merdekanews.co
Rabu, 31 Mei 2023 - 07:47 WIB

Penjelasan Lengkap Soal Kristen Muhammadiyah yang Viral di Media Sosial

Ind - merdekanews.co
Acara bedah bukuKristen Muhammadiyah: Konvergensi Muslim dan Kristen dalam Pendidikan. (foto: istimewa)

Jakarta, MERDEKANEWS -- Riset dan penelitian yang dilakukan Abdul Mu’ti dan Fajar Riza Ulhaq di tiga wilayah daerah Indonesia yang notabene menganut agama Kristen telah menghasilkan varian Kristen Muhammadiyah alias KrisMuha.

Hasil pluralitas agama dan toleransi ini kemudian dituangkan dalam sebuah buku dengan judul Kristen Muhammadiyah: Konvergensi Muslim dan Kristen dalam Pendidikan.

Buku tersebut kemudian menjadi viral setelah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggelar acara bedah buku bekerjasama dengan Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis (LKKS) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah di Kantor Kemendikbudristek, Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta. 

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti menanggapi ramainya perbincangan tentang istilah Kristen Muhammadiyah (KrisMuha). Ia menegaskan bahwa KrisMuha merupakan varian sosiologis, bukan teologis. Istilah ini merujuk pada kedekatan antara warga Kristen dengan gerakan Muhammadiyah, bukan penggabungan akidah Muhammadiyah dengan Kristen.

“Kristen Muhammadiyah merupakan varian sosiologis yang menggambarkan para pemeluk Agama Kristen/Katolik yang bersimpati dan memiliki kedekatan dengan Muhammadiyah,” ucap Mu’ti seperti dikutip muhammadiyah.or.id.

Mu’ti menjelaskan bahwa KrisMuha bukanlah anggota resmi Muhammadiyah. Mereka tetap berpegang teguh pada nilai-nilai dan keyakinan Kristen.

Dengan demikian, varian KrisMuha sesungguhnya bukanlah penggabungan teologis antara Muhammadiyah dan Kristen, melainkan simpatisan Muhammadiyah yang beragama Kristen.

“Mereka bukan anggota Muhammadiyah. Mereka tetap sebagai pemeluk Agama Kristen/Katolik yang teguh menjalankan ajaran agamanya. Kristen Muhammadiyah bukanlah sinkretisme agama dimana seseorang mencampuradukkan ajaran Kristen/Katolik dengan Islam (Muhammadiyah),” tegas Mu’ti.

Menurut Mu’ti, kedekatan dan simpati kepada Muhammadiyah karena pengalaman berinteraksi dengan warga dan pemahaman atas Muhammadiyah selama belajar di sekolah/lembaga pendidikan Muhammadiyah. Hingga saat ini, lembaga sosial kemasyarakatan Muhammadiyah telah menyentuh area di mana Islam menjadi minoritas.  Varian KristenMu menunjukkan peranan pendidikan Muhammadiyah dalam membangun kerukunan antar umat beragama dan persatuan bangsa.

“Mereka tetap teguh menjadi pemeluk Kristen/Katolik karena selama belajar di sekolah/lembaga pendidikan Muhammadiyah mendapatkan pendidikan Agama Kristen/Katolik yang diajarkan oleh pendidik Agama Kristen/Katolik sebagaimana diatur UU nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,” tutur Guru Besar Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah ini.

Sementara menurut Ketua LKKS PP Muhammadiyah, Fajar Riza Ulhaq, KrisMuha dalam penelitannya itu menggambarkan situasi toleransi di daerah-daerah terpencil di Indonesia, terutama di daerah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal).

Daerah-daerah pinggiran Indonesia yang dimaksud adalah Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT); Serui, Papua; dan Putussibau, Kalimantan Barat (Kalbar).

Menurut Fajar, fenomena munculnya varian KrisMuha dapat dijelaskan oleh adanya interaksi yang intens antara siswa-siswa muslim dan Kristen dalam lingkungan pendidikan di sekolah-sekolah Muhammadiyah.

Namun perlu dicatat bahwa interaksi tersebut tidak menghilangkan identitas mereka sebagai penganut agama Kristen yang taat.

"Kami tidak menduga ketertarikan dan antusiasme masyarakat (pembaca) terhadap karya ini masih sedemikian besar hingga saat ini, meskipun buku ini pernah diterbitkan 2009 silam. Inilah kontribusi Muhammadiyah dalam membangun generasi Indonesia yang lebih toleran, inklusif, dan terbiasa hidup bersama dalam perbedaan," ucap Fajar.

(Ind)