merdekanews.co
Minggu, 20 Mei 2018 - 08:13 WIB

Polemik 200 Penceramah Versi Kementerian Agama

Sam Hamdan - merdekanews.co

Jakarta, MerdekaNews - Rilis dari Kementerian Agama (Kemenag) soal 200 penceramah menjadi polemik. Banyak pihak mempertanyakan soal nama-nama penceramah atau mubalig versi Kemenag.

Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan mempertanyakan daftar 200 nama penceramah. "Ini harus dijelaskan, apalagi Kemenag tidak mengumumkan secara terbuka," tegasnya kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (19/5).

Wakil Ketua Umum MUI Zainut Tauhid berharap tidak ada polemik dalam daftar 200 penceramah.

"Nama-nama tersebut sebagaimana yg disampaikan oleh Menag belum final jadi masih bisa berkembang dan bertambah. Rekomendasi dari kemenag tersebut menurut hemat kami bukan menjadi sebuah keharusan yang harus diikuti, tetapi hanya sebuah pertimbangan yang sifatnya tidak mengikat," jelas Zainut.

Sementara nama Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak masuk daftar 200 nama penceramah atau mubalig yang direkomendasikan Kementerian Agama (Kemenag). Namun

Dahnil menilai ulama lainnya, seperti Ustaz Abdul Somad, lebih pantas masuk daftar itu. Pernyataan tersebut disampaikan Dahnil lewat akun Twiter, Sabtu (19/5/2018).

Dia merasa tidak pantas ada di daftar nama penceramah tersebut. "Ustaz berilmu tinggi dan berakhlak baik seperti Abdul Somad, Adi Hidayat dan banyak Ustaz-ustaz lain yang tinggi komitmen kebangsaannya pantas didengar oleh umat. Jadi, tidak perlu menghidangkan selera satu kelompok kepada kelompok lain. Kemenag penting mendengar semua pihak," tulis Dahnil.

Dahnil mengatakan Kemenag harus mendengar semua pihak terkait daftar nama penceramah yang direkomendasikan ini. Dia sendiri merasa tidak pantas ada dalam daftar tersebut.

"UAS, Adi Hidayat dan ustaz yang berilmu tinggi lainnya pantas didengar oleh umat, justru terus terang saya merasa tidak pantas ada di list tersebut, karena banyak sekali yang harus saya pelajari, dan saya bukan ahli agama seperti UAS dan Adi Hidayat serta Ustaz baik lain yang ada di list Kemenag tersebut," katanya.

Nama Ustaz Abdul Somad atau UAS memang tidak ada dalam daftar 200 nama penceramah yang direkomendasikan Kemenag. Nama Dahnil Anzar Simanjuntak sendiri ada di urutan ke-59.

Sementara Kemenag menegaskan daftar ini akan terus diperbarui. "Itu rilis awal, kami update berikutnya," kata Dirjen Bimas Islam Muhammadiyah Amin saat dimintai konfirmasi detikcom, Sabtu (19/5/2018).

Amin menjelaskan daftar ini dibuat guna melayani masyarakat terkait daftar mubalig atau penceramah. Kemenag mendapat banyak pertanyaan dari masyarakat tentang rekomendasi mubalig. Pertanyaan-pertanyaan itu semakin banyak sehingga Kemenag mengeluarkan rekomendasi tersebut.

"Bisa (diperbarui berkala) itu sesuai perkembangan. Tentu juga tidak terlepas dari usulan dan rekomendasi dari organisasi kemasyarakatan/lembaga," tutur Amin.

Ada kriteria yang harus dipenuhi untuk masuk daftar 200 nama mubalig rekomendasi Kemenag. Kriteria itu antara lain mempunyai kompetensi keilmuan agama yang mumpuni, reputasi yang baik, dan berkomitmen kebangsaan yang tinggi.

 

Hanya Rekomendasi

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menegaskan daftar 200 nama penceramah (mubalig) masjid yang dikeluarkan Kementerian Agama (Kemenag) hanya bersifat rekomendasi. Langkah tersebut bukan untuk membatasi mubalig yang dipandang berbeda langkah dengan pemerintah.

"Itu kan rekomendasi semua, hanya bukan berarti kalau bukan 200 itu (misalnya) salat Jumat anda tidak sah, bukan. Hanya merekomendasikan bahwa ini katakanlah wasathiyah moderat," ujar JK di sela kunjungannya ke Istanbul, Turki, Sabtu (19/5/2018).

Sertifikasi kepada mubalig, kata JK, juga ada di negara-negara Islam lainnya seperti Mesir, Tunisia, Aljazair, dan Arab Saudi. JK mengungkapkan seorang dai di Arab Saudi harus memiliki sertifikat jika hendak menyampaikan ceramah di Masjid.

"Jadi kayak ada SIM-nya. Ini saya kira untuk awal sekali. 200 itu tidak berarti hanya itu, katakanlah baru 200 sekian dapat SIM, tidak berarti stop (mubalig lainnya tidak bisa)," katanya.

JK pun akan mengecek langsung ke Kemenag untuk mengetahui detail proses sertifikasi mubalig tersebut. Terutama yang hendak diketahui JK adalah kriterianya.

"Karena kita butuh (mubalig), di Indonesia ada 800.000 masjid dan musala. Katakanlah masjidnya 300.000. 300.000 masjid itu yang dipakai (salat) Jumat, kalau musala tidak dipakai untuk Jumat, hanya 5 waktu saja," ucapnya.

"Nah setidak-tidaknya kita butuh artinya 300.000 dai, khatib. Ini tidak (cukup) kalau 200. Karena sarana masjid itu 300.000, bagaimana? Ini (sertifikasi) di awal sekali," imbuhnya.

JK juga mengungkapkan Dewan Masjid Indonesia (DMI) sendiri telah memiliki aplikasi di ponsel pintar yang memberi tahu siapa yang bertugas sebagai penceramah di suatu masjid.

"Kalau anda lihat di aplikasi Dewan Masjid, cari aja gampang dia didapat, di situ sudah ada, di mana masjid, dan ustaz siapa sekelilingnya kita rekomendasikan. Di Jakarta berapa ratus ribu yang kita rekomendasikan bahwa ustad ini kelebihannya ini dan pemahamannya begini," tuturnya.

"Ini kita Dewan Masjid sudah rekomendasikan. Alamatnya di mana, teleponnya di mana, ada semua," ungkapnya. (Sam Hamdan)