merdekanews.co
Rabu, 13 Februari 2019 - 05:36 WIB

Oleh: Joko Intarto Jagaters

Nasib Media di Simpang Jalan

*** - merdekanews.co

Bahagianya bisa bertemu Pak Junaini. Sahabat saya. Pengusaha media di Pontianak. Yang tangguh dan tabah. Yang dulu membesarkan koran harian ‘’Pontianak Pos’’. Sejak masih bernama ‘’Akcaya’’.

Sejak pensiun dini dari ‘’Jawa Pos’’ tahun 2010, saya tidak pernah bertemu lagi dengan Pak Jun, panggilannya sehari-hari. Memang masih sering berkomunikasi melalui ‘’Facebook’’. Tetapi sudah hampir dua tahun terakhir, Pak Junaini tidak aktif lagi di media sosial itu. 

Walau tak pernah bertemu, hubungan saya dengan Pak Jun tetap dekat. Sudah setahun ini saya menjadi redaktur tamu koran harian ‘’Rakyat Kalbar’’. Koran utama di Pontianak. Yang dulu dibidani Pak Jun dengan nama ‘’Equator’’. 
Saya masih aktif menulis di media itu. Versi cetak maupun versi online. Seminggu sekali. Melalui rubrik khusus ‘’Terobosan’’. Setiap Senin.

Pertemuan dengan Pak Jun sebenarnya tidak saya duga-duga. Saya tahu, Pak Jun sudah menyerahkan bisnis medianya kepada generasi kedua: anak-anaknya. Keberangkatan saya ke Pontianak untuk meluncurkan buku karya Pak Dahlan Iskan pun berurusan dengan anak-anaknya. 

Eh, ujug-ujug Pak Jun menyambut saya di lobi hotel Aston. Tempat saya menginap selama di Pontianak. Mimpi apa saya semalam. Bisa ketemu Pak Jun. ‘’Taruh dulu tasnya di kamar. Setelah itu kita pergi cari makan,’’ katanya.

Sambil makan kepiting saus Padang di restoran Pondok Nelayan, kami ngobrol panjang-lebar dengan Pak Jun dan anak-anaknya: Iqbal dan Qadhafi. Tentang masa depan bisnis media cetak. Di tengah gempuran media digital. Yang kian massif.

Media cetak, kata Pak Jun, masih punya masa depan. Saya setuju pendapat itu. Tapi media cetak yang masih punya masa depan bukanlah media cetak seperti yang saat ini dikelola: koran harian. Yang isinya berita. Mana bisa koran cetak mengalahkan media online? Yang bisa memberitakan semua peristiwa secepat kilat itu?

Media cetak harus diterjemahkan dalam pengertian yang lebih luas lagi: media untuk mencetak informasi. Bukan hanya informasi berita atau peristiwa. Tetapi berbagai informasi lainnya. 

Media cetak dan media online sebenarnya hanyalah kanal. Saluran. Untuk menyebarkan informasi. Dulu ditulis. Lalu dicetak. Diedarkan melalui jaringan distribusi seperti agen dan loper. Sekarang ditulis. Tidak perlu dicetak. Didistribusikan melalui jaringan server.

Koran harian adalah platform untuk menampilkan informasi berita peristiwa dengan medium kertas. Begitu pun news portal: platform untuk menampilkan informasi berita peristiwa dengan medium website.

Platform koran harian inilah yang sekarang tergerus platform news portal. Terutama sejak masyarakat mulai menggunakan handphone. Yang telah mengubah gaya hidupnya. Termasuk dalam memperoleh informasi berita peristiwa.

Hari-hari ini, perusahaan penerbitan dihadapkan pada dua masalah besar. Pertama, bisnis media cetak seperti koran harian mengalami penurunan. Pelan tapi pasti. Kedua, bisnis media online belum cukup menjanjikan. Walau tren konsumennya terus meningkat.

‘’Bisnis apa yang Anda jalankan sekarang?’’ Tanya Pak Jun.

Pertanyaan itu tampaknya sederhana. Tetapi sangat sulit menjawabnya. ‘’Saya tidak punya media cetak maupun online. Karena itu saya pilih model bisnis seperti Gojek,’’ jawab saya.

Model bisnis saya memang mirip Gojek. Membantu semua orang mengantarkan pesan kepada siapa pun. Jualan jasa. 

Ada yang ingin menyampaikan pesan dalam bentuk tulisan. Saya buatkan naskahnya. Ada yang ingin menyampaikan pesan dalam bentuk video. Saya buatkan video. Ada yang ingin menyampaikan pesan dalam bentuk video siaran langsung. Saya buatkan siaran langsungnya. Ada yang ingin menyampaikan pesan dalam bentuk live video conference. Saya buatkan juga.

Ada yang maunya menggunakan platform buku. Saya tuliskan bukunya. Ada yang maunya menggunakan platform majalah. Saya buatkan majalahnya. Ada yang maunya menggunakan platform live TV. Saya wujudkan keinginannya. Ada yang maunya menggunakan platform live interaktif. Saya turuti.

Pokoknya seperti Gojek. Penumpang minta diantar ke mana saja. Harus diiyakan. Sepanjang pekerjaannya adalah mengantarkan, Gojek punya kompetensi. 
Kompetensi. Itulah kata kuncinya. 

Diskusi itu sebenarnya sedang hot-hot-nya. Sayangnya perut saya kekenyangan. Kebanyakan makan kepiting. 

Kami berencana melanjutkan diskusi. Bersama sejumlah awak redaksi ‘’Rakyat Kalbar’’. Rabu sore ini. Seusai ujicoba webinar dengan 95 orang yang sudah mendaftar. Sebagai pengunjung launching buku baru Pak Dahlan Iskan, Kamis, 14 Februari 2019, pukul 13:00 Wita. (***)






  • MATI MUDA  MATI MUDA Pameran offline tidak mungkin diselenggarakan. Paling tidak hingga akhir tahun ini.


  • BELANTIK ONLINE BELANTIK ONLINE -------- Hari raya Kurban tinggal beberapa minggu lagi. Bagaimana cara membeli hewan qurban dengan tetap #di_rumah_aja agar mengurangi risiko pandemi Covid-19? --------


  • MENEBAR ARTIKEL, MENUAI ORDER MENEBAR ARTIKEL, MENUAI ORDER Saya baru siap-siap mengisi pelatihan news photography saat Pak Yono dari Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) Bank Indonesia menelepon, Sabtu pagi (27/4).


  • JUARA DUNIA JUARA DUNIA Seorang netizen bernama Fianisa Tiara Pradani mengunggah foto bungkus plastik mi intan yang sudah berusia 19 tahun melalui akun Twitter.


  • Dompet Syariah Dompet Syariah Bermimpi punya dompet syariah boleh-boleh saja. Tapi dari mana memulainya? Semua ada prosesnya. Tidak bisa buru-buru. Apalagi dengan cara bypass.