
MERDEKANEWS - H&M dikabarkan sedang mengalami kerugian di pertengahan tahun 2020. Ritel fesyen terbesar kedua di dunia rugi untuk pertamanya dalam beberapa dekade.
Kerugian diakibatkan imbas dari Corona. Mengutip Reuters, Jakarta, Jumat (26/6/2020), H&M pada bulan April memperkirakan akan mengalami kerugian pada kuartal II-2020.
Oleh sebab itu, H&M akan melakukan pemotongan harga untuk menekan margin dan dampak penurunan yang lebih lanjut.
H&M melaporkan, kerugian sebelum pajak sebesar 6,5 miliar poundsterling atau sekira USD695 juta setara Rp9,9 triliun (Kurs Rp14.200 per USD) terhadap laba tahun sebelumnya yang sebesar 5,9 miliar poundsterling. Namun, para analis memperkirakan, kerugian mencapai 6,4 miliar poundsterling.
Saham H&M telah turun 3% pada perdagangan tengah hari. Hal ini membuat saham tersebut telah turun 26% selama 2020.
Sejauh ini di Juni, Penjualan H&M turun 25%. Awal bulan ini, perusahaan melaporkan penurunan penjualan hingga 50% di kuartal II-2020.
Chief Executive Helena Helmersson memperkirakan penurunan lebih dalam lagi akan terjadi di kuartal III-2020. Tetapi, penjualan mungkin akan mulai pulih.
"Laju pemulihan kami sangat bervariasi di pasar, hal ini dikarenakan pembatasan lokal berbeda-beda, tetapi sejauh ini lebih baik dari yang diharapkan," ujarnya. (Khairy/MN/RN)
-
ESDM: Tahun Ini, Produksi Freeport Jeblok Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian ESDM, Bambang Gatot Ariyono, menegaskan bahwa penerimaan PT Freeport Indonesia (PTFI) turun pada 2019. Artinya, jangan berharap untung tahun ini.
-
Ekonomi Syariah RI Kalah Jauh dengan Thailand dan Aussie, Bos BI Bisanya Hanya Prihatin Penduduk muslim di Indonesia terbesar di dunia. Tapi sayang, ekonomi syariahnya terbelakang. Kalah jauh ketimbang Thailand atau Australia.
-
Mencicipi Produk Unggulan Paradiso Bondowoso Paradiso Bondowoso. Kata paradiso yang berarti surga, menjadi gambaran yang tepat bagi kalian yang ingin mencicipi hasil produk unggulan Bondowoso.
-
Bisnis Elektronik tak Terpengaruh Landainya Daya Beli Meski daya belum pulih benar, bisnis produk elektronik ternyata tak sepi pembeli. Hal ini dibuktikan PT Electronic City Indonesia.