
Jakarta, MERDEKANEWS -Menteri Koordinator Kemaritiman (Menko Maritim) Luhut Binsar Pandjaitan memperkirakan, kebocoran pipa minyak milik Pertamina kemungkinan disebabkan adanya benturan dengan kapal batubara. Namun, dia enggan berspekulasi tentang kebenaran prediksinya itu, dan memilih menunggu rampungnya investigasi atas bocornya pipa.
"Soal bocornya pipa saya nggak mau berspekulasi. Kita tunggu saja hasil investigasi Kemenhut," ujar Luhut Minggu (8/4/2018).
Luhut yakin Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kemenhut) akan menangani limbah tumpahan minyak di Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur dengan profesional. Baik itu dari sisi pemulihan lingkungan maupun dalam proses penegakan hukum.
"Saat ini investigasi penyebab bocornya pipa Pertamina di Balikpapan sed Jakarta, kemarin.
Menurutnya, keputusan Kemenhut nanti adalah langkah yang tepat seiring besarnya dampak buruk terhadap lingkungan yang bisa ditimbulkan akibat tumpahan minyak tersebut.
"Kalau untuk penanganannya yang saya tahu sudah bagus. Ibu Siti juga kan udah mengirim dua dirjennya untuk melihat ke sana, kemudian CEO Pertamina saya juga telepon, melaporkan juga semua sudah terkendali. Pokoknya kita selesaikan dulu masalah tumpahan minyak ini, setelah itu selesai baru mencari siapa yang salah," ujarnya.
Soal proses penegakan hukum yang akan diterapkan Kemenhut, Luhut yakin hal tersebut akan dilakukan secara profesional. Dalam prosesnya pun juga tidak akan pandang bulu dan pelakunya akan menerima hukuman yang sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
"Soal pemberian sanksi terhadap pelaku, Kemenhut tentu akan tegas tanpa tebang pilih. Tindakan administrasi, juga pasti akan dilakukan," paparnya
Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Kalimantan KLHK Tri Bangun L Sony mengungakpkan bahwa pihaknya tengah menghitung kerugian berdasarkan kerusakan lingkungan dan ekosistem yang terpapar minyak mentah. Dan menurutnya, hasil temuan sementara menemukan sedikitnya ada sekitar 7.000 hektare lahan yang terpapar minyak mentah.
"Secara visual tumpahan minyak ini sudah mencemari 60 kilometer di sepanjang pesisir. Di Penajam Paser Utara (PPU) maupun di Balikpapan," katanya.
Dia pun menilai bahwa pencemaran minyak ini memiliki efek buruk jangka panjang sehinggs perlu waktu lama untuk mengembalikan kondisi ekosistem. Sony juga meminta masyarakat untuk berhati-hati lantaran tumpahan minyak bukan hanya merusak lingkungan tetapi juga berbahaya jika langsung terpapar ke tubuh manusia.
“Tetapi apa yang dilakukan komunitas yang bersih-bersih itu sebaiknya dilakukan sesuai SOP (standar operasional prosedur). Semangat solidaritas penting. Namun, safety tetap penting," ujarnya.
Lebih lanjut dia mengimbau agar nelayan tidak menangkap dan mengkonsumsi ikan di kawasan yang tercemar. “Kami masih menunggu hasil uji laboratorium. Kami mengharapkan dari uji ini juga diketahui intensitas dampak pencemaran. Juga langkah netralisasi pencemaran,” katanya. (MUH )
-
Avtur Pertamina Dukung Pemberangkatan 221 Ribu Jamaah Haji Indonesia Avtur Pertamina Dukung Pemberangkatan 221 Ribu Jamaah Haji Indonesia
-
Empat Tahun PERTIWI, Sukses Cetak 40 Pemimpin Perempuan di Pertamina Grup Empat Tahun PERTIWI, Sukses Cetak 40 Pemimpin Perempuan di Pertamina Grup
-
Dorong UMKM, Pertamina Salurkan Hibah Alat Teknologi Senilai Rp 800 Juta Bagi Pemenang UMK Academy Dorong UMKM, Pertamina Salurkan Hibah Alat Teknologi Senilai Rp 800 Juta Bagi Pemenang UMK Academy
-
Pertamina Luncurkan Green Movement Pertamina Luncurkan Green Movement
-
Elnusa Fabrikasi Konstruksi Wujudkan Asta Cita Pendidikan melalui Program Edukasi Sobat Bumi Elnusa Fabrikasi Konstruksi Wujudkan Asta Cita Pendidikan melalui Program Edukasi Sobat Bumi