
Jakarta, MERDEKANEWS -- Wakil Ketua Harian DPP PKB Nadya Alfi Roihana mengecam peristiwa pembacokan terhadap saksi salah satu paslon di Pilbup Sampang 2024.
Ia mengatakan kasus kekerasan yang berujung korban jiwa itu menjadi perhatian serius internal partainya.
"Kekerasan ini tidak hanya melukai nilai-nilai demokrasi, tetapi juga merusak tatanan kehidupan bermasyarakat yang seharusnya dilandasi perdamaian dan persatuan," kata Nadya dalam keterangan tertulis.
Dia mengatakan PKB mengutuk keras segala bentuk kekerasan, terutama yang terjadi dalam konteks demokrasi.
Menurut dia, sebagai salah satu pilar utama demokrasi, pilkada merupakan ajang bagi rakyat untuk menyuarakan aspirasi politiknya secara damai dan bermartabat.
Oleh sebab itu, Nadya mengingatkan bahwa pilkada harus tetap menjadi pesta demokrasi yang menggembirakan, bukan menjadi alasan untuk saling menyerang.
Ia menegaskan fanatisme buta terhadap salah satu pasangan calon tidak boleh terjadi sehingga berujung mengorbankan kedamaian dan kerukunan yang telah dibangun bersama.
Nadya menambahkan perbedaan pilihan adalah hal yang wajar dalam demokrasi, namun tidak boleh berujung pada permusuhan atau kekerasan.
"Segala bentuk kekerasan hanya akan menciptakan luka sosial yang mendalam di masyarakat. Terlebih perpecahan yang ditimbulkan oleh konflik semacam ini," ujar dia.
Sebelumnya, peristiwa pembacokan di Sampang, Madura, Jawa Timur, diduga terkait isu politik dalam Pilbup Sampang 2024.
Pesan tersebut menjelaskan kejadian bermula saat Calon Bupati Sampang nomor urut 2 Slamet Junaidi sekaligus calon petahana bersama rombongannya bersilaturahmi ke rumah salah seorang tokoh di Desa Ketapang Laok, Kecamatan Ketapang.
Sedangkan di internal keluarga tokoh tersebut, dikabarkan terdapat ketegangan antara dua kelompok yang diduga karena beda pilihan.
Warga yang mengetahui ada calon bupati yang menjadi calon rival datang bertamu, lalu memutar lagu politik pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sampang nomor urut 01 KH. Mohammad Bin Mu'afi Zaini dan H Abdullah Hidayat, lewat pengeras suara masjid.
Mengetahui situasi dan keadaan sudah tidak kondusif, rombongan Slamet Junaidi atau H Idi memilih untuk pergi. Akan tetapi yang terjadi justru rombongan ini diadang sejumlah warga. Pada akhirnya, rombongan itu berhasil lolos.
Gagal mengadang rombongan H. Idi, tiba-tiba kelompok warga ini bertolak ke rumah tokoh tersebut. Akibatnya kedua belah pihak warga ini berselisih cekcok mulut hingga terjadi aksi pembacokan.
Akibat kejadian tersebut, tokoh warga sekaligus tuan rumah yang menerima silaturahmi H. Idi meninggal dunia akibat luka sabetan senjata tajam.
Korban merupakan warga setempat Jimmy Sugito Putra yang tak lain adalah saksi Paslon Pilkada Sampang nomor urut 2, Slamet Junaidi dan Ahmad Mahfudz.
-
Terungkap, SIPP PN Jakpus sebut Fakta Berbeda Kasus NCD Bodong Hary Tanoesoedibjo Dalam data berdasarkan Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) PN Jakarta Pusat, menyebut hal sebaliknya dari klaim perusahaan milik Hary Tanoesoedibjo tersebut.
-
Salah Satunya ASN, Ini Peran 3 Tersangka Pegawai KPK Gadungan FFF (50) aparatur sipil negara (ASN) Dinas Kehutanan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur
-
18 Personel Polri Diduga Terlibat Kasus Pemerasan, Jenderal Listyo Sigit Tak Ragu Tindak Tegas Para Pelaku Terhadap pelanggaran-pelanggaran, saya kira kita juga tidak pernah ragu untuk melakukan tindakan tegas dan itu menjadi komitmen kami
-
Polisi Pemeras WN Malaysia di DWP 2024 Harus Dipecat dan Dihukum Berat! Para pelaku sudah mencoreng nama baik Indonesia di dunia internasional, karena yang mereka peras bukan warga Indonesia, tapi warga Malaysia
-
Polisi Diingatkan Jangan Peras Masyarakat dengan Dalih Pemeriksaan Narkoba! mengingatkan polisi tidak memanfaatkan pemeriksaan narkoba untuk memeras masyarakat