merdekanews.co
Minggu, 11 Februari 2018 - 00:18 WIB

Pelacuran dan Tarian Telanjang Dekat Istana Presiden, Siapa yang Bertanggung Jawab?

Tempo - merdekanews.co
Ilustrasi

Jakarta, MERDEKANEWS -Polisi dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta saling lempar tanggung jawab menyelidiki dugaan praktek prostitusi dekat kompleks Istana Presiden Jokowi ataupun Istana Merdeka di Jakarta Pusat.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Tinia Budiati mengatakan akan memanggil perwakilan Tempo Media dan 4Play, yang sebelumnya Hotel Alexis. Dia ingin menanyakan hasil investigasi tentang bisnis seks dan prostitusi di sejumlah tempat yang antara lain dekat dengan Istana Presiden Jokowi.

Tinia menyerahkan pengusutan dugaan prostitusi itu kepada Kepolisian. "Yang punya warung siapa, kok jadi kami yang repot. Selesaikan sampai ada bukti, baru kita anukan (tindak)," demikian Tinia Budiati.

Sedangkan, polisi melalui juru bicara Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan masalah hotel yang menangani adalah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. "Bagaimana perizinannya. Kami belum ada laporan. Jadi, belum bisa menyelidiki," kata Argo dikutip tempo.co.

Menurut Argo Yuwono, yang menangani adanya pelanggaran hotel berada di tangan Dinas Pariwisata. "Nanti kalau tidak sesuai izinnya (hotel) bagaimana."

Tinia Budiati berharap dari pemanggilan 4Play dan Tempo akan diperoleh pembuktian. "Kalau sudah, pihak yang itunya (yang menindak) polisi dong, bukan saya, dong," ucap Tinia Budiati tentang bisnis seks yang merambah ke dekat Istana Presiden Jokowi.

Mengutip dari hasil investigasi Majalah Tempo, Emporium Hotel (hanya 1 kilometer dari Istana Merdeka) menyajikan pertunjukan striptease atau tari telanjang di depan pengunjung lantai tiga. Berbeda dengan Alexis yang menyajikan striptease di ruang khusus.

Seorang pelanggan klub di Emporium mengatakan penari striptis itu bisa diajak berhubungan intim dengan tarif Rp 2 juta per jam. Di lantai dua, tersedia layanan pijat dengan tarif Rp 1 juta hingga Rp 1,2 juta per jam. Biaya itu termasuk layanan seksual di kamar khusus. Dua anggota staf yang ditanyai Tempo membenarkan info tentang ongkos tersebut.

Adapun bisnis seks di Hotel Malio (1,1 kilometer dari Istana) begitu terang-benderang. Di lounge lantai dua, seorang muncikari --biasa dipanggil “Mami” -- langsung menawarkan pekerja seks asal Uzbekistan, Cina, dan Vietnam, juga perempuan lokal, dengan tarif Rp 900 ribu-2,4 juta.

Begitu pula Classic Hotel di Jalan Samanhudi (1,9 kilometer dari Istana Jokowi). Setidaknya ada tiga arena besar yang bisa dimasuki pengunjung untuk memilih wanita penghibur. Salah satunya di lantai tiga yang disebut sebagai Terminal 2. Tak ada perbedaan tarif di Classic: jasa pelayanan seks semua perempuan di sana bisa dibilang paket hemat, yakni Rp 365 ribu.

Di Illigals Hotel (2,5 kilometer dari Istana Presiden Jokowi), menurut investigasi Tempo, tak hanya tersedia ekstasi, tapi juga sabu-sabu. Harganya sama dengan ekstasi, Rp 500 ribu untuk 0,2 gram, dan diedarkan oleh anggota staf Illigals yang biasa dipanggil “Kapten.”

Illigals pun menyediakan pelayanan seksual dengan tarif wanita penghibur Rp 2,4 juta sekali transaksi prostitusi. Meski Club Voyeur buka hingga pukul delapan pagi, layanan perempuan itu berlangsung 24 jam sehari tanpa henti. Ini melanggar Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2015 tentang Kepariwisataan, yang membatasi jam operasional hiburan malam hingga pukul dua pagi pada hari biasa dan pukul tiga pada akhir pekan.
  (Tempo)