Dari Pedagang di Pasar Baru, Didaulat Bapak Ritel Dunia Hingga Wafat di Kali Ciliwung

Jakarta, MERDEKANEWS - Di kalangan pengusaha Indonesia nama Hari Darmawan sudah tidak asing lagi. Dia sering disebut sebagai tangan dingin dalam mengkonsep sebuah brand bisnis.

Pria yang rambutnya sudah memutih itu adalah pendiri Matahari Departemen Store dan owner sebuah tempat wisata Taman Wisata Matahari (TWM), Cilember, Jawa Barat. Atas tangan dinginnya-lah, Matahari dan TWM melesat.

Satu kehormatan yang diterima oleh Hari yakni dia  diangkat menjadi Ketua Pengusaha Retail tingkat Dunia.    Hari sudah memulai usahanya dari kecil, di usianya ke 19 tahun.

Dari sebuah toko kecil bernama “Micky Mouse” di Pasar Baru, Jakarta Pusat. Ketika itu, ia baru saja menikah dan diberi tempat oleh ayah dari istrinya untuk usaha. 

Ada 2 hal pelajaran sangat berarti telah ditanamkan mertua laki-lakinya bagaimana menjalankan bisnis secara profesional. Pertama, bisnis tersebut harus dimulai dari kecil, sebagai fondasi sebuah bangunan.

Kedua, hubungan bisnis itu harus profesional, sehingga sebidang tempat yang ia gunakan untuk membuka toko tersebut harus dilunasi dalam beberapa bulan sesuai kesepakatan bersama.

Kini Hari telah tiada. Jenazahnya ditemukan di Kali Ciliwung pada Sabtu (9/3/2018) setelah pada Jumat (9/3/2018) dikabarkan hilang.

Anak Pengusaha Yang Bangkrut

Nama Matahari Departement Store sangat terkenal sebagai salah satu perusahaan ritel dengan jaringan yang tersebar di seluruh Indonesia.

Saat ini Matahari Department Store berada dibawah naungan Lippo Group milik James Riady. Namun sebelum diakuisisi oleh Lippo Group, Matahari Department Store dimiliki oleh Hari Darmawan yang dikenal sebagai Pendiri Matahari Department Store.

Hari lahir pada tanggal 27 Mei 1940 di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Hari tumbuh di tengah keluarga besar dimana ia memiliki saudara sebanyak 12 orang.

BACA: Hilang Sejak Jumat, Pendiri Matahari Departement Store Tewas di Kali Ciliwung

Ayahnya bernama Tan A Siong yang dikenal sebagai pengusaha keturunan Tionghoa di Makassar yang banyak berkecimpung dalam usaha produk pertanian.

Saat Hari berusia lima tahun, ia sudah melihat usaha keluarganya bangrut. Orang tuanya kemudian membangun usahanya kembali dari nol, sehingga sejak kecil ia sudah diajarkan oleh orang taunya tentang arti kerja keras, ketekunan dan pantang menyerah dalam berdagang.

  (Ira Safitri)