merdekanews.co
Kamis, 25 Agustus 2022 - 19:29 WIB

Oleh: Prof. Djohermansyah Djohan

Pemimpin Rasa Boss

### - merdekanews.co
Prof. Dr. Djohermansyah Djohan (Guru Besar IPDN, Pendiri i-Otda, Dirjen Otda Kemendagri 2010-2014)

Management By the Boss (MBB) atau pemimpin rasa boss yang berdasarkan pada prinsip "whatever the leader or boss says, just follow", lazim diterapkan dalam suatu organisasi yang ingin mengejar target dan kecepatan dalam mencapainya, lebih-lebih dalam keadaan "emergency", krisis, mendesak atau darurat seperti pada masa wabah pandemi dewasa ini.

Dalam perspektif MBO, dipakai dan didayagunakan atau tidaknya anak buah oleh pimpinan pemerintahan sepenuhnya tergantung pada sang pimpinan. Bukan karena jabatan yang diemban, disandang atau dipegang oleh sesorang.

Katakanlah seorang gubernur bisa saja langsung memberi order pada asisten tertentu yang dipercayanya dengan mengabaikan protap organisasi.

Jadi, pimpinan suatu ketika bisa mem-bypass atau "memotong" seorang  bawahan berjabatan tinggi dengan menugaskan pejabat struktural yang lebih rendah, karena pertimbangan kecepatan kerja dalam mewujudkan misi dan mencapai "target ketat" yang telah ditetapkannya, misalnya menyelamatkan rakyat.

Apa lagi sang kepala pemerintahan dalam sistem demokrasi  dibatasi oleh masa jabatan, sehingga memaksa dia untuk mengejar target.
Hambatan dan halangan hierarkhis-birokratis dalam pandangan MBB dapat diabaikan.

Bukan hanya itu, tidak jarang  pula terjadi pemimpin pemerintahan di tingkat nasional maupun lokal menugaskan seorang anak buah di luar TUPOKSI-nya untuk menangani suatu pekerjaan, karena dia yakin "mission will be accomplished" cepat kalau diurus oleh yang bersangkutan.
Anak buah seperti ini dinamai orang super-minister atau super-kadis (kepala dinas). Tentunya, banyak yang iri kepada mereka.

Bahkan, pimpinan bisa "takeover" menjalankan suatu pekerjaan sendiri demi kecepatan kerja dan pencapaian target  dengan mengenyampingkan pembagian tugas organisasi.

Begitulah konsep MBO dan prakteknya dalam dunia pemerintahan. Manfaatnya bagi sang pemimpin yang memimpin dalam kondisi krisis terbukti sangat besar, yaitu tetap baiknya kinerja. Tapi, bagi pengeritiknya MBB dinilai mengacaukan keteraturan organisasi.

(###)





  • Eloknya Demokrasi Eloknya Demokrasi Demokrasi banyak disoal belakangan ini. Gara-gara ulah penguasa yang tak berbudi, tak pandai berterima kasih alias tak tahu diuntung.


  • Dari LPU ke KPU Dari LPU ke KPU Dulu zaman pemerintahan Orde Baru, pemilu tidak seru. Belum keluar hasilnya, pemenangnya kita sudah tahu. Salah satu caranya, penguasa menguasai lembaga penyelenggara pemilu.