Jakarta, MERDEKANEWS -- Ratusan ledakan terjadi di penjuru Lebanon, Selasa 16.45 sore waktu setempat. Ledakan ini melibatkan ratusan pager yang digunakan oleh anggota milisi Hizbullah, serta warga yang lain.
Setidaknya sembilan orang tewas. Sementara itu sebanyak 2.800 orang terluka dengan 200 di antaranya kritis, demikian laporan AFP, Rabu (18/09).
Korban tewas terdiri dari milisi Hizbullah dan warga sipil, termasuk seorang anak perempuan berusia 8 tahun dan putri dari anggota Hizbullah di parlemen Lebanon, Mohammad Mahdi Ammar.
Hizbullah langsung mencap Israel dalang dibalik rentetan ledakan misterius ini. Hizbullah mengatakan, Rabu (18/09), bahwa mereka akan melanjutkan perjuangannya melawan Israel untuk mendukung militan Hamas di Gaza, dan bahwa Israel harus menunggu “hukuman yang berat.”
Sementara Israel tidak mengomentari insiden tersebut. Ledakan penyeranta itu terjadi beberapa jam setelah Pemerintah Israel mengumumkan perluasan tujuannya dalam perang melawan militan Hamas di Gaza dengan mencakup pengamanan Israel utara di tengah konflik dengan Hizbullah di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon.
Soal bagaimana pager-pager itu bisa meledak belum diketahui pasti. Pihak berwenang masih berupaya menyelidiknya. Beberapa media melaporkan, bahwa sekitar 3.000 pager meledak ketika pesan berisi kode diterima pager-pager tersebut. Pesan itu secara bersamaan mengaktifkan bahan peledak yang diduga tertanam di pager-pager tersebut.
Sementara itu, beberapa spekulasi lainnya berfokus pada jaringan radio yang digunakan pager. Sejumlah analis teknologi dan keamanan menyiratkan bahwa jaringan pager-pager tersebut mungkin telah diretas hingga menyebabkan sistem memancarkan sinyal yang memicu respons yang telah dimodifikasi.
Badan intelijen Mossad Israel diduga telah menanam sejumlah bahan peledak kecil di dalam 5.000 pager buatan Taiwan yang dipesan oleh milisi Hizbullah di Lebanon selatan dua bulan sebelum ledakan.
Sejumlah sumber senior keamanan Lebanon mengatakan kepada Reuters bahwa Mossad telah merencanakan serangan ini selama beberapa bulan terakhir.
Sumber senior keamanan Lebanon tersebut mengatakan Hizbullah telah memesan 5.000 pager yang dibuat oleh Gold Apollo yang berbasis di Taiwan. Ribuan pager ini diimpor dari Taiwan dan telah dibawa masuk ke Lebanon sejak awal 2024.
Sumber keamanan Lebanon tersebut juga mengidentifikasi foto model pager tersebut yang merupakan model tipe AP924. Pager tersebut seperti pager pada umumnya yang hanya dapat menerima dan menampilkan pesan teks secara nirkabel namun tidak dapat melakukan panggilan telepon.
Para milisi Hizbullah memang telah menggunakan pager sebagai sarana komunikasi mereka. Pager dinilai dapat menghindari pelacakan lokasi oleh musuh termasuk Israel.
Namun, sumber Lebanon tersebut menduga bahwa perangkat tersebut telah dimodifikasi oleh badan intelijen Israel "di tingkat produksi."
"Mossad menyuntikkan papan di dalam perangkat yang berisi bahan peledak yang menerima kode. Sangat sulit untuk mendeteksinya melalui cara apapun. Bahkan dengan perangkat atau pemindai apapun," kata sumber tersebut.
Sumber keamanan lain mengatakan kepada Reuters bahwa hingga tiga gram bahan peledak disisipkan di dalam pager baru tersebut dan "tidak terdeteksi" oleh Hizbullah selama berbulan-bulan.
Sementara itu, dugaan tersebut dibantah Gold Apollo. Pihak perusahaan mengaku tidak membuat pager yang digunakan dalam ledakan di Lebanon.
Pendiri Gold Apollo Hsu Ching-Kuang mengatakan pager yang digunakan dalam ledakan itu dibuat oleh sebuah perusahaan di Eropa, yang memiliki hak untuk menggunakan merek mereka.
-
Jokowi Kutuk Keras Serangan Israel ke Lebanon Jokowi Kutuk Keras Serangan Israel ke Lebanon
-
Saleh Al Arouri Dibunuh Israel, Hamas Hentikan Pembahasan Gencatan Senjata Al-Arouri dieksekusi Israel melalui serangan pesawat tanpa awak di pinggiran selatan Beirut