merdekanews.co
Minggu, 24 Juni 2018 - 07:28 WIB

Pencarian Ratusan Penumpang Kapal

Ritual Gondang Batak dan Tanaman Ganggang di Danau Toba

Ira Safitri - merdekanews.co
KM Sinar Bangun sebelum tenggelam di Danau Toba.

Jakarta, MERDEKANEWS - Hingga kini ratusan penumpang kapal motor (KM) Sinar Bangun belum bisa ditemukan. Tim SAR gabungan yang melakukan penyisiran terus bergerak.

Warga sekitar mengaku sulitnya penumpang ditemukan di Danau Toba, Sumatera Utara lantaran ada tanaman ganggang.

Hal ini dibenarkan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) memperkirakan mayat-mayat penumpang kapal motor (KM) Sinar Bangun tidak terlihat mengapung ke permukaan Danau Toba akibat terlilit atau terhalang tanaman sejenis ganggang.

Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengaku memperoleh informasi dari penduduk setempat bahwa ada tanaman sejenis ganggang atau rumput laut yang berdiri tegak lurus dari dasar danau.

Tanaman ini, kata dia, berdiri tegak menuju permukaan karena mencari sinar matahari. "Ganggang ini setinggi 40-60 meter dari dasar danau. Jadi kalau ada penumpang meninggal dan seharusnya mengapung tetapi tak bisa karena terhalang ganggang dan dia terllilit," katanya dikutip dari ROL, Jumat (22/6) malam.

Ucapan masyarakat tersebut bukan isapan jempol belaka. Soenarjo pernah membuktikan sendiri keberadaan ganggang ini. Ia menceritakan saat tengah mencari dan menyisir helikopter yang juga tenggelam di danau ini, pihaknya sempat kesulitan dengan keberadaan ganggang tersebut.

Helikopter itu juga tak terlihat dari permukaan air danau. Kemudian KNKT menarik helikopter ini menggunakan semacam jangkar dan ditarik menggunakan kapal boat ternyata ada tanaman itu yang terbawa dengan panjang sekitar 70 meter. "Ada yang batangnya sebesar jempol, kelingking," katanya.

Belum lagi kendala luasnya danau. Ia menyebut luas Danau Toba jika diukur jarak ibarat satu mobil melakukan perjalanan darat mengelilingi tempat ini dan kembali ke tempat yang sama membutuhkan waktu sekitar 14 jam.

Disinggung mengenai mengangkat semua ganggang ini untuk mempermudah penemuan mayat dan bangkai kapal, ia menyebut mustahil.

Menurutnya tanaman ini ada di banyak sudut Danau Toba. Mengenai kemungkinan menyelam dan mencari mayat penumpang atau bangkai kapal, ia juga pesimistis.

"Karena mayat ada di dasar danau yang kedalamannya sekitar 800 meter. Jadi tidak mungkin orang bisa menyelam dan mencari karena batas kedalaman orang bisa menyelam sampai 30 meter saja," katanya.

Jadi, ia pesimistis mayat yang terletak di dasar danau bisa ditemukan. Pun demikian dengan bangkai kapal. Ia menganalogikan danau ini seperti hutan dan tanaman tersebut seperti pohon setinggi 60 meter.

"Begitu truk kalau jatuh ke hutan itu kalau dilihat dari atas kan hilang, tidak bisa terlihat. Cuma ini di dalam air," ujarnya.

Kendati demikian, pihaknya tetap berupaya menemukan bangkai KM ini dengan menyisirnya. Untuk mempermudah, pihaknya telah menerjunkan alat-alat bantuan dari Angkatan Laut (AL) hingga Badan SAR Nasional untuk survei underwater seperti scansonner, multipin AL.

"Selain itu, kami juga wawancara penumpang selamat, saksi, mengolah data awal, dan akan menganalisa di Jakarta. Jadi analisanya lebih akurat," katanya.

Ritual Gondang Batak

Belum ditemukannya ratusan penumpang membuat keluarga korban cemas. Ratusan keluarga korban hilang menggelar acara adat di perairan Danau Toba menggunakan "gondang batak" untuk mencari penumpang hilang akibat tenggelamnya KM Sinar Bangun, Tiga Ras, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.

Di Posko Utama Pelabuhan Tigaras, Kabupaten Simalungun pada 23 Juni 2018, acara adat tersebut, menggunakan gondang batak dari warga masyarakat Damanik dan juga menghadirkan sejumlah penari tor -tor tradisional.

Selain itu, juga tampak hadir paranormal atau biasa dikenal dengan sebutan sebagai "orang pintar" yang akan memanjatkan doa di lokasi tenggelamnya kapal kayu tersebut.

Orang pintar (dukun) tersebut, juga memberikan berupa sesajen (beras, telur, dan perlengkapan lainnya) di tempat karamnya kapal kayu di perairan Danau Toba.

Melalui acara adat yang cukup sakral itu, dan diharapkan para penumpang KM Sinar Bangun yang hilang dapat kiranya ditemukan.

Para penari adat tersebut, berangkat dari Pelabuhan Tigaras menuju lokasi kejadian dengan menumpang kapal kayu milik "Patra Jaya,".

Acara memohon bantuan pencarian penumpang hilang kepada para penghuni alam goib di Danau Toba itu, ditonton oleh ratusan keluarga penumpang hilang dari pinggiran Pelabuhan Tigaras dengan harap-harap cemas.

Keluarga penumpang berharap agar pencarian penumpang yang hilang itu dapat ditemukan, karena mereka sudah cukup lelah dan menunggu terlalu lama.

Sebelumnya, Kapal kayu KM Sinar Bangun mengangkut ratusan penumpang, diperkirakan tenggelam sekitar satu mil dari dermaga Pelabuhan Tigaras, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Senin (18/6) sekitar pukul 17.30 WIB.

KM Sinar Bangun mengalami musibah akibat pengaruh cuaca buruk berupa angin kencang dan ombak cukup besar.

Hingga kini, tercatat baru 19 orang penumpang KM Sinar Bangun ditemukan selamat dan tiga orang meninggal dunia, yakni Tri Suci Wulandari, Aceh Tamiang, Fahrianti (47) warga Jalan Bendahara Kelurahan Pujidadi Kecamatan Binjai Selatan Kota Binjai, dan Indah Yunita Saragih (22) warga P.Sidamanik. (Ira Safitri)