
Jakarta, MERDEKANEWS – Hujan deras di ibukota merendam Jakarta. Genangan air di mana-mana.
Apa bedanya antara Ahok dan Anies Baswedan saat Jakarta banjir?.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meninjau panel listrik pompa air terowongan (underpass) Dukuh Atas, Jakarta Selatan. Hal ini dilakukannya karena terowongan itu sempat tergenang air.
Anies bertanya kepada petugas yang menjaga pompa air terowongan karena panel-panel tersebut mati. Dia ingin tahu apakah petugas sudah melaporkan panel yang mati.
"Sudah dilaporkan belum?" tanya Anies kepada petugas di lokasi, Dukuh Atas, Setia Budi, Jakarta Selatan, Senin (11/12/2017).
"Sudah dilaporkan, Pak," jawab petugas.
Petugas mengatakan panel-panel listrik pompa tersebut telah rusak beberapa waktu lalu. Anies lalu menelepon instansi terkait karena laporan petugas pompa yang tak direspons.
Belum diketahui siapa pihak yang dihubungi Anies. Tapi Anies tak sempat berbicara dengan pihak yang diteleponnya.
Anies mengatakan siapa pun akan ditegur bila tak merespons laporan. Dia sudah meminta kepada para petugas untuk memastikan semua alat berfungsi untuk mengantisipasi banjir.
"Iya dong, akan ditegur karena tidak merespons. Semua, siapa pun, yang mendapat laporan karena ini sudah instruksi dari Gubernur untuk siaga, untuk dipastikan semuanya berfungsi," ujar Anies.
Dalam tinjauannya kali ini, Anies mengatakan, dari enam pompa air yang ada, hanya ada dua unit pompa yang berfungsi dengan baik. Dia ingin temuan pompa terowongan Dukuh Atas yang rusak tersebut dapat lekas ditangani.
"Kita ingin memastikan bahwa semua infrastruktur yang merespons curah hujan yang tinggi itu harus bekerja dengan baik. Dan hari ini kita temukan ada masalah. Saat ini juga, kita minta hari ini juga untuk langsung dilakukan perbaikan," tuturnya.
Anies juga datang ke lokasi banjir di Jatipadang, Jakarta Selatan. Dia ikut banjir-banjiran saat air deras merendam rumah warga.
Sabotase Vs Perbaiki
Saat mendengar pompa rusak, Anies hanya meminta agar segera diperbaiki. Berbeda dengan Ahok.
Ahok saat mengetahui empat pompa di Waduk Pluit, Jakarta Utara, mati langsung menghardik. Kata dia, ada sabotase .
“Gila! Itu bahaya sekali. Ada empat pompa air di Waduk Pluit yang mati tak bisa beroperasi. Ini bahaya, karena bisa menyebabkan Jakarta tenggelam oleh banjir,” kata Gubernur Ahok, di Balaikota Pemprov DKI, Rabu (13/7/2016).
Ahok menduga adanya sabotase. Kecurigaannya ini berdasarkan fakta bahwa korsleting kabel bawah tanah seharusnya itu tak jadi soal. Karena, listrik untuk mengalirkan pompa air di Waduk Pluit Jakarta Utara sudah menggunakan listrik dari PLTU Pluit Muara Karang milik PLN. Aliran listrik itu dilewatkan dari atas, bukan dari bawah.
“Ini mah sabotase. Selama PLTU di Pluit itu enggak rusak, seharusnya enggak boleh enggak ada listrik ke Waduk Pluit. Kalau Waduk Pluit rusak maka tenggelam Jakarta. Hujan, tenggelam Jakarta. Itu sudah kurang ajar,” kata Ahok.
(Kaira Saqila)
-
Telkom Indonesia Kembali Masuk Daftar LinkedIn Top Companies 2025 Telkom Indonesia Kembali Masuk Daftar LinkedIn Top Companies 2025
-
Ahok Kaget Usai Diperiksa Terkait Kasus Pertamina: Kejagung Punya Info dan Data Sampai Kepala! Dia mengaku kaget dengan data dan informasi yang dimiliki oleh penyidik Kejagung
-
Motor Terendam Banjir, Pertamina Ganti Oli Gratis 878 Motor dan 1000 Voucher BBM Motor Terendam Banjir, Pertamina Ganti Oli Gratis 878 Motor dan 1000 Voucher BBM
-
Alih Fungsi Lahan Ugal-ugalan Sebabkan Banjir Bandang Bogor, 4 Objek Wisata Disegel! Kementerian Lingkungan Hidup menyegel empat objek wisata yang memiliki kerja sama operasional atau KSO dengan PT Perkebunan Nusantara VIII
-
Seru Nih, Kejagung Buka Peluang Periksa Ahok, Erick dan Boy Thohir di Kasus Korupsi Tata Kelola Minyak Pertamina! Kejaksaan Agung membuka peluang memanggil Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Erick Tjohir, dan Boy Garibaldi Thohir, dalam kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah