merdekanews.co
Rabu, 25 September 2024 - 11:20 WIB

Dr Lukman Gunarto Beri Tips Penggunaan Pupuk Cair AGPI untuk Perkebunan dan Replanting Sawit

Deka - merdekanews.co
Dr Lukman Gunarto menyaksikan aplikasi teknologi AGPI di Plasma Sawit Bengkulu.(Foto/Dok Pribadi)

Jakarta, MERDEKANEWS -- Penerapan teknologi Agricultural Growth Promoting Inoculant (AGPI) di sektor pertanian dan  perkebunan terbukti mampu menghasilkan panen sampai 50 persen.

Diketahui, AGPI merupakan teknologi asli Insonesia yang ramah lingkungan untuk peningkatan produksi pertanian, perkebunan, perikanan/pertambakan dan peternakan secara efisien dan berkelanjutan yang dikembangkan oleh Dr Lukman Gunarto melalui riset unggulan dan berkesinambungan.

"Teknologi AGPI merupakan inokulan campuran yang berbentuk cair, mengandung hormon tumbuh dan berbahan aktif bakteri penambat N2 secara asosiatif, mikroba pelarut P dan penghasil selulase," jelas Dr. Lukman Gunarto kepada merdekanews.co.id pada Selasa (24/09).

Dalam proses pembuatannya, lanjut peneliti Mikrobiologi Tanah, Balai Besar Bioteknologi, Litbang Pertanian ini, hormon tumbuh yang dihasilkan oleh bakteri diproduksi secara berlebihan dan diawetkan dalam bahan tertentu sebelum mikroba-mikroba lain dimasukkan.

Ia menambahkan, teknologi AGPI menggunakan Mikroba strain unggulan terbaru yang bekerja lebih efektif dan efisien. "Proses produksi dengan kontrol kualitas yang sangat ketat oleh orang-orang yang ahli pada bidangnya," kata Gunarto.

Ia juga memamparkan, pupuk hayati AGPI ini sukses diaplikasikan di plasma sawit Bengkulu, Medan, Jambi, Riau, dan Kalimantan. Penggunaan pupuk AGPI terbukti membuat pertumbuhan buah sangat cepat dan tandan buah yang relatif besar ketimbang penggunaan pupuk lain.

"Ketika diaplikasikan di pohon sawit hasilnya meningkat, irama petiknya cepat dan ketika pohon sawit sudah mulai berbuah, 10 hari kemudian sudah bisa dipanen," kata Gunarto, yang juga peneliti senior di InsFer (International Nitrogen Efficiency Fertilization) Program, IRRI (Internasional Rice Research Institute) Philipina ini.

Secara berseloroh ia mengatakan, dengan menggunakan pupuk AGPI, para petani sawit tidak bisa bersantai lagi, mereka bahkan tidak sempat mengenakan baju dinas karena panennya begitu cepat.

"Saya memantau langsung ketika diaplikasikan di kebun sawit di Bengkulu, Sumut dan Riau. Dimana irama petiknya sangat cepat, sampai petaninya gak bisa ganti baju dinas," kata Gunarto.

Dalam kesempatan yang sama Gunarto juga memberikan tips pemupukan AGPI untuk perkebunan sawit. Ia menyarankan, agar pupuk cair AGPI hanya disemprotkan di tanah sampai pangkal batangnya saja.

"Cukup 2 kali pemupukan dalam setahun. Penyemprotan pupuk cair AGPI sebaiknya dilakukan ketika awal musim hujan dan akhir musim hujan, saat tanah dalam keadaan basah dan lembab. Untuk satu kali pemupukan dibutuhkan 20 liter per hektar lahan sawit," jelas Gunarto.

Ia menambahkan, penggunaan pupuk cair AGPI memperbaiki sifat kimia, fisika, biologi tanah sehingga struktur dan testur tanah menjadi serasi dan sehat.

Replanting Sawit
Lebih jauh Gunarto mengatakan, pupuk hayati mikroba juga sudah pernah dipakai untuk replanting sawit. "Ketika pohon sawit usia 2,5 tahun dimana sudah mulai belajar berbuah, pupuk hayati mikroba sudah bisa disemprotan, dan ini mempercepat pertumbuhan buahnya, sehingga ketika berusia 3-4 tahun buahnya sudah bisa dipanen," paparnya.

Keunggulan dengan pupuk hayati, lanjut Gunarto, bisa hemat pupuk kimia, kompos atau kandang sampai dengan 50 persen. Selain itu, tandan buah relatif lebih besar dan penampilan tanaman lebih sehat dan segar.

"Juga dapat mengurangi timbulnya gulma. Dengan demikian, masa produktif tanaman menjadi lebih panjang dan mencegah pestisida dengan rasidu sampai zero persen," tandasnya.

(Deka)