merdekanews.co
Rabu, 07 Mei 2025 - 09:50 WIB

Pelabuhan SKPT Morotai Garapan Waskita Karya Resmi Beroperasi, Siap Bantu Nelayan

Deka - merdekanews.co
Pelabuhan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Morotai yang dibangun oleh PT Waskita Karya (Persero) Tbk kini sudah beroperasi. Proyek yang terletak di Maluku Utara itu diyakini dapat meningkatkan potensi sektor kelautan dan perikanan di wilayah terluar serta terdepan.

Jakarta, MERDEKANEWS -- Pelabuhan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Morotai yang dibangun oleh PT Waskita Karya (Persero) Tbk kini sudah beroperasi. Proyek yang terletak di Maluku Utara itu diyakini dapat meningkatkan potensi sektor kelautan dan perikanan di wilayah terluar serta terdepan.

Sebelumnya beberapa waktu lalu, Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono telah meresmikan proyek yang menjadi simbol perekonomian di wilayah pesisir tersebut. Ia menyatakan, pembangunan pelabuhan ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah dalam mewujudkan kedaulatan pangan laut sekaligus memperkuat ekonomi berbasis kelautan.

"Pelabuhan perikanan ini tidak hanya berfungsi sebagai pusat aktivitas nelayan, tetapi juga simbol pertumbuhan ekonomi wilayah yang berkelanjutan," ujarnya. Ia pun optimis, kehadiran SKPT Morotai berdampak positif terhadap nelayan lokal dan nelayan tradisional.

Corporate Secretary Waskita Karya Ermy Puspa Yunita menambahkan, keberadaan SKPT ini juga mendekatkan layanan infrastruktur perikanan kepada masyarakat di berbagai wilayah strategis dan perbatasan. Diharapkan pula mampu meningkatkan ekspor hasil laut, salah satunya ikan tuna sirip kuning.

Berdasarkan data Kementerian KKP, pada 2024 produksi tuna sirip kuning di SKPT Morotai mencapai 1.382 ton. Sementara total nilai produksi ikan di sana sebesar Rp65,83 miliar.

"Dengan adanya pelabuhan SKPT baru yang dikerjakan oleh Waskita ini serta didukung oleh pembangunan lanjutan yang berupa dermaga dan breakwater, diharapkan total kapal akan meningkat menjadi 175 unit. Diharapkan pula peningkatan produksi dapat menembus 39.100 ton per tahun, lalu penyerapan tenaga kerja sebanyak 1.320 orang," ujar Ermy dalam keterangan resmi, Rabu (7/5/2025).

Dirinya mengatakan, proyek senilai Rp115,7 miliar yang digarap oleh Kerja Sama Operasi (KSO) Waskita-STK itu menjadi modal penting yang perlu dikelola secara berkelanjutan. "Kami percaya dapat mendorong target swasembada pangan yang kini menjadi fokus pemerintah," kata dia.

Ia menyebutkan, SKPT Morotai dilengkapi sejumlah fasilitas seperti Ice Flake Machine (IFM) berkapasitas 10 ton dan Integrated Cool Strorage (ICS) yang memuat hingga 200 ton. Ada pula kantor administrasi, barak nelayan, mess pegawai, gudang logistik, serta seawall atau tanggul laut.

Ermy menjelaskan, pembangunan seawall  dengan menggunakan buis beton ini merupakan salah satu inovasi yang dilakukan tim Waskita Karya di lapangan guna mengatasi ketidaktersediaan material alam berupa batu armor serta perubahan signifikan pada batas pantai di area SKPT Morotai. Perlu diketahui, perubahan itu dikarenakan gerusan ombak yang cukup kuat dari air laut.

"Pekerjaan seawall dengan menggunakan buis beton menjadi perhatian khusus karena bertujuan untuk mengatasi kemunduran garis pantai pada SKPT Morotai. Inovasi ini bermanfaat pula dalam mengefisiensi biaya sekaligus menjaga mutu pembangunan SKPT," tutur dia.

Sebagai informasi, Waskita Karya merupakan BUMN Konstruksi yang sudah berpengalaman lebih dari 64 tahun membangun infrastruktur. Kini Perseroan terus bertransformasi hingga mencatatkan beberapa perolehan kinerja positif pada 2024.

Pada tahun lalu, Waskita berhasil menurunkan utang sebesar Rp14,7 triliun menjadi Rp69,3 triliun. Kemudian kinerja Waskita induk atau secara standalone juga mencetak keuntungan dengan laba berjalan sebesar Rp4,8 triliun. Laba itu disebabkan adanya peningkatan pendapatan lain-lain yang berasal dari pengakuan gain atas modifikasi utang dan adanya perbaikan rasio Beban Pokok Pendapatan/Pendapatan Usaha yang menghasilkan peningkatan margin laba kotor dari 0,6 persen pada 2023 menjadi 5,7 persen pada 2024.

(Deka)