merdekanews.co
Kamis, 20 Agustus 2020 - 12:05 WIB

Melawan Oligarki yang Membajak Demokrasi Kita Hari ini: Tugas Kesejarahan LP3ES

Gaoza - merdekanews.co

Jakarta, MERDEKANEWS -- Ada orasi menarik dari intelektual Fachry Ali dalam Refleksi HUT ke-49 LP3ES. Ia memulai orasinya dengan satu pertanyaan: siapakah tokoh-tokoh yang menghidupi, atau konstituen, LP3ES?

"Mereka adalah metropolitan super sctructur yaitu sekelompok anak muda yang terpelajar, menguasai bahasa asing, mobile dan ingin memberi jarak pada masa lalu. LP3ES berisi orang-orang muda yang jengah dengan otoriterisme Sukarno dan kebijakannya yang menyebabkan inflasi ekonomi," jelas Fachry di Jakarta, Rabu (19/8).

Menurutnya, sekelompok anak muda ini adalah juga unsur-unsur dari Masyumi dan PSI yang waktu itu diberangus oleh Sukarno. Maka pada mulanya, suasana kebatinan yang melatarbelakangi kelahiran LP3ES adalah perlawanan dan kritik terhadap rezim kekuasaan pada masa itu.

Lebih lanjut Fachry juga menyebut tokoh-tokoh LP3ES sebagai modernizing intellectual yaitu kelompok intelektual yang mau melakukan modernisasi dan melakukan pembangunan.

Di sini, lanjutnya, ada Sumitro Djojohadikusumo, Widjojo Nitisastro dan Emil Salim yang memberikan fondasi bagi kelahiran Orde Baru. Pada mulanya LP3ES memang mesra dengan Orde Baru.

Intelektual LP3ES memberikan blue print bagi ideologi pembangunan Orde Baru. Ide-ide pembangunan ini terefleksi dari topik-topik Prisma, jurnal terbitan LP3ES, yang menjadi kiblat intelektual Indonesia.

"Namun seiring waktu, ternyata Orde Baru terbukti berubah menjadi otoriter terutama pada tahun 1980-an dan mulai memberangus kelompok kritis, media dan menggusur kaum miskin demi pembangunan. Sejak saat itu LP3ES berbalik mengambil posisi kritis kepada Orde Baru. Hal ini lagi-lagi terefleksi pada terbitan Prisma pada waktu itu yang mulai menyorot topik-topik yang membela kaum terpinggirkan," ungkapnya.

Berangkat dari semua masa lalu itu, Fachry menegaskan, maka spirit LP3ES sejak awal adalah: melawan otoriterisme, mewujudkan demokrasi, menciptakan kesejahteraan ekonomi. Itu adalah ruh yang menghidupi LP3ES dulu dan harus tetap di jaga hari ini.

Dalam konteks politik dewasa ini, bagi Fachry Ali, musuh besarnya adalah melawan oligarki yaitu kelompok yang menjadi kelas kapitalis dan penguasa pada masa Orde Baru sebagai kapitalis bentukan negara (state induced capitalism).


"Merekalah yang telah membajak demokrasi dan bertanggungjawab bagi bobroknya peradaban politik kita hari ini. Ini adalah tugas kesejarahan yang jauh lebih berat yang menjadi tantangan bagi generasi muda LP3ES hari ini," tegasnya.


Sementara, Ismid Hadad bertutur lebih sebagai pengamat, maka Ismid bertutur sepenuhnya sebagai “insider” yang melahirkan dan menjadi legenda hidup Lembaga ini dan masih berada di LP3ES hingga hari ini.

Dia menuturkan bahwa ide mendirikan organisasi LP3ES adalah lebih karena pemikiran sebagai aktivis. Bukan pemikiran filsuf. Karena masa Sukarno tidak ada kebebasan. Ekonomi memburuk. Sukarno diktator.

Melengkapi Fachry, Ismid kembali menerangkan peran LP3ES dalam pembangunan pada masa awal Orde Baru yang melahirkan istilah “Mafia Berkeley”.

(Gaoza)





  • Gus Dur, Ismid Hadad dan LP3ES Gus Dur, Ismid Hadad dan LP3ES Sudah banyak saya mendengar kisah bahwa mantan Presiden Abdurrahman Wahid pernah aktif di LP3ES. Kisah ini banyak saya dengar dari para senior seperti Profesor Didik J. Rachbini dan Bang Fachry Ali.