merdekanews.co
Jumat, 25 Oktober 2019 - 09:45 WIB

Komnas HAM Panggil Tokoh GAM, Calon KaBIN Suhendra Langsung Sambangi Aceh

Setyaki Purnomo - merdekanews.co
Calon Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Suhendra Hadikuntono (Batik) Berbincang dengan Wali Nanggroe Aceh, Tengku Malik Mahmud (Putih) ,

Jakarta, MERDEKANEWS - Bertepatan dengan peringatan Hari Santri yang jatuh pada 22 Oktober, calon Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) dari unsur profesional, Suhendra Hadikuntono, menyambangi Aceh. Ada apa?

Tokoh pertama yang ditemui Suhendra bersama  rombongan adalah Wali Nanggroe Aceh, Tengku Malik Mahmud, dan diterima di Meuligo Wali Nanggroe, Aceh Besar. "Selain menghadiri hari santri, silaturahmi Aceh ini juga membahas soal situasi di Aceh pasca-pemanggilan mantan Panglima GAM Muzakir Manaf oleh Komnas HAM," ujar Suhendra di sela-sela pertemuan dengan Malik Mahmud, dalam rilis, Kamis (24/10/2019).

Selain Suhendra, rombongan terdiri atas Marsekal Muda TNI (Purn) Gutomo, pegiat media sosial Rudi S Kamri, Karyudi Sutajah Putra dan R Wuryanto."Saya merasa perlu menyampaikan bahwa ide pemanggilan tersebut bukan agenda pemerintah, atau Bapak Presiden Jokowi. Karena beliau (Jokowi) sangat menjunjung tinggi kesepakatan Helsinki, 15 Agustus 2005 antara Pemerintah RI dan GAM," jelas Suhendra.

"Setelah menerima telepon tentang situasi terkini di Aceh, saya langsung turun. Kita tidak ingin Aceh kembali bergejolak," lanjut Suhendra.

Seperti diketahui, Suhendra adalah satu-satunya tokoh yang merespons cepat pemanggilan mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Muzakir Manaf oleh Komnas HAM, belum lama ini. Dia menilai, pemanggilan itu akan membuka luka lama. Ibarat kata membangunkan macan tidur.

Gara-gara pemanggilan itu, situasi di Aceh memang sempat tegang. Bahkan, menurut kesaksian seorang warga Aceh bernama Jaka Rasyid, para mantan kombatan GAM, siap kembali mengangkat senjata. Dengan adanya statemen dari Suhendra, situasi di Aceh kembali tenang. Hal ini diakui Tengku Malik Mahmud, sehingga Wali Nanggroe Aceh itu menyampaikan apresiasi dan mengundang Suhendra ke Aceh.

Dalam pertemuan yang berlangsung empat jam, Suhendra dan rombongan banyak menerima masukan dari Malik Mahmud. Intinya, Malik Mahmud sependapat dengan Suhendra, bahwa semua pihak hendaknya tidak lagi mengungkit luka lama Aceh yang sudah terkubur sejak Perjanjian Helsinki, 15 Agustus 2005. "Mari menatap masa depan, jangan ungkit luka lama," ujar Malik Mahmud didampingi Suhendra.
    
    
    

  (Setyaki Purnomo)