
Jakarta, MERDEKANEWS -- Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyinggung soal bahaya matahari kembar dalam partai politik bahkan di suatu negara.
Pernyataan itu disampaikannya saat menyampaikan pidato dalam Hari Ulang Tahun (HUT) ke-23 Partai Demokrat di Jakarta, Senin (09/09).
Bermula saat SBY menyebut memiliki falsafah yang merujuk pada sistem tata surya. Di mana, hanya ada satu matahari meski ada banyak planet di alam semesta.
"Ada falsafah yang bagus, belajar dari tata surya, apa yang ada di alam semesta. Di alam ini hanya ada satu matahari, tidak ada lagi," ujar SBY, Senin, 9 September.
Falsafah itupun disebut harus diterapkan oleh Partai Demokrat. Ketua Umum merupakan satu-satunya matahari yang mesti menjadi panutan.
"Sama dengan Partai Demokrat yang kita cintai, hanya ada satu matahari yaitu ketua umum kita," sebutnya.
Menurutnya, suatu partai politik bahkan negara akan hancur jika terdapat dua matahari. Sebab, hal itu hanya akan menimbulkan sisi negatif seperti persaingan tak sehat hingga saling menjatuhkan.
"Akan kacau dalam sebuah negara dalam, sebuah entity termasuk partai politik kalo mataharinya banyak, bisa dibayangkan, makin panas karena matahari satu sudah panas kalo ada dua, ada tiga," kata SBY.
-
Ada 5 Orang, Siapa Saja yang Dilaporkan oleh Jokowi Terkait Ijazah Palsu? Mungkin inisialnya kalau boleh disampaikan ada RS, RS, ES, T dan inisial K
-
Jokowi Ungkap Alasan Kenapa Baru Melaporkan Soal Tuduhan Ijazah Palsu "Kan delik aduan kan, memang harus saya sendiri harus datang,"
-
Boby Nasution Menantu Jokowi Datangi KPK, Ada Apa Nih? menantu Jokowi itu menjelaskan, selain dirinya, tujuh kepala daerah kabupaten/kota di Sumatera Utara turut diundang
-
Tutup Pintu Pemakzulan Wapres, Golkar: Gibran Terpilih Secara Konstitusional! Wapres Gibran terpilih secara konstitusional melalui pilpres dan Mahkamah Konstitusi
-
Terungkap, Ini Alasan Presiden Prabowo Tunjuk Jokowi sebagai Utusan RI ke Vatikan Itu sebabnya yang diminta adalah Pak Jokowi untuk menghadiri dan mewakili pemerintah dan rakyat, serta bangsa Indonesia di Vatikan