merdekanews.co
Sabtu, 02 Maret 2024 - 17:25 WIB

Dunia Kecam Pembantaian Tentara Israel Terhadap 112 Warga Gaza Saat Antre Bantuan!

Jyg - merdekanews.co
Tangkapan layar saat tentara Israel membunuh warga Gaza yang tengah antre bantuan. (Foto: istimewa)

Jakarta, MERDEKANEWS -- Peristiwa pembantaian tentara Israel terhadap warga Gaza yang tengah saat antre menunggu truk-truk pengangkut bantuan makanan, mengundang kecaman dunia. Tragedi tersebut menyebabkan 112 warga Gaza tewas dan melukai 750 orang lainnya.

Kementerian Luar Negeri Palestina dalam sebuah unggahan di platform media sosial X menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu "mengabaikan pembantaian di bundaran Nabulsi" dan mengatakan bahwa Netanyahu merupakan "wajah politik" dari Itamar Ben-Gvir, menteri keamanan nasional sayap kanan Israel.

Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengutuk kematian tersebut dan menegaskan kembali "perlunya mencapai gencatan senjata segera".

Jeddah memperbarui "tuntutannya kepada masyarakat internasional untuk mengambil posisi tegas untuk mewajibkan Israel menghormati hukum kemanusiaan internasional, segera membuka koridor kemanusiaan yang aman, mengizinkan evakuasi korban terluka dan memungkinkan pengiriman bantuan.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning mengatakan pada hari Jumat bahwa Beijing terkejut dengan insiden tersebut dan mengutuk keras pembunuhan tersebut.

"China mendesak pihak-pihak terkait, terutama Israel, untuk segera melakukan gencatan senjata dan mengakhiri pertempuran, dengan sungguh-sungguh melindungi keselamatan warga sipil, memastikan bantuan kemanusiaan dapat masuk dan menghindari bencana kemanusiaan yang lebih serius," kata Mao. Ia menekankan, bahwa Israel wajib menghormati hukum internasional.

Menteri Luar Negeri Prancis, Stephane Sejourne menyatakan bahwa negaranya tak akan menerapkan 'Standar Ganda' dalam konflik yang terjadi antara Israel dengan Palestina.

Pihaknya akan turun melakukan penyelidikan independen atas apa yang dilakukan oleh Israel.

Sebelumnya, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa para pencari bantuan Palestina "menjadi sasaran tentara Israel" dan menyatakan "kecaman keras terhadap penembakan ini."

Turki menuduh Israel melakukan "kejahatan kemanusiaan lainnya" dan mengutuk warga Palestina di Gaza yang mengalami "kelaparan" saat warga sipil berjuang untuk mendapatkan pasokan makanan yang paling mendasar.

"Ini fakta, bahwa Israel menargetkan warga sipil tak berdosa yang sedang mengantri bantuan kemanusiaan adalah bukti bahwa [Israel] bertujuan secara sadar dan kolektif untuk menghancurkan rakyat Palestina," kata Kementerian Luar Negeri Turki.

Di Iran, pihak berwenang menggambarkan insiden tersebut sebagai "serangan biadab oleh rezim Zionis"

Uni Eropa dan Jerman bergabung dalam seruan untuk melakukan penyelidikan Ursula von der Leyen, presiden Komisi Eropa, mengatakan pada hari Jumat bahwa ia sangat terganggu oleh gambar-gambar dari Gaza, maka setiap upaya harus dilakukan untuk menyelidiki apa yang terjadi dan memastikan transparansi.

Sebelumnya, diplomat tertinggi Uni Eropa, Josep Borrell, yang memposting di X, mengecam insiden tersebut sebagai "pembantaian".

Menteri luar negeri Spanyol, Italia, Belgia dan Portugal juga berbicara menentang kematian para pencari bantuan. Jerman, pendukung setia Israel, bergabung dengan seruan untuk menuntut "penjelasan" dari Israel.

"Orang-orang menginginkan pasokan bantuan untuk diri mereka sendiri dan keluarga mereka dan mendapati diri mereka tewas," tulis Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, di X.

"Laporan-laporan dari Gaza mengejutkan saya. Tentara Israel harus menjelaskan sepenuhnya bagaimana kepanikan massal dan penembakan bisa terjadi."

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan bahwa Washington sedang memeriksa mengenai pembunuhan tersebut dan bahwa insiden tersebut akan mempersulit upaya-upaya untuk menengahi gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

Sementara itu, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) mengadakan pertemuan darurat tertutup pada hari Kamis malam, namun gagal mengeluarkan pernyataan yang mengutuk pembunuhan tersebut setelah AS keberatan untuk menyalahkan Israel.

Wakil Duta Besar AS untuk PBB Robert Wood mengutuk kematian tersebut sebelum memasuki ruangan, namun setelah keluar, ia mengatakan bahwa AS "tidak memiliki semua fakta di lapangan".

(Jyg)