AS, MERDEKANEWS - Playboy gulung tikar. Majalah gaya hidup pria ikonik itu tutup setelah 65 tahun wara wiri di kios majalah dan koran.
Nasib majalah ini dihinggapi ketidakpastian pasca meninggalnya pemimpin majalah itu, Hugh Hefner, pada bulan September lalu.
Playboy Enterprises Inc. dikatakan tengah mempertimbangkan untuk "menyingkirkan" majalah yang terkenal dengan foto wanita telanjangnya itu dan akan bergerak ke segala lini merek Playboy daripada hanya sekedar berkutat di media cetak.
Menurut Wall Street Journal (WSJ), Ben Kohn, managing partner di Rizvi yang merupakan CEO Playboy Enterprises, ingin mengalihkan penekanan perusahaan ke kemitraan merek dan penawaran lisensi.
"Kami ingin fokus pada apa yang kami sebut 'World of Playboy' yang jauh lebih besar daripada publikasi cetak lawas yang kecil. Kami berencana untuk menghabiskan 2018 mentransisikannya dari bisnis media ke perusahaan manajemen merek," terang Kohn seperti dikutip dari Independent, Kamis (4/1/2018).
Merosotnya penjualan majalah Playboy di Amerika Serikat (AS) menjadi kurang dari 500 ribu menjadi sebuah masalah. Angka itu adalah sebuah penurunan tajam sejak puncaknya yang mencapai 5,6 juta pada tahun 1975. Ini adalah sebuah gejala kesulitan dalam lanskap majalah cetak yang semakin sulit.
Majalah cetak Playboy, yang sekarang menerbitkan enam isu setahun, telah kehilangan USD7 juta per tahun dalam beberapa tahun terakhir, menurut WSJ.
"Secara historis, kita bisa membenarkan kerugian karena nilai pemasaran, tapi Anda juga harus berpikir ke depan. Saya tidak yakin bahwa cetak merupakan cara terbaik untuk berkomunikasi dengan konsumen kita," tutur Kohn.
Kematian Hefner disebut telah mendorong sebuah proses yang akan memindahkan kepemilikan perusahaan dari keluarganya ke pemegang saham terbesar Rizvi Traverse.
Rizvi Traverse yang membantu Hugh Hefner menguasai Playboy secara pribadi di tahun 2011 dan menguasai hampir dua pertiga perusahaan. Ritzi Traverse, perusahaan ekuitas swasta, dikatakan ingin memusatkan upaya pada merek Playboy dan logo kelinci yang diakui secara global.
Menurut WSJ yang berbicara dengan orang yang tidak disebutkan namanya mengetahui apa yang sedang terjadi, firma ekuitas swasta sekarang sedang melakukan diskusi untuk mendapatkan 35 persen saham Hefner yang dipercayainya kepada ahli warisnya.
Sumber tersebut mengatakan kepada mereka bahwa Playboy ingin mengumpulkan dana sebesar USD25 juta sampai USD100 juta awal tahun ini untuk membantu membeli kembali saham dan mendanai kesepakatan kemitraan di masa depan.
Playboy, salah satu merek paling terkenal di dunia, tidak hanya terkenal dengan model telanjang dan semi telanjang, namun juga menerbitkan fiksi dan non-fiksi dari penulis seperti Ray Bradbury dan Margaret Atwood selama puncaknya.
Majalah ini telah menerbitkan ribuan esai kritis, wawancara, cerita pendek dan fitur yang mencakup sejumlah besar topik termasuk agama, masalah ras, jenis kelamin dan seksualitas. Hefner sendiri pernah memberi tahu sekelompok mantan teman bermainnya: "Tanpa Anda, saya akan menjadi penerbit sebuah majalah sastra."
Majalah tersebut, yang didirikan di Chicago, berhenti menerbitkan gambar telanjang wanita pada tahun 2016 namun membawa mereka kembali pada tahun 2017.
Sebuah keputusan akhir belum dibuat tentang masa depan majalah cetak ini, tapi badai gelap berpotensi menggantung di masa depannya. (K Basysyar A)
-
Ganjar Sebut Banyak BUMN Karya Bangkrut, Erick Thohir: Eranya Pemilu, Saya Terima Masukan dan Kritik Saya sebagai menteri profesional ya harus menerima daripada masukan, kritik, ataupun saran
-
Gencar Dukung Palestina, Mia Khalifa Dipecat Playboy! Playboy memutuskan kontrak kerja dengan model majalah dewasa Mia Khalifa
-
Gagal Bayar Utang 5 Ribu Triliun, Raksasa Properti China, Evergrande Bangkrut! Gagal bayar utang yang melilit Evergrande ini terjadi sejak 2021 lalu.
-
Kasus Covid-19 Melonjak Lagi, Pengusaha Ritel Kembali Ketar-ketir, Omzet Anjlok Bakal Ada yang Gulung Tikar Lagi Tingginya angka penderita ditambah dengan munculnya varian baru COVID-19, memaksa pemeritah menerapkan lockdown lokal. Dampaknya sangat dirasakan pengusaha ritel dan mal.