merdekanews.co
Rabu, 05 September 2018 - 06:47 WIB

Hampir 15 Ribu

Dolar Ngamuk, Cicilan Rumah Bakal Naik

Ira Safitri - merdekanews.co

Jakarta, MERDEKANEWS - Ambruknya nilai tukar rupiah yang melemah ke level Rp14.840 bakal berdampak ke mana-mana. Bukan hanya harga elektronik yang melejit tapi cicilan rumah KPR juga bakal naik.

Diketahui, Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo Rate. Dengan naiknya suku bunga acuan, pihak perbankan pun mengaku akan meresponsnya dengan menaikkan suku bunga kredit hingga KPR.

Hal itu diungkapkan oleh Executive Vice President Non Subsidized Mortgage and Consumer Lending Division PT Bank Tabungan Negara Tbk, Suryanti Agustinar.

"Ya, pasti lah kalau BI Rate naik, ya pasti mau enggak mau (suku bunga kredit naik). Apalagi, kurs dolar mau tembus Rp15 ribu per dolar AS," kata Suryanti ditemui di Hotel Ambhara, Jakarta, Selasa 4 September 2018.

Dari industri perbankan, ia melanjutkan, suku bunga dipastikan naik jika cost of fund atau biaya dana perbankan juga naik.

Namun, untuk kenaikan suku bunga KPR BTN sendiri, ia mengatakan, masih menunggu waktu.

"Saya sih, memprediksi bunga akan naik, otomatis kalau bunga cost of fund dana bank naik. kan mau enggak mau naik. Sudah pasti naik, tetapi tinggal tunggu waktunya," ujarnya.

Meskipun demikian, ia mengatakan, pihaknya akan berhati-hati menaikkan suku bunga. Sebab, daya beli masyarakat dikhawatirkan dapat menurun.

"Tapi kita tidak ingin langsung naik, kita khawatir daya beli turun dan berimbas ke NPL (kredit macet). Jadi, kita juga hati-hati dari perbankan ke bunga dana, Tapi pasti, kita enggak mau juga NIM (Net Interest Margin) tergerus, maka kita akan naikkan bunga kredit," ujarnya.

Ia melanjutkan, dengan pertimbangan tertentu, kenaikan suku bunga acuan akan berimbas kepada kenaikan suku bunga kredit. "Memang, saat ini kalau bunga kredit belum tinggi banget, ambil segera kredit rumah. Karena, bunga rendah belum tentu ada tahun depan. Makannya, ambil cepetan bunga KPR murah," ujarnya.

Dolar Ngamuk

Ambruknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang menyentuh level Rp14.900 membuat pusing tujuh keliling. Kondisi tersebut jauh di bawah asumsi pemerintah dalam APBN 2018 dan RAPBN 2019.

Di APBN 2018, asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di level Rp 13.400, sedangkan di RAPBN 2019 nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di level Rp 13.700-Rp 14.000.

Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani penetapan asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS belum dalam kondisi tekanan krisis ekonomi di beberapa negara saat ini. Usai penetapan, ternyata terjadi gejolak ekonomi global seperti perang dagang AS dan China hingga krisis ekonomi Turki dan Argentina.

Sri Mulyani menyebut gejolak ekonomi global tersebut sebagai perfect storm.

"Kurs saya sampaikan waktu kita bahas dengan dewan sampai bulan sebelum Juli kita ketok range waktu itu Rp 13.800-Rp 14.000, semua anggota dewan setuju kami terima, BI angguk (setuju)," ujar Sri Mulyani di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (4/9/2018).

"Buat kita ini merupakan kejutan. Maka sentimen itu ditambah global environment Argentina masuk IMF, Turki juga seperti itu, termasuk perfect storm," terang Sri Mulyani.

Sri Mulyani menambahkan pada saat penetapan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak ada yang memprediksi gejolak ekonomi global semakin besar. Awalnya antisipasi hanya perang dagang dan kenaikan suku bunga The Fed.

"Kita semua di sini bicara dengan data yang sama dan kita lihat kemarin pertama trigger Juli growth impor kita melonjak tinggi dan makannya muncul trade account kita negative, current account kita negative," tutur Sri Mulyani. (Ira Safitri)