merdekanews.co
Rabu, 10 Maret 2021 - 12:59 WIB

Gerakan Sejuta Cinta untuk Nurdin Abdullah

Nurfadjri: Di Mana Logikanya Dituduh Korupsi, Sementara Hartanya Tidak Bertambah

Deka - merdekanews.co

Makassar, MERDEKANEWS -- Ketua Umum The Professor One Jaya (TPOJ) Bantaeng, Muhammad Nurfajri, S.Hi., mengatakan, pihaknya telah menginisiasi dibentuknya Gerakan Sejuta Cinta untuk Nurdin Abdullah.

Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk dukungan moril terhadap Gubernur Sulawesi Selatan non aktif, Nurdin Abdullah (NA) yang kini ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Nurfajri bahkan menyatakan mosi tak percaya terhadap KPK karena tuduhan korupsi kepada NA dengan meletakkan sertifikat kompetensi sebagai Penyuluh Tingkat Pratama TPOJ.

Sebagai informasi, TPOJ merupakan lembaga sosial yang dibina oleh NA yang dibentuk di tingkat provinsi pada September 2020. Selanjutnya TPOJ juga dikukuhkan di beberapa kabupaten termasuk di Kabupaten Bantaeng.

“Sebelum mengadakan gerakan mendukung Gubernur NA, kami melakukan doa dan zikir dahulu di rumah kediaman Gubernur NA di Kabupaten Bantaeng," ujar Nurfajri, Rabu (10/03/2021).

Diceritakannya, hari pertama zikir, pihaknya hanya melakukan secara internal. Akan tetapi, ketika ada beberapa dari anggota TPOJ meng-upload di media sosial pada jam 13.00 WIT terkait kegiatan pada pukul 15.00 WIT, ternyata banyak masyarakat yang berdatangan. Tak hanya datang, banyak juga sumbangan makanan dari masyarakat untuk orang-orang yang berzikir.

"Jadi, ini betul-betul berasal dari kecintaan masyarakat kepada Gubernur NA,” lanjut Nurfajri.

Lebih jauh Nurfajri mengatakan, acara tersebut diadakan selama tiga hari berturut-turut, yakni pada Rabu hingga Jumat. Pada hari ketiga tempat tidak cukup karena antusiasnya masyarakat. Maka pihaknya meminta Puskesmas mengadakan screening dan melakukan protokol kesehatan dengan membagikan masker.

“Karena banyak masyarakat yang mengpresikan cintanya kepada beliau (Gubernur NA), kami bernisiatif untuk memberikan ruang untuk tanda tangan bagi masyarakat sebagai dukungan.TPOJ provinsi sebut mulailah dari Bantaeng sebagaimana Gubernur NA membangun dari Bantaeng. Maka kami umumkan itu di hari Sabtu, sambutannya luar biasa dari masyarakat, bahkan di akun saya sampai dibagikan 200 kali,” tuturnya.

Pada saat menghamparkan spanduk ukuran 5x1 meter, katanya, masyarakat pun berdatangan untuk ikut tanda tangan sebagai dukungan kepada Gubernur NA. Akibatnya spanduk langsung full membuat pihaknya kelabakan, sehingga berinisiatif mengambil baliho di rumah mereka untuk tempat tanda tangan karena masyarakat masih berbondong-bondong datang.

“Rencananya hanya sampai pukul 10.00 masih berlanjut karena pada pukul 12.00 ada rombongan masyakat datang pakai mobil dari Bantaeng dan Bulukumba. Bahkan tokoh masyarakat, tokoh agama bergantian datang. Jadi banyak kiai-kiai yang datang untuk mengepresikan dukungannya. Bahkan ada kakek-kakek dari pasar berjalan kaki ke lokasi lumayan jauh untuk ikut tanda-tangan. Para pedagang kecil yang datang banyak menangis,” terangnya.

Karena menjelang maghrib masih banyak orang yang mau datang, dia meminta kepada panitia untuk menutup acara. Spanduk dukungan lalu dipasang di depan rumah Gubernur NA.

“Dukungan ini akan terus dilakukan di beberapa kabupaten sampai puncaknya dilakukan di Makassar. Maka kami namakan Gerakan sejuta Cinta untuk Nurdin Abdullah. Ini menunjukkan betapa banyaknya masyarakat yang masih mencintai beliau. Pembangunan-pembangunan yang sudah dilaksanakan beliau sampai daerah terpencil,” sebutnya.

Dia juga mengungkapkan, penilaian masyarakat pada Nurdin Abdullah sebagai tokoh visioner yang selalu membangun daerah di luar dari nalar manusia biasa karena pembangunan yang cepat dan bermanfaat bagi semua orang.

“Sebelumnya kami tidak berpikir pada 10 tahun lalu akan ada rumah sakit berlantai 8 akan ada di Bantaeng, sekarang sudah berdiri dengan fasilitas luar biasa. Bagi kami ini luar biasa,” katanya.

