
Jakarta, MERDEKANEWS - Saiful Mujani Research Consulting (SMRC) merilis hasil survei teranyar terkait nama calon presiden di penghujung tahun 2017 lalu.
Hasilnya, nama Jokowi masih memimpin dengan persentase 53,8 persen melalui pertanyaan semi terbuka. Di bawahnya ada Prabowo Subianto sebesar 18,5 persen dan nama lainnya tidak lebih dari 3 persen.
Namun ada yang menarik dari survei SMRC yang dilakukan pada Desember 2017 itu. Hal itu yakni pertanyaan apakah responden setuju atau tidak Jokowi dan Prabowo bersatu dalam Pilpres 2019?
"Sebanyak 66,9 persen responden menyatakan setuju," ujar Direktur Utama SMRC Djayadi Hanan saat memaparkan hasil survei SMRC di Jakarta, Selasa (2/1/2018).
Sementara itu 28,4 persen responden menyatakan tidak setuju Jokowi dan Prabowo. Adapun sisanya yakni 4,7 persen tidak tahu atau tidak menjawab pertanyaan tersebut.
Saat responden ditanya lebih lanjut, siapa sebaiknya menjadi calon presiden dan calon wakil presiden bila Jokowi dan Prabowo berpasangan di Pilpres 2019, 66,9 persen menilai Jokowi layak jadi presiden dan Prabowo jadi wakilnya.
Sementara itu, 28,4 persen menyatakan Prabowo sebaiknya jadi presiden dan Jokowi jadi wakil presiden. Adapun 4,7 persen responden tidak menjawab atau tidak tahu.
Munculnya Nama AHY
Di luar nama Prabowo sebagai calon pendamping Jokowi, nama Jusuf Kalla masih menjadi yang terdepan. Sebanyak 14,1 persen responden memilih Jusuf Kalla sebagai pendamping Jokowi di Pilpres 2019.
Tempat kedua ada nama putera pertama Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY, dengan persentase 12,7 persen.
Djayadi menilai munculnya nama AHY tidak terlepas dari sosoknya yang populer berkat maju dalam Pilgub DKI Jakarta tahun lalu.
Di bawah AHY, ada nama mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dengan persentase 12,2 persen. Adapun nama-nama lainnya seperti Hary Tanoesudibjo, Wiranto, Sri Mulyani ada di bawah 10 persen.
Survei SMRC dilakukan dengan wawancara lapangan pada 7-13 Desember 2017. Jumlah responden sebanyak 1.059 orang di 34 provinsi dengan margin of error sebesar 3,1 persen.
Gerindra Tolak
Partai Gerindra menilai mustahil bagi ketua umum Prabowo Subianto berduet dengan Joko Widodo di Pemilihan Presiden 2019. Keduanya diklaim memiliki perbedaan prinsip dalam mengelola negara.
Wakil Ketua Umum DPP Gerindra Ferry Juliantono mengatakan, Gerindra sampai saat ini masih optimis Prabowo akan maju sebagai calon presiden dalam Pilpres 2019.
“Meski Pak Prabowo belum secara resmi mengumumkan, tapi kami semua keluarga besar Gerindra masih ingin supaya Pak Prabowo nanti di 2019 jadi capres,” ujar Ferry saat dihubungi, Rabu (3/1).
Ferry menerangkan, mustahilnya duet Jokowi-Prabowo karena ada perbedaan dalam prinsip mengelola negara.
(Lintang Anindita)
-
Singgung Soal Korupsi, Erick Thohir Respons Soal Direksi BUMN Bukan Penyelenggara Negara dengan tidak terpenuhinya unsur penyelenggara negara, jajaran direksi di perusahaan pelat merah akan semakin sulit ditangkap bila melakukan tindak pidana korupsi
-
Resmikan Terminal Khusus Haji, Prabowo: Pemerintah Ingin Berikan Layanan Terbaik untuk Jemaah Pemerintah ingin memberi pelayanan yang terbaik kepada jamaah kita
-
Kemendikdasmen Bawa Kabar Baik, Bantuan Bagi Guru Honorer Segera Cair, Ini Syaratnya program bantuan guru honorer itu senilai Rp300 ribu untuk masing-masing guru
-
Berantas Korupsi ke Akar-akarnya!Legislator Dukung Niat Presiden Prabowo Soal RUU Perampasan Aset Ini perlu sekali untuk, bagaimana kita di dalam rangka memberantas korupsi sampai ke akar-akarnya
-
BPOM Gandeng Puskesmas, Mitigasi Keracunan Akibat MBG pihaknya bertugas untuk membina para petugas, mulai dari pemantauan guna pencegahan, hingga mitigasi risiko keracunan