merdekanews.co
Sabtu, 28 April 2018 - 22:12 WIB

BIN Sebut Ada 3 Kampus Diduga Jadi Basis Radikalisme

MUH - merdekanews.co
Budi Gunawan

Semarang, MERDEKANEWS -Badan Intelijen Indonesia (BIN)  tengah memantau pergerakan tiga perguruan tinggi, di Indonesia yang berpotensi menjadi basis penyebaran paham radikal. 

Hal itu dikatakan, Kepala BIN Budi Gunawan saat menjadi pembicara dalam Kongres IV BEM PTNU se-Nusantara di kampus Unwahas Semarang, sabtu (28/4/2018).

Namun sayangnya, jenderal polisi bintang tiga itu menolak menyebutkan ketiga Universitas itu.

"Yang jelas, ada 3 perguruan tinggi yang jadi perhatian kami," katanya.

Mahasiswa, lanjut BG, memang sering dijadikan target penyebaran paham radikal oleh pelaku-pelaku terorisme. Mereka (mahasiswa) di cuci otak kemudian dicekoki pemahaman-pemahaman teroris.

Menurutnya, ancaman masuknya ideologi asing dapat menggoyahkan ketahanan ideologi nasional, dan berdampak pada kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. 

"Kampus jadi lingkungan menjanjikan bagi pengusung paham radikal dan menjadikan mahasiswa sebagai target brain wash dengan manfaatkan kepolosoan mahasiswa," terangnya.

Salah satu mahasiswa yang terjebak paham radikalisme itu dan menjadi teroris yaitu Bahrun Naim. 

BG menjelaskan, Bahrun Naim mulai melibatkan diri dengan paham radikal ketika menjadi mahasiswa, di Surakarta atau Solo dan sekitarnya.

"Pemuda ini melibatkan diri dengan radikalisme sejak kuliah. Kondisi ini tentu menegaskan kampus menjadi target kelompok radikal untuk ekspansi ide, ideologi, brain wash," tuturnya.

Karena itu, ia berharap para mahasiswa harus mampu mencegah pemahaman radikal dengan penguatan paham Pancasila, agar tidak mampu mempengaruhi mereka. Mahasiswa harus paham mana yang baik dan buruk.

" BEM PTNU juga perlu berperan secara aktif dalam memerangi berita-berita hoax dan ujaran kebencian yang sangat berpotensi menimbulkan konflik untuk memecah belah bangsa. Saya harap, teman-teman mahasiswa mampu pilahkan mana baik dan buruk ," katanya.

Untuk menangkal paham radikalisme tumbuh dan berkembang di Indonesia, diperlukan strategi nasional untuk memantapkan Pancasila sebagai way of life bangsa. 

Fokus utama dalam strategi nasional pembinaan ideologi Pancasila diarahkan pada upaya secara optimal dan komprehensif dalam internalisasi nilai-nilai Pancasila kepada seluruh masyarakat.

"Serta upaya defensif untuk proteksi ideologi Pancasila dari serbuan ideologi asing dan pihak-pihak yang ingin mengganti ideologi Pancasila,” kata Budi. 

BEM PTNU katanya, harus terus meningkatkan kompetensi melalui penguasaan IPTEK (teknologi finansial, informasi, dll), penguasaan kemampuan wirausaha untuk pengembangan ekonomi umat, dan kemampuan komunikasi dan social engineering untuk melakukan perubahan.

Berdasarkan penelitian Badan Intelijen Indonesia (BIN) yang dilakukan pada tahun lalu, sebanyak 39 persen mahasiswa di Indonesia terjangkit paham radikalisme. "Ini bisa mengancam NKRI yang kita cintai ini," katanya. 
  (MUH)