merdekanews.co
Senin, 07 Juni 2021 - 06:34 WIB

Profesor Asvi Warman Adam: Nasionalisme Sebagai Semangat Pemuda Memajukan Kehidupan Bangsa

Deka - merdekanews.co
Profesor Asvi Warman Adam dengan dipandu langsung oleh Ketua Badan Kebudayaan Nasional Pusat Aria Bima

Jakarta, MERDEKANEWS -- Episode Talk Show & Music ‘Bung Karno Series’ Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDI Perjuangan, Minggu 6 Juni 2021 kali ini membahas tentang Politik Kebangsaan Bung Karno pada waktu berjuang memerdekakan Indonesia bersama tokoh-tokoh yang lain. 

Bung Karno mencurahkan seluruh pikiran dan jiwanya untuk bagaimana memerdekakan Indonesia dan apa dasar Indonesia Merdeka. 

Narasumber kali ini merupakan seorang peneliti sejarah yakni Profesor Asvi Warman Adam dengan dipandu langsung oleh Ketua Badan Kebudayaan Nasional Pusat Aria Bima

Ketika sidang BPUPK Bung Karno penah ditanya, apa dasar Indonesia Merdeka? Bung Karno menjawab kebangsaan. 

“Ini yang diutarakan pertama kali oleh Bung Karno: kebangsaan yang berperikemanusiaan atau perikemanusiaan di taman sarinya internasionalism. Perikemanusiaan yang bermufakat adalah demokrasi, dan demokrasi bukan demokrasi liberal tapi demokrasi yang mewujudkan keadilan sosial. Bukan kebangsaann chauvinism,” urai Asvi.

 

“Asvi menekankan, jawaban itu dipilih Bung Karno karena kebangsaan (semangat persatuan) ini merupakan yang dibutuhkan supaya kita bisa merdeka, yang kita lawan itu penjajah dari bangsa lain," jelas Asvi

Kebangsaan yang digaungkan oleh Bung Karno bukan hanya kebangsaan searah (semangat persatuan) saja tetapi juga kebangsaan ke arah luar (perdamaian abadi). Dengan kata lain memiliki rasa persatuan yang berdasarkan perikemanusiaan untuk menolak segala bentuk penjajahan yang dilakukan bangsa lain. 

Semangat kebangsaan atau semangat persatuan ini sebenarnya sudah ada, dan tergambarkan dengan munculnya Sumpah Pemuda 28 Oktober tahun 1928 yang dilakukan oleh para pemuda dari berbagai pulau di Indonesia. 

“Hal ini yang kemudian digali lagi oleh Bung Karno dan dijadikan sebagai ‘philosophie groundslag’  yang diungkapkan oleh Bung Karno pada sidang BPUPK,” ungkapnya.

Menurut peneliti senior LIPI ini, kebangsaan sangat penting ke luar dan ke dalam. Kebangsaan itu dijadikan satu alat pengikat, Semangat kebangsaan ini sudah muncul sejak sumpah pemuda tahun 1928.

Konsep kebangsaan Bung Karno saat itu bukan satu golongan saja. Konsep abstrak kebangsaan Bung Karno dan tokoh lain saat itu adalah kebangsaan untuk seluruh nusantara, sebagai kawasan jajahan Hindia Belanda)

“Bung Karno tidak hanya ingin mendirikan bangsa Jawa, Sumatera atau Bali saja, tetapi kebangsaan seluruh teritorial nusantara, yaitu Indonesia,” Ungkap Asvi

Bung Karno pada saat dulu juga pernah dibuang, diasingkan dan merasakan ditindas oleh penjajah, Indonesia harus berdiri diatas kaki sendiri. Hal ini yang mendasari konsep pemikiran Bung Karno untuk lepas dari penjajahan pada saat itu. Bung Karno memikirkan semua pelosok nusantara harus bersatu, bahkan BK sampai mengupayakan memperjuangkan agar Irian Barat untuk masuk ikut merdeka.

“Yang melatarbelakangi Bung Karno sampai memiliki pemikiran dan konsep seperti itu karena dia pernah merasakan terasingkan, dibuang (Ende, Bengkulu) dan merasa tertindas oleh penjajah” ungkap Asvi. 

Terkait Irian Barat yang pada 1945 belum masuk sebagai teritori Indonesia, Bung Karno mengupayakan cara mereka terbebas dari penjajahan Belanda melalui Konferensi Asia-Afrika dan bahkan Konferensi di PBB, sampai menjalin hubungan di luar diplomasi dengan Presiden Amerika John F. Kennedy.

Bung Karno pun menawarkan formulasi Pancasila yang dianggap  lebih manusiawi sebagai alternatif dari ideologi kapitaslisme, komunisme dan liberalisme ke seluruh penjuru dunia.  

“Agar bumi ini terbebas dari penjajahan dan penindasan manusia, maka Bung Karno memperluas Pancasila sebagai Ideologi yang mendunia,” jelasnya.

Hal ini termaktub dalam Pembukaan UUD 1945, sebagai bagian dari politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif, seperti pada KAA di Bandung diikuti oleh negara-negara yang pernah terjajah, menghasilkan Dasasila Bandung sebagai semangat pendorong negara lain untuk terbebas dari kolonialis.

Asvi menggarisbawahi bahwa Pancasila yang digali Bung Karno dan tokoh lain masih relevan untuk menjawab permasalahan bangsa saat ini. Dengan semangat persatuan dapat membuka peluang-peluang pemuda untuk memperoleh pendidikan yang sama. Semangat nilai-nilai pancasila ini yang menjadi dasar dalam memperoleh kesmpatan yang sama. Pemuda juga harus memahami sejarah untuk dapat menarasikan semangat nasionalisme. Harus memiliki kreativitas yang didasarkan pada semangat nasionalisme.

“Kita harus menyadari kebhinekaan kita dan nilai Pancasila yang kita miliki sebagai semangat persatuan untuk memajukan taraf hidup bangsa,” pungkasnya. (Deka)






  • Ketika Wong Cilik Menjadi Sumber Inspirasi Bung Karno Ketika Wong Cilik Menjadi Sumber Inspirasi Bung Karno Bung Karno dikenal sebagai sosok yang sangat merakyat, gagasannya saat ia memperjuangkan kemerdekaan Indonesia banyak diilhami oleh kehidupan rakyat kecil yang tertindas kondisi sosial ekonominya, atau yang biasa disebut sebagai wong cilik.