merdekanews.co
Minggu, 22 Oktober 2017 - 15:16 WIB

LPG Subsidi Langka di Bandarlampung, Menteri Jonan Kemana?

setyaki purnomo - merdekanews.co
Menteri ESDM Ignatius Jonan

Bandarlampung, MerdekaNews - Sejumlah warga di Kota Bandarlampung kesulitan mendapatkan bahan bakar untuk memasak berupa elpiji (LPG) bersubsidi atau tiga kilogram.

"Saya mencari ke beberapa warung penjual, kosong. Biasaya di setiap warung penjual tersedia. Katanya sudah beberapa hari tidak mendapat pasokan," kata M Yusuf, warga Labuhanratu Raya, Kecamatan Labuhanratu, Kota Bandarlampung, Lampung, Minggu (22/10/2017).

Yusuf menjelaskan, beberapa pemilik warung yang menjual LPG tersebut mengaku sudah beberapa hari tidak mendapatkan pasokan sehingga terjadi kekosongan.  "Seorang pemilik warung pun untuk memenuhi kebutuhan elpijinya harus membeli ke tempat lain, yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya," kata dia.

Yusuf mengatakan, di salah satu warung yang letakknya di tengah permukiman warga itu harganya masih Rp20 ribu per tabung. "Itu pun katanya tinggal satu, dan sudah beberapa hari belum ada pengiriman," katanya.

Warga lainnya, Rani terpaksa meminta tukang ojek untuk mencarikan elpiji. Lantaran, warung dekat rumahnya telah kehabisa stok. "Biaya jadi membengkak dua kali lipat karena untuk membayar pengojek juga," kata dia.

Harga elpiji yang dibeli pun mengalami kenaikan dari biasanya Rp20 ribu kini menjadi Rp22.500 per tabung. "Karena kebutuhan dasar ya tetap dibeli menjadi Rp32.500 dengan ongkos pengojeknya Rp10 ribu," kata dia.

Karena itu, warga mengharapkan pemerintah segera memperbaiki distribusi elpiji khususnya yang digunakan oleh kaum menengan ke bawah yakni dalam tabung ukuran tiga kilogram.

"Saya masih melihat beberapa pemilik warung makan yang cukup ramai pun menggunakan elpiji tiga kilo. Ini yang perlu diatur," kata Ny Rani yang tinggal di rumah bedeng kontrakan.

Sementara itu, warga menanti distribusi gas yang sedang dilakukan Kementerian ESDM segera terealisasi dan mencakup semua lokasi. "Kami sangat menanti itu, tetapi informasi yang saya peroleh di Labuhanratu belum masuk, hal itu diperkuat dengan tidak adanya penggalian untuk memasang pipa gasnya," kata Oki, warga Labuhanratu Raya.

"Padahal kalau kampung kami mendapatkan itu, kan tidak kesulitan seperti ini untuk mendapatkan gas. Karena gas tersalur ke rumah seperti listrik dan air PAM," kata Oki.

Oki menyesalkan mengapa daerahnya tidak segera mendapatkan jaringan gas seperti yang dijanjikan Kementerian ESDM. Bagaimana ini Pak Jonan?

  (setyaki purnomo)