
Jakarta, MERDEKANEWS -- Penerapan teknologi Agricultural Growth Promoting Inoculant (AGPI) di sektor pertanian dan perkebunan terbukti mampu menghasilkan panen sampai 50 persen.
Diketahui, AGPI merupakan teknologi asli Insonesia yang ramah lingkungan untuk peningkatan produksi pertanian, perkebunan, perikanan/pertambakan dan peternakan secara efisien dan berkelanjutan yang dikembangkan oleh Dr Lukman Gunarto melalui riset unggulan dan berkesinambungan.
"Teknologi AGPI merupakan inokulan campuran yang berbentuk cair, mengandung hormon tumbuh dan berbahan aktif bakteri penambat N2 secara asosiatif, mikroba pelarut P dan penghasil selulase," jelas Dr. Lukman Gunarto kepada merdekanews.co.id pada Selasa (24/09).
Dalam proses pembuatannya, lanjut peneliti Mikrobiologi Tanah, Balai Besar Bioteknologi, Litbang Pertanian ini, hormon tumbuh yang dihasilkan oleh bakteri diproduksi secara berlebihan dan diawetkan dalam bahan tertentu sebelum mikroba-mikroba lain dimasukkan.
Ia menambahkan, teknologi AGPI menggunakan Mikroba strain unggulan terbaru yang bekerja lebih efektif dan efisien. "Proses produksi dengan kontrol kualitas yang sangat ketat oleh orang-orang yang ahli pada bidangnya," kata Gunarto.
Ia juga memamparkan, pupuk hayati AGPI ini sukses diaplikasikan di plasma sawit Bengkulu, Medan, Jambi, Riau, dan Kalimantan. Bahkan penjualannya pernah booming karena penggunaan pupuk AGPI terbukti membuat pertumbuhan buah sangat cepat dan tandan buah yang relatif besar ketimbang penggunaan pupuk lain.
"Ketika diaplikasikan di pohon sawit hasilnya meningkat, irama petiknya cepat dan ketika pohon sawit sudah mulai berbuah, 10 hari kemudian sudah bisa dipanen," kata Gunarto, yang juga peneliti senior di InsFer (International Nitrogen Efficiency Fertilization) Program, IRRI (Internasional Rice Research Institute) Philipina ini.
Secara berseloroh ia mengatakan, dengan menggunakan pupuk AGPI, para petani sawit tidak bisa bersantai lagi, mereka bahkan tidak sempat mengenakan baju dinas karena panennya begitu cepat.
"Saya memantau langsung ketika diaplikasikan di kebun sawit di Bengkulu, Sumut dan Riau. Dimana irama petiknya sangat cepat, sampai petaninya gak bisa ganti baju dinas," kata Gunarto.
Keunggulan dari pupuk hayati mikroba ini sampai juga ke telinga PM Malaysia, Mahatir Mohamad. Ia mengajak Dr Lukman Gunarto untuk membangun lab di Kuala Lumpur untuk diaplikasikan ke perkebunan sawit Malaysia.
Namun karena kecintaan Gunarto terhadap Indonesia, ia menolak tawaran tersebut. "Saya tolak tawaran itu mengingat saya baru saja tiba di Indonesia, karena selama 4 tahun saya menetap di Manila," imbuhnya.
Teknologi AGPI ini terbukti tak hanya sukses untuk perkebunan kelapa sawit. Riset teknologi AGPI dilakukan sejak 1985, sebelum dipasarkan pada 1998, dilakukan serangkaian uji coba.
"Teknologi yang disebut juga pupuk hayati mikroba ini sudah diaplikasi tahun 1998. Uji coba dilakukan di lahan sawah di Bekasi dengan disaksikan beberapa pakar tanaman dan hama," ungkap Gunarto.
Ia mengatakan, pada 2019 teknologi AGPI juga dicoba di lahan sawah di Bandung, hasilnya bikin takjub. Penggunaan teknologi AGPI terbukti membuat kwantitas panen meningkat signifikan.
-
Serapan Beras Bulog Januari–Mei Tertinggi dalam 57 Tahun, Tanpa Impor Serapan Beras Bulog Januari–Mei Tertinggi dalam 57 Tahun, Tanpa Impor
-
DPD Partai Gerindra Bali Tidak Pernah Berafiliasi dengan Ormas GRIB! yang jelas Partai Gerindra tidak pernah berafiliasi dengan ormas GRIB
-
Kementan Kebut Target Swasembada, Sehari Selesaikan Tanam Perdana di Dua Lokasi Cetak Sawah Baru Kementan Kebut Target Swasembada, Sehari Selesaikan Tanam Perdana di Dua Lokasi Cetak Sawah Baru
-
Tercapai Serapan 4 Juta Ton Beras, Pemerintah Gaspol Lanjutkan! Tercapai Serapan 4 Juta Ton Beras, Pemerintah Gaspol Lanjutkan!
-
Beri Pembekalan PPPK Kementan, Mentan Amran Tekankan Nilai Kejujuran dan Disiplin Beri Pembekalan PPPK Kementan, Mentan Amran Tekankan Nilai Kejujuran dan Disiplin