US$8,44 miliar (7,03%).

Kontribusi impor dari China yang mencapai seperempat dari total, atau 26,46% itu, lebih besar ketimbang impor nonmigas dari total kawasan ASEAN yang mencapai 20,37%, dan Uni Eropa sebesar 9,32%.

Sementara, peningkatan impor nonmigas terbesar di November 2017 ketimbang bulan sebelumnya, berasal dari golongan mesin dan pesawat mekanik, yang naik US$378,5 juta. Dan, penurunan terbesar berasal dari golongan serealia, turunnya US$67,9 juta.

Sedangkan dilihat dari golongan penggunaan barang, baik barang konsumsi, bahan baku/penolong dan barang modal selama Januari-November 2017 meningkat dibanding periode yang sama di 2016, masing-masing 15,19%; 16,37%; dan 11,53%.

Sebelumnya, para pemimpin dan pebisnis dari negara anggota ASEAN Plus Three (ASEAN+3), yang terdiri atas 10 negara ASEAN ditambah Jepang, China, dan Korea Selatan, menyerukan untuk sistem perdagangan yang lebih terbuka.

Seruan itu disampaikan pada Pertemuan Tatap Muka antara Pemimpin ASEAN Plus Three (APT) dengan Dewan Bisnis Asia Timur (EABC) yang dipimpin Presiden Rodrigo Roa Duterte di Philippine International Convention Center (PICC), seperti dilaporkan Antara dari Manila, Filipina, Selasa (14/11/2017).

Dalam pertemuan tersebut, Presiden Duterte menyebutkan bahwa perdagangan terbuka dan bebas diperlukan untuk mengintegrasikan ekonomi negara-negara di Asia Timur dan menarik mitra dari kawasan lain di dunia. "Sangat penting untuk memiliki mitra bisnis regional bersama kami saat kami bekerja sama dalam mendorong realisasi Komunitas Asia Timur yang lebih besar dan progresif," kata Duterte.

Menanggapi hal itu, para pemimpin negara ASEAN lain dan pemimpin China, Jepang, dan Korea Selatan pun menyatakan dukungannya terhadap visi Komunitas Ekonomi Asia Timur tersebut. Pertemuan antara pemimpin ASEAN Plus Three dan EABC itu juga fokus membahas upaya-upaya untuk membuat bisnis berkembang di bawah Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP).

Para pemimpin dan pebisnis negara ASEAN Plus Three memandang bergabung dalam RCEP sebagai langkah logis berikutnya dalam integrasi regional ASEAN untuk memperkuat kawasan Asia Tenggara sebagai pusat perdagangan global.

#ProdukChina#Ekspor#Impor#BPS# (Setyaki Purnomo)