Dulu, lanjutnya, kabupaten kami daerah tertinggal urutan kedua dari bawah di Sulawesi Selatan, sekarang naik statusnya karena pembangunan yang dilakukan Prof Nurdin Abdullah sampai pelosok-pelosok. Dengan adanya jalan sehingga hasil-hasil perekonomian dapat berkembang dengan baik.

“Kemudian, Bapak Nurdin Abdullah sangat ikhlas menghibahkan dirinya untuk daerahnya. Kalau dulu kami berbicara Bantaeng sekarang Sulawesi Selatan. Kalau hari ini ada di Toraja, besoknya bapak ada di Selayar, besoknya lagi ada di Bone. Beliau gerakannya sangat cepat dan semua disentuh, bahkan di daerah perbatasan dengan Sulawesi Tenggara belum ada gubernur sebelumnya yang datang, beliau mau menginjakan kakinya di sana,” ungkapnya.

Gubernur NA, paparnya, datang dari Subuh ke daerah-daerah terpencil berjalan kaki dengan tujuan untuk membangun. Tentu dibutuhkan stamina yang kuat dalam menjalan tugasnya. Bahkan banyak kadis-kadis yang kewalahan mengikutinya.

“Makanya banyak masyarakat yang tidak percaya Gubernur NA terjerat kasus seperti ini. Padahal kekayaan beliau yang 52 miliar itu ada sebelum jadi Bupati dan gubernur. Bukannya bertambah, kekayaannya itu malah berkurang,” ujarnya.

Dia mengungkapkan, hampir setiap masjid di Bantaeng bapak menyumbang sekitar 20-100 juta. Bahkan di seluruh daerah-daerah pada saat beliau menjadi gubernur tetap menyumbang, sampai daerah perbatasan Gubernur NA menyumbang sampai 1 Miliar dari uang pribadinya. Ada juga masjid di daerah Bantaeng yang dibangun dari nol.

“Saya dan istri menangis saat mendengar kabar beliau. Saya melihat pembangunan ini sangat terasa bagi masyarakat bagaimana ekonomi meningkat. Menjadi kebanggaan. Kami patah hati, rasanya sakit melihat pemimpin kami dibeginikan,” cetusnya.

“Saya teringat ketika beliau dipaksa oleh masyarakat bantaeng untuk mencalonkan Sebagai bupati kabupaten bantaeng, 

, beliau mengatakan dia bukan orang partai tidak ada sandaran. Maka tokoh-tokoh berinisiatif untuk mengumpulkan partai-partai kecil sebagai persyaratan. Mulailah beliau dari masjid ke masjid memperkenalkan diri, maka terpilihlah pada periode pertama dengan kemengan 46 persen. Pada periode kedua kemenangannnya mencapai 83 persen tanpa kampanye tidak ada baliho di periode kedua. Karena betul-betul dari hati masyarakat,” sambungnya.

Sebelum menjadi Bupati Bantaeng dan Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah sudah kaya dengan harta senilai Rp52 Miliar.

“Logikanya di mana beliau dituduh korupsi, sementara harta beliau tidak bertambah bahkan berkurang. Makanya masyarakat tidak ada yang percaya. Hampir semua masyarakat Sulawesi Selatan menginginkan beliau bebas, mereka tidak percaya atas tuduhan KPK terkait OTT. Padahal ditangkap di rumahnya ketika beliah masih tidur. Di mana OTT-nya, ” ujar Nurfajri yang berprofesi sebagai pengacara ini.

Dia berharap, Nurdin Abdullah melakukan pra-peradilan, namun saat menyaksikan  di televisi dengan tegas Gubernur NA akan membuktikan di pengadilan. Makanya masyarakat tetap mendukung karena apa yang dituduhkan KPK itu adalah fitnah.

“Terkait uang 1,4 miliar temuan KPK, itu uang untuk sumbangan masjid. Bukan rekayasa, tapi faktanya beliau sebelumnya juga selalu menyumbang masjid-masjid. Setiap kunjungan itu pasti ada saja yang disumbang, baik dari dana hibah atau dari uang pribadinya beliau,” sebutnya.

Jika dilihat dari kepemimpinan Nurdin Abdullah, dia mengaku respek karena meski sebelumnya banyak pejabat tidak mendukung, ketika melihat kinerja Gubenur NA, akhirnya mengakui kemampuannya. Kapabilitasnya sebagai seorang pemimpin sangat bagus.

“Mereka melihat NA bekerja bagus, akhirnya mendukung,” ujarnya.

Dia melihat selama 2.5 tahun periode Gubernur NA pembangunan sangat cepat. Banyak perubahan salah satunya jalan termasuk Bandara di Toraja yang dibangun untuk mengembangkan potensi wisata agar memudahkan turis-turis. Di Bira jalanan dibuat mulus, di Salayar dipermudah akses. 

“Seperti di Bantaeng uang yang masuk ke daerah banyak sehingga berpengaruh pada ekonomi masyarakat menggeliat. Bahkan banyak pelajar-pelajar dari luar negeri seperti Jepang, Kanada, dan Australia datang ke Bantaeng untuk menyaksikan perubahan yang terjadi. Dulunya kami tidak bangga dengan daerah sendiri sekarang menjadi bangga,” pungkasnya.

(Deka)