merdekanews.co
Senin, 26 Agustus 2024 - 19:25 WIB

PPM FIB UI Tanamkan Toleransi Beragama Lewat Seminar dan Diskusi Kelompok

*** - merdekanews.co
PPM FIB UI menggelar seminar dan focus group discussion mengenai toleransi beragama kepada siswa MAN 10 Jakarta. (Foto: PPM FIB UI)

Jakarta, MERDEKANEWS -- Penanaman nilai toleransi sejak dini dinilai penting untuk memelihara persatuan dan kesatuan antar komponen anak bangsa. Pasalnya, keanekaragaman merupakan salah satu ciri khas bangsa Indonesia, yang berasal dari ras, suku, budaya, bahasa, dan agama yang beragam.

Terkait hal itu, Tim Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia menggelar seminar dan focus group discussion mengenai toleransi beragama kepada siswa MAN 10 Jakarta, Sabtu (24/08).  

Dengan mengusung tema "Pembekalan Nilai-nilai Toleransi Beragama kepada Siswa MAN 10 Jakarta Barat" kegiatan tersebut berfokus pada dua acara, yaitu seminar dan focus group discussion

Kegiatan diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh siswa MAN 10 Jakarta. Kemudian, dilanjutkan sambutan dari Kepala MAN 10 Jakarta, Rahmi Indriani yang dalam sambutannya mengingatkan akan pentingnya penerapan moderasi beragama sedari dini.

Melalui materi toleransi yang diberikan Tim PPM UI, Rahmi berharap siswa MAN 10 Jakarta punya bekal pengetahuan dan pengalaman sebagai warganegara yang baik.

"Kita harus mampu menjadi orang-orang yang menggunakan keberagaman ini sebagai potensi untuk membangun bangsa dan negara," kata Rahmi.



Sementara Dosen Ilmu Filsafat UI, Dr. Naupal dalam materi seminarnya mengatakan bahwa toleransi bukan hanya untuk menjaga kerukunan antar warga negara, tapi juga merupakan perintah Allah SWT dalam kitab suci Al-Qur’an.

"Ayat-ayat toleransi seringkali kurang mendapat perhatian, dibandingkan dengan ayat ayat jihad," kata Naupal, yang juga merupakan Ketua Kegiatan Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat FIB UI. 

"Oleh sebab itu, ayat-ayat toleransi perlu dipopulerkan, sedangkan ayatayat jihad perlu dipahami secara utuh dan tidak boleh terlepas dari konteks dan latar belakang diturunkannya. ," sambung dia.

"Hal ini supaya ayat-ayat tersebut tidak disalahartikan hingga berpotensi menimbulkan kekerasan," imbuhnya.

Dosen yang mengajar Filsafat Islam tersebut turut menulis sebuah buku elektronik (e-book) berjudul “Ayat-ayat Toleransi” yang dibagikan secara gratis kepada 40 siswa yang hadir.  

Setelah materi diberikan, siswa diajak untuk berefleksi dalam sesi focus group discussion. Dalam sesi ini, siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk saling berdiskusi dan  bertukar pendapat.

Pada akhir sesi, tiap kelompok memaparkan pemaknaan mereka terhadap toleransi dan menawarkan sebuah inovasi untuk diterapkan dalam lingkungan sekolah.

Rifqy,  salah satu siswa, mengungkapkan keinginannya untuk menerapkan toleransi dengan lebih sensitif terhadap isu diskriminasi di lingkungan sekitarnya.

(***)