Padang, MERDEKANEWS -- Epidemiolog sekaligus Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas (Unand) Sumatera Barat Defriman Djafri mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai terkait ancaman demam berdarah dengue (DBD) saat fenomena El Nino.
"Dari siklus El Nino ini juga terjadi perubahan siklus vektornya sendiri (aedes aegypti) maka perlu diwaspadai," kata epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Unand Defriman Djafri di Padang, Minggu.
Defriman mengatakan, selama ini cukup banyak anggapan masyarakat yang keliru bahwa DBD hanya terjadi pada kondisi suhu yang lembab atau tidak terlalu panas.
Padahal, terjadi perubahan pada vektor penyebab DBD (aedes aegypti) misalnya, kemampuan terbang dan pengembangbiakan nyamuk saat musim panas sekalipun.
"Jangan menganggap saat cuaca panas atau fenomena El Nino kemampuan atau virus tidak akan berkembang," kata dia menegaskan.
Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Sumatera Barat tersebut mengatakan, para peneliti juga perlu melakukan penelitian mendalam alasan virus tersebut masih mampu bertahan dalam kondisi panas sekalipun. "Sebab, bisa jadi virus tersebut nyaman di inangnya (nyamuk)," kata dia.
Kemudian, Defriman juga mendorong para peneliti di Tanah Air agar melakukan penelitian apakah gigitan nyamuk aedes aegypti tersebut lebih tinggi saat perubahan iklim dan fenomena El Nino dibandingkan suhu normal.
Tidak hanya DBD, Defriman yang tergabung dalam Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia tersebut mengatakan, masyarakat juga perlu mewaspadai ancaman penyakit lain yang ditularkan melalui vektor seperti malaria.
"Perlu diwaspadai karena ada beberapa virus ini yang sudah resistan terhadap cuaca atau gelombang panas," kata lulusan Universitas Pangeran Songkla tersebut.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melakukan upaya-upaya sekaligus mengimbau masyarakat untuk mewaspadai lonjakan kasus DBD akibat fenomena El Nino atau pemanasan suhu muka laut yang menyebabkan kondisi cuaca dan iklim kering.
Upaya tersebut, yakni memperluas penerapan teknologi wolbachia (bakteri yang dapat mematikan virus dengue pada tubuh nyamuk penyebab DBD). Selanjutnya, memberantas sarang nyamuk secara massal, menyiapkan logistik dan fasilitas kesehatan.
Kemudian, pemerintah juga melakukan pembinaan kelompok kerja DBD di daerah agar lebih sigap, dan terakhir memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai DBD.
-
Atasi Dampak El Nino, Pemerintah Masifkan Pompanisasi untuk Lahan Tadah Hujan Karena ada El Nino yang berkepanjangan, khusus Pulau Jawa kita rencana 500 ribu hektare kita daerah-daerah upland, daerah-daerah tadah hujan, kita akan melakukan pompanisasi seluas 500 ribu hektare Pulau Jawa, kemudian 500 ribu hektare di luar Jawa
-
Kenaikan Harga Beras Tertinggi dalam Sejarah Terjadi di Eranya Jokowi Kenaikan harga beras yang terjadi belakangan adalah yang tertinggi dalam sejarah di era Presiden Joko Widodo (Jokowi)
-
Biang Kerok Naiknya Harga Beras, Ulah Kartel atau Tebar Bansos Ugal-ugalan Jelang Pemilu 2024? imbas Pemilu 2024 turut mempengaruhi melambungnya harga bahan kebutuhan pokok tersebut
-
Presiden Jokowi Soal Harga Beras Melonjak Ugal-ugalan: Gagal Panen Gara-gara El Nino Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelaskan, gagal panen di sejumlah wilayah terjadi karena adanya El Nino
-
Mentan Amran: Kebijakan Akselerasi Tanam Tekan Impor Dampak El Nino 2024 Kebijakan Akselerasi Tanam Untuk Menekan Impor Dampak El Nino 2024