merdekanews.co
Jumat, 20 Juli 2018 - 00:37 WIB

Inilah Pejabat Topcer Yang Tak Baper

Kisah Anas Effendi Yang Dicap Walikota Tidur dan Ikut Kampanye Djarot?

Ira Safitri - merdekanews.co
Inilah walikota pilihan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.

Jakarta, MERDEKANEWS - Geger para mantan walikota yang protes karena dicopot memang lucu. Sebab, selain sudah memasuki masa pensiun ternyata kinerja mereka mandek.

Anas Effendi misalnya. Dia sering kepergok tidur saat acara maupun rapat. Bahkan, Anas sempat diperiksa Panwaslu karena dilaporkan ikut kampanye Djarot Saiful Hidayat saat pilkada di Kampung Baru RT 02/10 dan RT 04/03 Kelurahan Kembangan Utara, Kembangan, Jakbar.

Pemerhati Jakarta Budi Siswanto menyatakan, Anas harus legowo. Karena, sudah menjadi hak gubernur untuk memilih para pembantunya.

"Saya melihat gerakan protes ini bagian dari kepentingan politik. Bisa saja mereka diadu domba, dimanfaatkan atau ditunggangi," terang Budi kepada wartawan di kawaasan Kelapa Gading, Kamis (19/7/2018).

Kinerja Anas terang Budi tidak signifikan. Apalagi dia sering kepergok tidur. "Tidak ada perubahan di Jakbar sejak dia pimpin. Apalagi Anas ini tidak mencerminkan sebagai walikota yang baik karena saat pilkada tidak netral," bebernya.

Budi malah mempertanyakan kenapa para walikota protes ketika dicopot. "Saat mereka dilantik Ahok menjadi walikota juga menggusur pejabat lama," bebernya.

Kalau saja Anas kinerjanya bagus pastinya dia akan dicintai warga. "Buktinya warga Jakbar biasa aja. Beda ketika Rustam Effendi dicopot Ahok dari Walikota Jakut. Saat itu warga menaruh simpati," ungkapnya.

Pejabat Kinerja Topcer

Istilah kocok ulang pejabat setingkat walikota dan kepala dinas sudah menjadi hal lumrah. Sebagai PNS tentunya mereka sadar kalau jabatan itu adalah amanah dan menjadi hak gubernur.

Di era Ahok, banyak pejabat berkinerja topcer tanpa alasan jelas malah didepak dan distafkan. Bukan hanya dicopot tapi mereka juga dituding korupsi dan tak becus kerja.

"Tapi tidak ada yang lebay dan baper (bawa perasaan-red) seperti mantan walikota," ucap Budi yang juga Ketua Forum Bersama Jakarta (FBJ).

Dari hasil kajian dan analisa Forum Diskusi Jurnalis Jakarta (FDJJ), para pejabat yang didepak Ahok tapi memiliki kinerja topcer yakni Lasro Marbun, Taufik Yudi Mulyanto, Syamsuddin Noor, Rustam Effendi, Muhammad Akbar, I Made Karmayora dan Iwan Setyawandi, Sotar serta Cucu Kurnia.

BACA JUGA: Pemerhati Jakarta: Walikota Yang Dicopot Anies Jangan Lebay Lah

Rustam Effendi (kini Walikota Jakbar-red) misalnya saat menjadi Walikota Jakut distafkan Ahok tanpa alasan jelas. Begitu juga Taufik Yudi Mulyanto yang distafkan dari Kepala Dinas Pendidikan.

Padahal saat dipimpin Taufik, Dinas Pendidikan berjalan efektif. Lalu, Iwan Setyawandi dari Kepala Dinas Pelayanan Pajak didepak menjadi staf. FDJJ menilai, Lasro, Taufik, Iwan dan Sotar serta Cucu adalah para pejabat yang memiliki loyalitas dan kinerja topcer.

"Terbukti saat mereka menjabat, prestasi dinas yang dipimpin berjalan baik dan lancar. Tapi, ketika dicopot Ahok para pejabat topcer ini biasa saja dan tidak baper dan tak lebay tuh," ungkap Budi.

Budi menambahkan, keputusan Anies Baswedan mencopot para pejabat minim prestasi sudah benar dan menjadi hak dari gubernur.

"Walikota Selatan misalnya saat dicopot warganya juga biasa saja. Jadi itu adalah bukti kalau pejabat itu kurang topcer," tukasnya.

  (Ira Safitri)