merdekanews.co
Minggu, 16 Januari 2022 - 16:31 WIB

Elektabilitas Rendah, Ambisi Airlangga Capres Jadi Beban Berat Golkar di Pemilu 2024

Siswo Hadi - merdekanews.co
Baliho Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto

Jakarta, MERDEKANEWS - Dosen Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Silvanus Alvin mengatakan, ektabilitas Airlangga yang rendah menjadi rambu merah untuk pencalonan dirinya sebagai Calon Presiden 2024. Elektabilitas Airlangga yang berkisar nol koma satu ini juga bakal menjadi beban Partai Golkar dalam Pemilu 2024.

"Ini harus menjadi wake up call, apakah Airlangga mau maju jadi capres atau mengubah posisi menjadi cawapres," ujar Alvin dalam keterangannya kepada wartawan di Jakarta, Minggu (16/1).

Apa yang membuat Airlangga gagal mendongkrak elektabilitas? Alvin tegas menyatakan bahwa strategi old school masih diterapkan dengan menebar banyak baliho. 

"Padahal baliho itu hanya dilihat sambil lalu saja. Di era 5.0 saat ini komunikasi politik sudah tidak bisa gaya lama."

Karena itu, Airlangga harus jalankan praktik dan pola pikir di jalur digital. Dalam kajian komunikasi politik di kenal level komunikasi politik berdasarkan generasi dan media yang digunakan.

"Misalnya Facebook (Meta) didominasi Generasi X. Kemudian ada Instagram dan YouTube yang didominasi generasi milenial. Dan tidak kalah penting ada TikTok di generasi Z," jelas Alvin.

Untuk itu, promosi diri yang dilakukan sebaiknya dilaksanakan secara digital di media sosial tersebut. Terlebih, pesaing Airlangga seperti Ganjar, Anies, Sandiaga Uno, Erick Thohir, mayoritas sudah punya YouTube Channel sendiri.

"Mereka menerapkan politainment di ranah digital karena publik mengenal politisi dari medsos. Siapa yg viral dan 'happening' di medsos bisa mengkonversi popularitas tersebut jadi nilai elektabilitas," beber Alvin.

Selain itu, lanjutnya, Airlangga juga tidak bisa hanya berusaha menang di survei. Dalam ranah komunikasi digital ada pemahaman akan  sentiment analysis. Data berupa Komentar publik di medsos bisa langsung memberikan gambaran jelas elektabilitas Airlangga.

Maka dari itu, langkah Airlangga ke depan dalam komunikasi politiknya perlu berubah. Bila masih pendekatan lama maka langkah menjadi capres akan sangat terjal. 

"Perolehan suara Golkar saat ini 12,8 persen sehingga butuh dukungan dari partai lain. Bila popularitas dan elektabilitas Airlangga tidak berubah maka sulit mencari partai yang mau mendukung Airlangga," pungkas Alvin.

  (Siswo Hadi)