
Jakarta, MERDEKANEWS - Pembobolan duit nasabah bikin parno. Diduga aksi kejahatan pembobolan dana nasbah itu lantaran sistem keamanan IT milik perbankan lemah.
Polisi berhasil menangkap 4 warga negara asing (WNA) pembobol anjungan tunai mandiri (ATM) dengan modus skimming atau penyalinan data dari rekening bank.
Biasanya modus skimming memanfaatkan data yang terekam pada kartu ATM yang masih menggunakan magnetic stripe. Lebih mudahnya garis hitam di kartu debet ATM.
Agar pembobolan tidak terjadi, Deputi Direktur Pengawasan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI) Eva Aderia mengatakan, salah satu caranya dengan mengubah sistem data di kartu ATM dari magnetic stripe menjadi chip.
"Kita mendorong perbankan melalui ketentuan-ketentuan yang kami keluarkan untuk memberikan pengamanan baik di penggunaan transaksi menggunakan kartu kredit kartu ATM maupun kartu debit makanya nanti teman-teman bisa melihat bahwa sekarang di kartu itu kami sudah melalui perbankan perbankan sudah mengeluarkan kartu ATM atau debit yang menggunakan chip," kata dia di Polda Metro Jaya, Jakarta, Sabtu (17/3/2018).
Dengan teknologi chip para pembobol dana nasabah akan sulit menjalankan aksi mereka. Selain itu, BI juga mengawasi sistem keamanan perbankan di Indonesia.
BI Memastikan deteksi sistem yang ada di perbankan mampu menangkal kegiatan-kegiatan yang merugikan masyarakat. Menurut Eva langkah ini tidak bisa BI jalan sendiri karena harus ada kerjasama yang baik dari perbankan.
Eva menambahkan, BI meminta kepada seluruh perbankan memasangkan CCTV canggih yang berukuran kecil menempel diseluruh ATM. Masyarakat pun harus mulai terbiasa ketika ingin bertransaksi menutup ruang tombol PIN.
"Mari kita sama-sama untuk menjaga karena kemungkinan juga kita yang kena, kalau mengenai total kerugian berapa tanda tanya jaminannya tanda tanya kalau mengenai kerugian semua pihak bank. Kalau memang terkena korban skiming itu pasti diganti oleh pihak perbankan," tutup dia.
Sebelumnya sejumlah nasabah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) kehilangan uang secara misterius. Kejadian tersebut diduga karena pencurian dan menggunakan metode skimming.
Menanggapi hal tersebut Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Erwin Rijanto mengatakan kasus skimming tersebut terjadi pada nasabah yang masih menggunakan kartu debit berteknologi magnetic stripe (pita magnetik).
Jika anda perhatikan, di belakang kartu ATM ada garis hitam, nah itulah pita magnetik yang dimaksud.
"Karena yang di-skimming kartu debit yang menggunakan magnetic stripe, kami meminta BRI untuk mempercepat migrasi kartu debit untuk menggunakan teknologi chip," kata Erwin di Gedung BI, Jakarta, Jumat (16/3/2018).
Erwin menjelaskan, pihak BI sudah melakukan pemanggilan kepada BRI, untuk penyelesaian masalah. Dia mengharapkan BRI bisa tetap berkomitmen untuk menghadapi masalah tersebut.
"Ya jika terbukti skimming harus diganti (uang nasabah yang hilang)," imbuh dia.
Dia menjelaskan, selain itu dengan menggunakan standar kartu chip secara nasional maka sistem pembayaran di Indonesia tidak ketinggalan dengan negara lain. Selain itu juga bisa mewujudkan efisiensi biaya transaksi dan interoperability.
(Ira Safitri)
-
Manajemen Risiko Efektif & Prudent, Kualitas Kredit BRI Semakin Membaik dengan Pencadangan Kuat Manajemen Risiko Efektif & Prudent, Kualitas Kredit BRI Semakin Membaik dengan Pencadangan Kuat
-
Luna Maya Resmi Menikah dengan Maxime Bouttier di Bali Pernikahan di Bali bukan tanpa alasan. Seperti diketahui, Luna Maya dan Maxime Bouttier telah menghabiskan masa kecil mereka di Pulau Dewata
-
PGN Targetkan Bangun Jargas 44.000 SR di Surabaya, Dapat Dukungan Pemerintah dan Masyarakat PGN Targetkan Bangun Jargas 44.000 SR di Surabaya, Dapat Dukungan Pemerintah dan Masyarakat
-
Elnusa Fabrikasi Konstruksi Wujudkan Asta Cita Pendidikan melalui Program Edukasi Sobat Bumi Elnusa Fabrikasi Konstruksi Wujudkan Asta Cita Pendidikan melalui Program Edukasi Sobat Bumi
-
Sebagai Motor Penggerak Ekonomi Kerakyatan, BRI Salurkan Kredit di Segmen Mikro Sebesar Rp632,22 Triliun Sebagai Motor Penggerak Ekonomi Kerakyatan, BRI Salurkan Kredit di Segmen Mikro Sebesar Rp632,22 Triliun