
Jakarta, MERDEKANEWS - Geger para mantan walikota yang protes karena dicopot memang lucu. Sebab, selain sudah memasuki masa pensiun ternyata kinerja mereka mandek.
Anas Effendi misalnya. Dia sering kepergok tidur saat acara maupun rapat. Bahkan, Anas sempat diperiksa Panwaslu karena dilaporkan ikut kampanye Djarot Saiful Hidayat saat pilkada di Kampung Baru RT 02/10 dan RT 04/03 Kelurahan Kembangan Utara, Kembangan, Jakbar.
Pemerhati Jakarta Budi Siswanto menyatakan, Anas harus legowo. Karena, sudah menjadi hak gubernur untuk memilih para pembantunya.
"Saya melihat gerakan protes ini bagian dari kepentingan politik. Bisa saja mereka diadu domba, dimanfaatkan atau ditunggangi," terang Budi kepada wartawan di kawaasan Kelapa Gading, Kamis (19/7/2018).
Kinerja Anas terang Budi tidak signifikan. Apalagi dia sering kepergok tidur. "Tidak ada perubahan di Jakbar sejak dia pimpin. Apalagi Anas ini tidak mencerminkan sebagai walikota yang baik karena saat pilkada tidak netral," bebernya.
Budi malah mempertanyakan kenapa para walikota protes ketika dicopot. "Saat mereka dilantik Ahok menjadi walikota juga menggusur pejabat lama," bebernya.
Kalau saja Anas kinerjanya bagus pastinya dia akan dicintai warga. "Buktinya warga Jakbar biasa aja. Beda ketika Rustam Effendi dicopot Ahok dari Walikota Jakut. Saat itu warga menaruh simpati," ungkapnya.
Pejabat Kinerja Topcer
Istilah kocok ulang pejabat setingkat walikota dan kepala dinas sudah menjadi hal lumrah. Sebagai PNS tentunya mereka sadar kalau jabatan itu adalah amanah dan menjadi hak gubernur.
Di era Ahok, banyak pejabat berkinerja topcer tanpa alasan jelas malah didepak dan distafkan. Bukan hanya dicopot tapi mereka juga dituding korupsi dan tak becus kerja.
"Tapi tidak ada yang lebay dan baper (bawa perasaan-red) seperti mantan walikota," ucap Budi yang juga Ketua Forum Bersama Jakarta (FBJ).
Dari hasil kajian dan analisa Forum Diskusi Jurnalis Jakarta (FDJJ), para pejabat yang didepak Ahok tapi memiliki kinerja topcer yakni Lasro Marbun, Taufik Yudi Mulyanto, Syamsuddin Noor, Rustam Effendi, Muhammad Akbar, I Made Karmayora dan Iwan Setyawandi, Sotar serta Cucu Kurnia.
BACA JUGA: Pemerhati Jakarta: Walikota Yang Dicopot Anies Jangan Lebay Lah
Rustam Effendi (kini Walikota Jakbar-red) misalnya saat menjadi Walikota Jakut distafkan Ahok tanpa alasan jelas. Begitu juga Taufik Yudi Mulyanto yang distafkan dari Kepala Dinas Pendidikan.
Padahal saat dipimpin Taufik, Dinas Pendidikan berjalan efektif. Lalu, Iwan Setyawandi dari Kepala Dinas Pelayanan Pajak didepak menjadi staf. FDJJ menilai, Lasro, Taufik, Iwan dan Sotar serta Cucu adalah para pejabat yang memiliki loyalitas dan kinerja topcer.
"Terbukti saat mereka menjabat, prestasi dinas yang dipimpin berjalan baik dan lancar. Tapi, ketika dicopot Ahok para pejabat topcer ini biasa saja dan tidak baper dan tak lebay tuh," ungkap Budi.
Budi menambahkan, keputusan Anies Baswedan mencopot para pejabat minim prestasi sudah benar dan menjadi hak dari gubernur.
"Walikota Selatan misalnya saat dicopot warganya juga biasa saja. Jadi itu adalah bukti kalau pejabat itu kurang topcer," tukasnya.
(Ira Safitri)
-
Telkom Indonesia Kembali Masuk Daftar LinkedIn Top Companies 2025 Telkom Indonesia Kembali Masuk Daftar LinkedIn Top Companies 2025
-
Anies Soal Ramai Tagar KaburAjaDulu: Cinta Indonesia Tidak Ada Hubungan dengan Tempat Tinggal cinta Indonesia itu tidak ada hubungannya dengan lokasi tempat tinggal.
-
Susunan Lengkap Tim Transisi Bentukan Gubernur Terpilih Pramono Anung Pramono memastikan akan melibatkan orang-orang profesional dan mempunyai keahlian dalam bidangnya masing-masing dalam tim transisi pemerintahannya
-
Jokowi Sampaikan Maaf Tak Hadir di Acara Bentang Harapan JakASA: Ada Acara di Solo Ia mengakui mendapat undangan acara tersebut tapi tidak bisa hadir
-
KAI Raih Penghargaan Indonesia Most Reputable Companies 2024 KAI Raih Penghargaan Indonesia Most Reputable Companies 2024